Jangan Euforia
Semoga pembolehan kampanye di lembaga pendidikan tersebut tidak membuat peserta pemilu mengalami euforia. Â
Mendambakan Pemilu 2024 yang berkualitas tidak harus dilakukan dengan berkampanye di lembaga pendidikan. Komentar anggota Komisi X DPR RI, Zainuddin Maliki yang menilai bahwa kampanye politik di kampus dapat menjadi sebuah pendidikan politik yang baik bagi para mahasiswa (Republika, 18/8/2022) belum bisa diterima secara akademis. Karena untuk mendapatkan pikiran-pikiran serta gagasan-gagasan akademis, para pelaku politik praktis (politisi) atau pemerintah sesungguhnya tidak dengan cara kampanye.
Politisi dan pemimpin bangsa yang berkomitmen untuk mencari jalan keluar dari berbagai ragam persoalan kebangsaan, bisa dilakukan dengan memanfaatkan berbagai kajian-kajian akademis yang selama ini cenderung dipandang sebelah mata. Sesungguhnya hasil-hasil riset dan kajian akademis yang berlimpah ruah dalam bentuk jurnal-jurnal ilmiah --- baik dalam dan luar negeri --- merupakan suara-suara insan akademis yang tidak pernah didengarkan.
Jangan membuat alasan yang mengada-ada sehingga tampak seolah-olah ada model kampanye yang tidak bisa direalisasikan jika lokasinya tidak di lembaga pendidikan. Problem substansial kampanye bukan soal tempat, tapi tentang sejauh mana komitmen menjadikan materi kampanye sebagai "perjanjian sakral" yang harus diwujudkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H