Mohon tunggu...
Sidik Awaludin
Sidik Awaludin Mohon Tunggu... Freelancer - Public Relations Writing

[Penulis Freelance, Menyajikan tulisan asumsi pribadi Berdasarkan Isu-Isu hangat]. [Motto: Hidup Sekali, Berarti, lalu Mati.]

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Korelasi Antara Fenomena Euphoria Warga Tuban, dengan Konsep Ganti Untung Pertamina

20 Februari 2021   07:56 Diperbarui: 20 Februari 2021   08:05 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Entah kenapa, saya menjadi tertarik untuk membagikan sedikit cerita mengenai perjalanan saya ke Tuban, Jawa Timur pada bulan September tahun lalu. Setiba saya disana saya melihat warga penduduk Tuban sudah berubah, yang mengagetkan saya banyak sekali mobil sekelas Pajero dan Fortuner yang ada di sepanjang jalan rumah warga. Yang menarik perhatian saya adalah para pemilik kendaraan tersebut rata-rata gaya berpakaiannya khas seperti petani, dengan memakai sarung dan menggunakan alas kaki sandal jepit. 

Kemudian saya bertannya, dengan seorang teman saya yang tinggal di Tuban sana. "Orang Tuban sekarang sudah pada kaya-kaya ya?" Eh, dia langsung ketawa. Kemudian dia langsung bercerita, "Betul, Tuban sekarang ini sedang mendapat rejeki besar. Tanah yang dimiliki warga dibeli langsung oleh Pertamina ratusan hektar, rencananya akan dibuat kilang minyak. Yang menariknya itu harga belinya, Tanah saudara saya," kata teman saya tuh, "Yang semula nilai jual tanahnya Rp 50 ribu per-meter, lalu dibeli oleh Pertamina dengan harga Rp 600 ribu per-meter. 

"Langsunglah warga masyarakat disana, yang dibeli tanahnya itu secara tiba-tiba mendadak menjadi kaya. Udah gitu tidak ada keikutsertaan yang namanya makelar, jadi langsung ditransfer ke rekening bank milik warga. Untung saat ini kita ada di zaman Jokowi, coba kalau di zaman Orde Baru, kita pasti sudah bentrok dengan Tentara." Begitu temanku bercerita. 

Setelah saya mencoba mencari tahu tentang proyek Pertamina tersebut, ternyata itu merupakan proyek kilang minyak kerja sama antara Pertamina dengan perusahaan minyak Rusia. Ternyata kerja sama ini, merupakan buah dari hasil dari kunjungan Presiden Jokowi ke Rusia pada tahun 2016 lalu. 

 Dari beberapa sumber berita yang saya baca, ternyata nilai proyek ini sebesar Rp 211 triliun, bukan pembangunan kilangnya yang membuat saya tertarik, tetapi saya jadi teringat soal janji kampanye Jokowi dulu. 

Dalam proyek yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, mulai dari Jalan Tol sampai dengan pembangunan kilang minyak, sudah tidak ada lagi yang namanya konsep "Ganti Rugi." Jokowi kemudian mengubahnya menjadi "Ganti Untung," dari konsep itu Jokowi ingin membagi keuntungan yang didapat Negara kepada warganya. 

Jadi, selama tanah warga yang terkena proyek strategis dari Pemerintah Pusat, maka warga wajib memperoleh haknya dalam bentuk keuntungan yang berlipat-lipat. Konsep "Ganti Rugi" itu, sebetulnya sudah ada di masa Pemerintahan sebelum Jokowi berkuasa. 

Nah, pada masa Pemerintahan Jokowi inilah ketika Pemerintah Pusat mempunyai proyek strategis nasional, seperti kilang minyak tadi, rantai penghubung warga masyarakat kepada makelar pun diputus. Pemerintah langsung bertemu dengan warga, musyawarah mufakat masalah harga jual, dan pembayaran langsung ditransfer ke rekening pribadi warga. 

Warga Tuban yang tanahnya dibeli oleh Pertamina sudah pasti senang, akhirnya terjadilah yang dinamakan "Euphoria." Seperti warga Tuban tadi, mereka yang mendapatkan uang pembayaran tanah langsung dibelikan mobil secara bersamaan di satu Desa. 

Mereka pun merasa gembira, Jokowi juga pasti mendengar kegembiraan rakyatnya itu, sama seperti halnya ia mendengar kegembiraan rakyatnya yang berada di wilayah pelosok daerah, ketika tanah yang mereka miliki harus dilewati proyek infrastruktur dari Pemerintah Pusat seperti Jalan Tol bisa menjadi kaya mendadak. 

Sekarang ini, istilah kata "Gusur" sampai di telinga warga masyarakat sudah menjadi musik yang indah. Karena itu, mereka sudah mendapat keuntungan yang berlipat ganda dari penjualan tanah yang terdampak proyek Pemerintah Pusat. 

Dulu pada zaman Orde Baru, saya sering sekali mendengar Slogan indah yang sering di propagandakan kepada masyarakat. Yang berbunyi seperti ini, "Dari Rakyat, oleh Rakyat, dan untuk Rakyat." Tetapi maaf, itu hanya Slogan saja, Faktanya yang terjadi di masyarakat adalah "Dari Pejabat, oleh Makelar, dan Hantam Rakyat." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun