Oya, satu hal yang terakhir, gara-gara saya suka meresensi buku-buku sastra sejak awal tahun ini, beberapa orang menjuluki saya esais, bahkan ada yang menyebut saya kritikus sastra. Duh, rasanya kok berat ya julukan itu? Identitas yang saya cantumkan di akhir resensi biasanya “Guru SD Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo”, atau “pembaca dan penikmat sastra Indonesia”. Bagi saya, tulisan yang saya buat sebagai ulasan atas sebuah karya sedapat mungkin saya ulas dengan apreasiasi dan timbangan yang memadai. Bila ada wacana dan ilustrasi yang termuat di dalamnya (yang tampaknya menjadi salah satu syarat bagi esai atau kritik), saya menganggap itu sebagai selingan atau pemanis ulasan.
Bulan depan, rencananya saya akan berhenti meresensi buku dulu. Saya ingin melakukan variasi sedikit. Seperti yang saya sebutkan, kadang melelahkan mencerna sebuah karya, mengapresiasinya, lalu menganalisisnya. Mungkin sampai bulan Maret 2011, saya berhenti sejenak mengulas buku, dan beralih mengerjakan karya-karya kreatif saya sendiri yang belum saya ketahui apa itu — mungkin menulis cerpen, puisi, novel, atau buku, atau apalah yang lainnya.
Demikianlah catatan ini dibuat. Kiranya dunia perbukuan dan sastra Indonesia selalu marak dengan ulasan dan apresiasi dari para pembacanya.
Malang-Sidoarjo, Oktober 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H