Mohon tunggu...
Sido Waras
Sido Waras Mohon Tunggu... karyawan swasta -

suka nonton sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Politik

Blunder ARB dan WIN - HT

1 Maret 2014   18:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:20 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lama saya tidak berselancar di kanal ini, sehingga mungkin saja tema yang saya angkat sudah lebih dahulu dituangkan penulis lain.

Sebagai penikmat bola gratis, tentu saya dengan barisan yang senasib cukup dibuat geregetan dengan tayangan ISL di televisi. Memang mengherankan, karena pada musim lalu, Antv sebagai pemegang hak siar ISL dan kabarnya dulu siap menggelontorkan dana sampai 130 M dalam 10 tahun. Berita yang sempat dibumbui sengketa hak siar saat PSSI era AP tiba-tiba menyerahkan hak siar ke MNC group yang akhirnya juga kabur. Antv sangat keras berupaya sampai ke pengadilan agar hak siarnya kembali. Beruntung dengan blunder penyiaran IPL yang sangat buruk, Antv dengan menggandeng TV One tetap eksis menyiarkan ISL bahkan Divisi utamanya. Namun pada musim ini, Antv tanpa bersuara merelakan hak siar diambil MNC Group. Ada apa?

Beberapa orang berspekulasi, bahwa Bakrie Group merelakan hak siar diambil alih MNC, tentu dengan bayaran yang sepadan mengingat dana untuk pencapresan beliau sangat-sangat mahal. Blunder dilakukan, karena ISL meski diwarnai dengan berbagai kejanggalan di lapangan dan keputusan federasi, tetap saja menarik banyak manusia di Indonesia yang sangat potensial dijaring. Dalam pandangan saya, Golkar dan ARB punya suntikan modal, tetapi Antv dan TV One ditinggalkan jutaan pemirsa, yang berarti kampanye premature ARB tidak dilirik pemirsa ISL yang masih sangat mungkin berubah pilihannya pada pemilu nanti.

ISL juga menjadi strategi buruk bagi WIN – HT. Bukan ISL-nya, namun penayangan setengah hati MNC. Seperti diketahui, siaran ISL sering diacak. Masuknya K-vision juga memperparah keadaan. Diberbagai kolom dan media social bahkan menghujat cara kerja TV milik HT ini. Garis besar tulisan menyayangkan penayangan ISL, jika belum jadi penguasa saja tayangan untuk rakyat sudah dirampok, bagaimana jika mereka terpilih?

Keluhan masyarakat rupanya belum juga di dengar oleh tim pemenangan WIN – HT. Masih segar dalam ingatan kita bagaimana kuis kebangsaan menjadi blunder saat orang yang mengaku sebagai penelephone sudah tahu jawaban meski belum ada pertanyaan.

Jika ini terus berlanjut, saya perkirakan suara WIN – HT justru akan sangat terganggu karena prospek suara yang bias dijaring dari pemirsa ISL yang jumlahnya jutaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun