Mohon tunggu...
Sienway
Sienway Mohon Tunggu... Buruh - All right... Ok... Baiklah.. Terimakasih

Creating silent between words

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pengalaman "Super" Buruk dengan Layanan XL Prioritas dan Erafone

11 November 2021   18:57 Diperbarui: 13 November 2021   03:31 1285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Karena tidak ada followup, Kemudian pada tanggal 27 September, saya email lagi dengan mengirimkan ke customercare@erajaya.com, PRIORITAS@xl.co.id, dan kemudian mendapatkan tiket pengaduan dengan no. 210928_95hnp. 

Ada beberapa email followup setelah itu, dimana saya juga sudah melampirkan semua bukti chat dengan sales erafone dan sales XL dan juga bukti bukti pembelian. Lagi lagi…setelah email itu TIDAK ADA FOLLOWUP DARI XL MAUPUN ERAFONE, sampai saya kirim email Kembali pada tanggal 5 october untuk meminta penjelasan dan solusi.

Baru pada tanggal 6 October, ada followup dari Sales Manager XL yang mengaku bernama Adam, menghubungi saya lewat WA,  berdasarkan hasil diskusi beliau berjanji akan followup dan menjanjikan solusi, sekali lagi saya minta diberikan Jawaban secara tertulis secara official. Dan dijanjikan akan diberikan jawaban secara official dengan email. Sayang nya sekali lagi tidak ada jawaban yang diberikan hingga hari ini (11 November). Bahkan WA saya ke Beliau, ke XL Center Tang City juga ke Dimas dari ERAFONE tidak dijawab sama sekali.

Saya kemudian berusaha melakukan kontak dengan beberapa channel social media yang ada,  baik ke XL maupun Erafone, lewat Twitter dan Instagram. Lagi lagi tidak ada respond SAMA SEKALI.

Dan akhir nya saya GIVE UP, dengan LAYANAN DAN REPSOND YANG “SUPER” BURUK DARI XL dan Erafone, saya relakan paket saya hangus, walaupun saya masih harus tetap membayar tagiahnnya lewat kartu kredit saya. Dan artikel ini saya buat untuk menumpahkan kekecawaan saya terhadap layanan XL PRIORITAS dan ERAFONE yang super buruk. Mudahan mudahan hal ini tidak dialami oleh para pembaca yang lain.

Dua point yang menarik dari kasus ini.

  1. Nomor Mobile/Nomor HP tidak seharunya terikat dengan provider, karena hal ini sangat merugikan pelanggan ketika ada “dispute”. Sebagai contoh di Australia nomor HP adalah milik personal, sehingga Ketika ada layanan yang tidak sesuai dengan provider yang sekarang  mereka dapat pindah ke provider lain dengan nomor yang sama. Hal ini tidak bisa terjadi di Indonesia, saya tidak bisa membawa nomor XL yang saya gunakan, misal ke Telkomsel atau Indosat.
  2. Buruk nya CX (Customer experience) yang saya alami dengan XL dan erafone, berbanding berbalik dengan layanan yang diberikan SAMSUNG. Mungkin artikel kedepan saya coba buat analisa komparasi Customer Experience antara dua case yang pernah saya alami ini.
  3. Banyak perusahaan menggunakan social media sebagai channel komunikasi mereka, sayangnya dilakukan cuma satu arah. Input yang diberikan lewat media seringkali dianggap angin lalu. Paling tidak itu yang saya alami.

Terima Kasih sudah membaca sampai akhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun