Mohon tunggu...
Sidik Awaludin
Sidik Awaludin Mohon Tunggu... Freelancer - Public Relations Writing

[Penulis Freelance, Menyajikan tulisan asumsi pribadi Berdasarkan Isu-Isu hangat]. [Motto: Hidup Sekali, Berarti, lalu Mati.]

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Strategi Jokowi dalam Mengambil Alih TMII

8 April 2021   21:42 Diperbarui: 8 April 2021   21:42 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi/rri.co.id

Pada tahun 1970 sesudah pulang berlibur dari Disneyland yang berlokasi di Amerika, Ibu Tien Soeharto mempunyai sebuah ide gagasan yang bisa dikatakan brilian. "Bagaimana kalau kita bikin model yang sama di Indonesia?" ucap ibu Tien, tidak ada yang berani membantah ibu Tien, memangnya siapa yang berani membantah perkataannya pada waktu itu? 

Jika ada bisa-bisa hilang dia tinggal nama, dan jaminan sontak diberikan langsung oleh Mendagri pada waktu itu yang dikendalikan oleh Amir Machmud. "Percayalah bu Tien, semua aparat daerah akan saya kerahkan" ucap Mendagri dengan senyum yang sedikit mengembang. 

Kemudian pada akhirnya terwujudlah Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yang dibangun di atas lahan seluas 150 hektar yang berlokasi di Jakarta Timur. Dananya yang dihabiskan cukup besar, sekitar 5 Triliun rupiah jika dihitung dengan kurs mata uang sekarang, hal itu yang membuat publik marah besar. "Lha masyarakat diperintahkan untuk mengencangkan ikat pinggang, kok enak sekali ya Soeharto main buang-buang uang?" ucap salah seorang kawan, 

Yah namanya juga rezim Soeharto, dengan senyum misteriusnya itu bilang, "Ah itu hanya perbedaan pendapat saja" tetapi fakta di lapangan, siapapun yang berani untuk melakukan demo dijalan akan dihajar dengan preman bayaran.  

Lalu setelah selesai dibangun, dibentuklah sebuah yayasan yang dinamakan "Yayasan Harapan Kita" untuk mengelola Taman Mini seluas 150 hektar itu. Yayasan itulah yang mengatur keluar masuknya uang dari hasil kunjungan masyarakat yang berekreasi setiap harinya, yang konon hasil pendapatannya tidak pernah disetorkan kepada negara. 

Enak sekali memang mereka ini, Taman Mini yang dibangun menggunakan uang negara, diatas tanah negara, bisa-bisanya hasil dari pendapatannya masuk kedalam kantong pribadi mereka. Sudah begitu hutang pajaknya kepada negara jika di total jumlahnya miliaran rupiah, masalah seperti ini sejak dulu tidak pernah ada yang berani mengusik, siapapun presidennya. 

Jangan tanyakan kepada SBY yang menjabat dua periode lamanya, mungkin beliau sedang fokus menjalankan banyak proyek pada saat itu. Jika ibarat kata, sesama trayek bus kota dilarang saling bersenggolan. Baru dimasa kepemimpinan Jokowilah, persoalan aset-aset negara yang dikuasai oleh pihak swasta ini kemudian di inventarisasi dan dikembalikan kepada negara termasuk juga pengelolaannya. 

Sesudah 44 tahun lamanya yayasan harapan kita mengelola TMII, mulai dari pembina sampai anggota-anggotanya adalah berasal dari keluarga cendana, sekarang ini mereka sudah diusir negara. "Dalam jangka waktu 3 bulan, serahkan TMII kepada negara" ucap Mensesneg Pratikno dengan tegasnya. 

Menurut saya ini merupakan situasi yang tepat secara waktu, karena sebuah perusahaan asal Singapura juga sedang menggugat keluarga cendana untuk menyerahkan asset-asetnya di TMII. 

Entah itu perusahaan beneran atau sebuah taktik saja supaya mereka dapat menguasai TMII dengan menggunakan tangan perusahaan asing seolah-olah dinilai berperkara di mata hukum. Ada yang ribut dan demo? tidak ada, mengapa? karena kaki tangannya cendana para pasukan nasi bungkus itu, sudah dicomoti satu-satu pemimpinnya oleh pemerintah sehingga mereka tidak bisa lagi membuat keributan di jalan. 

Saya turut berterima kasih kepada pakde Jokowi, karena ketegasannya dan taktiknya untuk mengambil alih aset negara yang dikuasai cendana. Jika diibaratkan dalam permainan catur, sebelum skak sang raja, sikat dulu bentengnya, baru kemudian menteri sama kudanya, hasilnya rajanya sekarang terpojok, tidak tahu mesti harus berbuat apa. Begitulah pola permainan yang elegan, juga saya banggakan, mantap pakde Jokowi, sehat selalu ya.. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun