"Aduuh...", rintih Sonya.
"Kenapa, Nak?", tanya Mama Sonya yang mulai sedikit panik.
"Kepala Sonya sakit banget Ma... Aduhhh.. Perut Sonya juga nyeri banget...", keluh Sonya.
"Ya ampun... kamu sakit, Nak? Ya sudah, hari ini gak usah bimbel dulu. Lanjut tidurnya ya.. agak malaman mama bangunin yaa buat makan malam".
"Oke, Ma... Maaf yaa Ma hari ini Sonya gak bimbel...".
"Gapapa, daripada di sana kenapa-kenapa. Lanjut tidunya yaa. Mama mau masuk sup ayam dulu buat kamu makan nanti. Biar badannya lebih enakan."
"Makasih yaa, Ma..."
Sonya baru saja berbohong. Iya sebenarnya baik-baik saja. Sakit kepada dan nyeri perut yang ia keluhkan tadi hanyalah dalih agar bisa melanjutkan mimpinya.
Sonya kembali melanjutkan tidurnya, seperti yang dianjurkan Mama-nya tadi. Semakin ia sering tidur, semakin ia sering bermimpi, semakin mahir pula Sonya "mengendalikan" mimpinya. Sebisa mungkin ia membuat hal-hal yang mustahil terjadi ketika berada di dunia nyata menjadi sebuah kemungkinan di "dunia kedua" Sonya ini.
Sonya terbangun dengan perasaan bahagia. Tapi di sisi lain, Sonya bingung, sebenarnya dia kenapa? Sonya membuka laptopnya dan membuka situs pencarian. Dengan segera ia mengetik "mengendalikan mimpi" dan muncullah kata "Lucid Dream". Kemudian Sonya membaca segala informasi mengenai Lucid Dream ini.
"Lucid Dream....? Apa... ini kelebihan gue?? Keren juga gue bisa ngendaliin apa yang ada di mimpi gue. Ada istilahnya segala pula! Jangan sampe ada yang tau soal ini deh!", ujar Sonya kepada dirinya sendiri.