Mohon tunggu...
Adi Permana Sidik
Adi Permana Sidik Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran 2012.. Suka membaca, dan mulai belajar menulis. Senang bersilaturahim dan berbagi ilmu pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Membaca Kisah Perjuangan Sang Mujahid Lewat Novel

13 November 2013   06:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:14 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_277696" align="aligncenter" width="200" caption="Sumber: novel-islami.blogspot.com"][/caption]

Apa yang kita bayangkan atau pikirkan ketika mendengar kata Yogyakarta? Keraton. Sultan Hamengku Buwonon. Ahamd Dahlan, Malioboro. Universitas GajahMadha (UGM) atau salah atau ormas islam terbesar di Indonesia? Semuanya tidak ada yang salah, karena semua yang disebutkan tadi memang benar terkait sekali dengan Yogyakarta, bahkan barangkali memang hanya ada di Yogyakarta. Namun ternyata selain yang disebutkan tadi, ada satu sosok tokoh yang sangat penting sekali berhubungan dengan kota Yogyakarta, yaitu sosok seorangpahlawan Yogyakarta sekaligus seorang mujahid, yaitu Pangeran Diponegoro.

Rasanya tidak banyak literatur kita, baik karya non-fiksi maupun fiksi, yang banyak bercerita tentang sosok pangeran Diponegoro ini. Kalaupun memang ada, novel ini bisa melengkapi buku atau novel-novel tentang Pangeran Diponegoro yang sudah ada. Hal itu nampaknya salah satu yang menjadi alasan kuat seorang Yudhi AW untuk menulis novel tentang Pangeran Diponegoro ini, seperti yang penulis ungkapkan sendiri dalam kata pengantarnya.

Dalam novel belatar sejarah ini, kita akan mengetahui bagaimana sejak kecil pangeran Diponegoro di didik dalam keluarganya. Sempat merasakan sentuhan kasih sayang Kakek Buyutunya yang merupakan Sultan Hamengkubuwono I.Pekenalan ia dengan ajaran islam, khususnya aliran-aliran tasawuf, dan hubungannya dengan para kiyai saat itu, yang akhirnya membentuk karakternya sebagai seorang ksatria dan pejuang Islam di tanah air. Dan digambarkan juga bagaimana kebencian seorang Pangeran Diponegoro sejak ia masih kecil sampai dengan akhir hidupnya terhadap orang-orang kafir yang direpresentasikan dengan sosok penjajah Belanda dan Inggris.

Dari novel ini, kita juga akan mendapati bahwa perjalanan kota Yogyakarta dan bangsa Indonesia pada umumnya, memang tidak lepas dari yang namanya pengkhianatan dan perilaku KKN. Perbudakan, minum-minuman keras, perjudian, serta pelecehan dan merendahkan martabat perempuan juga memang sudah terjadi sejak dahulu, bahkan digambarkan oleh penulisnya dalam bab tersendiri (Di Puncak Kejahiliyahan) hal 291-298.

Digambarkan juga bahwa menerapkan syariat Islam dalam bentuk Institusi (kerajaan atau negara) di bumi Indonesia memang sudah diperjuangkan sejak dahulu dan bukanlah barang baru. Hal itu juga yang diperjuangkan oleh Diponegoro. Sehingga yang diserukan oleh Diopnogoro adalah perang suci. Perang yang bukan hanya membela tanah air, tapi juga perang dalam rangka mempertahankan agama Islam. Sehingga tidak ada kata menyerah dalam kamus hidup pangeran Diponegoro sampai dengan konspirasi dalam bentuk penipuan lah yang akhirnya mengakhiri perjuangan Diponegoro.

Pembaca mungkin akan sedikit kebingungan untuk mengerti dan memahami silsilah keluarga Diponegoro karena nama-nama gelar dalam tokoh tersebut memiliki kesamaan seperti Pangeran Mangkubumi, Pangeran Mangkudiningrat, Paman Hangabehi. Kalau saja ada lampiran berupa gambar silsilah keluarga Diponegoro mungkin itu akan lebih memudahkan pembaca.

Walaupun kisah hidup Pangeran Diponegoro ini merupakan karya sastra yang ditulis dalam bentuk novel, namun hal tidak mengurangi “keontetikan” datanya. Membaca karya sastra (novel, roman, cerpen) seperti yang diungkapkan oleh Maman S. Mahayana, pada hakikatnya adalah membaca keadaan masyarakat dan budaya yang terungkap dalam karya itu. Ditulis oleh seorang lulusan Sastra Arab UGM memiliki nilai tambah tersendiri bagi novel ini. So, kaum muslimin yang ada Indonesia pada umumnya dan kaum muslimin Yogyakarta khususnya, nampaknya “wajib” mengoleksi dan membaca novel ini. (Adi Permana Sidik)

Bandung, 26 September 2013

Judul Buku: Diponegoro

Penulis: Yudhi AW

Penerbit: DIVA Press

Cetakan: Pertama : 2010

Tebal: 404 Halaman

ISBN: 978-602-978-334-6

Harga: Rp.60.000,-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun