Mohon tunggu...
Sidik Awaludin
Sidik Awaludin Mohon Tunggu... Freelancer - Public Relations Writing

[Penulis Freelance, Menyajikan tulisan asumsi pribadi Berdasarkan Isu-Isu hangat]. [Motto: Hidup Sekali, Berarti, lalu Mati.]

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sosok Pemimpin Perang yang Selalu Ada di Baris Terdepan

16 Januari 2021   07:00 Diperbarui: 16 Januari 2021   07:30 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Percaya atau tidak, jika situasi masih seperti sekarang ini masyarakat akan terus merasa ketakutan yang berlebihan. Mulai dari tidak ingin keluar rumah sampai bekerja, dampak ekonominya Indonesia bisa bangkrut di tahun 2021. Percaya atau tidak? Pengangguran saat ini saja sudah bertambah menjadi 10 juta orang, belum lagi setiap harinya ratusan mikro usaha kecil gulung tikar akibat dari kebijakan pengetatan jam operasional usaha. Disamping itu, para pengusaha makro yang mempekerjakan ribuan orang tinggal menunggu ambruknya saja. Kas keuangan negara sudah mulai tipis, karena ratusan triliun rupiah sudah di gelontorkan untuk konsumsi masyarakat bukan untuk kegiatan produksi. 

Pendapatan Negara dari pajak misalnya, anjlok ke level terbawah dari tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, situasi pandemi ini di istilahkan sebagai perang, dan setiap melakukan peperangan pasti membutuhkan senjata. Senjata itu saya beri nama Vaksin, yang berfungsi sebagai alat pertahanan di situasi peperangan seperti saat ini. Ketika masyarakat sudah mendapatkan Vaksin secara merata, maka kepercayaan dan keberanian dalam dirinya untuk kembali beraktivitas seperti bekerja dan kegiatan lainnya akan pulih. Roda perekonomian akan normal kembali, Orang-orang bisa beraktivitas Kembali, dan bangsa ini akan selamat dari krisis yang akan menyebabkan kehancuran. 

Sebagai seorang Presiden, serta menjadi Panglima tertinggi di negara ini, Jokowi berhak berdiri dan memimpin paling depan diantara para prajurit jajarannya. Tentunya dengan mengenakan pakaian perang pertama, yang telah disiapkannya yaitu Vaksin Sinovac dengan berbagai kemungkinan resiko yang sudah diterimanya. Role model pemimpin seperti beliaulah, yang akan mendorong semangat warga negara dengan bahasa, "Haii, seluruh rakyat Indonesia, bangkitlah, jangan sampai kita kalah perang dengan Corona ini, mari kita perangi bersama ketakutan yang selama ini membayang-bayangi gerak kita". 

Yang saya lihat, Jokowi bukan tipe pemimpin yang sibuk dengan Conferensi Pers. Tidak repot dengan narasi retorika di media sosialnya, hal itu terlihat ketika beliau menjadi orang pertama yang menerima Vaksinasi di istana negara. Beliau langsung duduk, disuntik dan disiarkan secara live melalui televisi ke seluruh negeri ini. Beliau orang yang cepat bertindak, bukan meracau. Itulah ciri khas sejatinya seorang pemimpin, selalu berada di depan, bukan main perintah dari belakang. Beliau tidak memperdulikan sindiran-sindiran sinis yang banyak orang lemparkan terhadap kebijakan yang diputuskannya. 

Buat seorang Jokowi, pemimpin yang baik adalah yang bisa menginspirasi warganya. Kalau Panglima tertinggi di negara ini sudah bersedia turun lapangan, saya yakin untuk ke depannya negara ini akan maju karena kita punya contoh pemimpin panutan tauladan rakyatnya. Sejujurnya kita membutuhkan tipe pemimpin yang menggerakkan, bukan seorang penghianat kepentingan yang sibuk dengan menebar ketakutan di lapangan. Karena negara ini harus terus bergerak menatap masa depan, kalau tidak bisa saya khawatir negara ini akan hancur dalam kegelapan. 

Secercah harapan dan semangat, yang tertuang di dalam tulisan ini merupakan peran dari role model sosok pemimpin negara kita. Ayo, pak Jokowi. Pimpinlah kami ini wargamu, dalam menghadapi situasi sulit berperang melawan Covid-19 ini. Saya akan menunggu giliran dipanggil, untuk mendapatkan seragam perang berupa suntikan Vaksinasi, untuk selanjutnya kita bersama-sama membangkitkan kembali roda ekonomi dari keterpurukan yang telah dirasakan Bersama-sama satu tahun belakangan ini. Kalau bukan kita yang berani memulai, lalu harus siapa lagi? Semoga usaha yang kita lakukan selama ini membuahkan hasil yang menggembirakan semua kalangan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun