Mohon tunggu...
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Mohon Tunggu... -

Guru, penulis lepas, usia 32. Suka gitar, sastra, dan sinema. Buku terbaru: 366 Reflections of Life

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bioskop, Film Impor, dan Warkop

19 Februari 2011   02:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:28 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkejut. Itulah yang saya rasakan begitu mendapat kabar bahwa asosiasi importir film amerika akan menyetop tayangan film-film impor di bioskop. Sebab-musababnya terkait dengan penambahan bea, yakni bea masuk atas hak distribusi untuk film-film impor. Berapa besar bea itu hingga kini belum saya ketahui. Ada juga selentingan yang mengabarkan kalau film luar memang mendominasi tayangan di bioskop karena selama ini artis dan sineas lokal kurang mendapat perhatian. Benarkah?

Berita ini otomatis membuat banyak pihak kecewa. Sejauh ini, film-film impor memang menjanjikan kualitas yang lebih baik. Di Indonesia, hanya beberapa nama seperti Riri Riza, Mira Lesmana, atau Garin Nugroho, yang tampaknya tak terseret arus para sineas lain yang gemar menggarap film bertema hantu, seks, atau cinta remaja.

Memang, hampir semua film impor pada akhirnya bisa diikuti, apalagi mendapat pengakuan yang luas. Bahkan diunduh dari internet pun bisa. Tapi, bioskop adalah ujung-tombak industri perfilman. Menonton bioskop menjadi sebuah pilihan hiburan yang murah. Memang ada yang lebih murah, yaitu membeli dvd bajakan. Atau alternatif lainnya, yaitu menyewa atau membeli vcd/dvd aslinya.

Tapi, beberapa kali saya mengalami kekecewaan yang semestinya tidak ditemui kalau menyempatkan diri nonton di bioskop. Beberapa kali saya menonton dvd bajakan, dan saat asyik menonton... eh, ada gangguan. Sementara mengharapkan vcd atau dvd aslinya keluar, perlu waktu berapa bulan setelah rilis di negara produsennya. Kalau mau beli dvd asli pun harganya bisa 4-5 kali lebih besar daripada harga karcis bioskop. Jadi, kalau ada yang bilang nonton bioskop adalah sebuah hobi mahal, saya tidak setuju.

Nah, kebiasaan menonton bioskop ini sama seperti kesukaan saya nongkrong di warkop. Selama ini saya bisa saja membuat kopi sendiri setelah membelinya di toko. Tapi, rasanya berbeda kalau ngopi di warkop. Apalagi beberapa warkop di Sidoarjo menyuguhkan kopi-kopi yang jauh lebih enak daripada kopi-kopi instan yang dikemas dan dijual di toko-toko.

Hingga saat ini saya tidak tahu apa yang menjadi penyebab utama pemerintah dalam menambah bea masuk untuk film impor. Bahkan, katanya, "bea masuk atas hak distribusi untuk film-film impor" yang sudah saya sebut di atas, adalah hal yang tidak lazim juga di negara mana pun, dalam bisnis perfilman. Atau, apakah kebijakan ini ada kaitannya dengan perhelatan Oscar yang akan dilangsungkan beberapa hari lagi? Ah, entahlah.

Saya bukan orang pajak, bukan pebisnis film. Sejak tujuh tahun lalu saya hanya salah satu dari sekian banyak orang yang mencari-cari dan mengamati apa film yang bagus untuk dijadikan bahan refleksi, bahan pembelajaran, atau sekedar mencari hiburan. Dengan distoptayangkannya film-film impor, paling tidak ada dua hal yang kini bisa kita amati mungkin akan terjadi.

Pertama, pembajakan akan makin marak di tanah air. Semakin banyak produk bajakan, semakin kaburlah kualitas sebuah film yang dimuat dalam sebuah produk bajakan. Para pecinta film jadi akan lebih memilih bersikap sabar kalau mau menonton film yang nantinya "sama" dengan yang dirilis di negeri asalnya.

Kedua, hal ini semacam tantangan bagi sineas di Indonesia. Pertanyaannya, mampukah para sineas kita menghasilkan film yang baik? Saya kurang yakin. Dan kalau nantinya kekurangyakinan saya benar adanya, kita tentu akan melihat bertambah lagi jumlah pengangguran di negeri ini. Siapa saja mereka? Salah satu dari mereka mungkin seorang gadis cantik, yang dulunya sering melayani saya waktu membeli karcis biskop.

Begitulah keluh kesah saya, seorang rakyat jelata yang suka mencari hiburan di bioskop dan warkop. Bioskop tampaknya akan semakin jauh. Ya sudahlah, sekarang ke warkop dulu. Mau ikut? Yuk.

Sidoarjo, 19 Februari 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun