Semenjak Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengumumkan Gibran Raka Bumingraka menjadi bakal calon walikota solo yang diusungnya dalam kontestasi Pilkada 2020 di kota Solo, nampaknya banyak yang tidak suka dengan keberadaan Gibran yang terjun ke dunia politik mengikuti bayangan bapaknya.Â
Tidak lama kemudian, banyak isu yang bertebaran di media sosial bahwa Jokowi sedang membangun dinasti politik untuk mewariskan kekuasaan kepada anak sulungnya, tentu ini sebuah pemahaman yang keliru yang tidak dilandaskan pada realita yang terjadi sebenarnya.Â
Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan dinasti politik? Dinasti politik adalah kekuasaan yang dipegang secara turun-temurun yang dilakukan dalam kelompok keluarga yang punya ikatan hubungan darah dengan tujuan mempertahankan kekuasaan.Â
Dinasti politik itu mirip-mirip dengan konsep monarki atau kerajaan, dimana kekuasaan dipertahankan melalui anggota-anggota keluarga di pemerintahan. banyak contoh dinasti politik di Indonesia, seperti dinasti politik keluarga Ratu Atut Chosiyah di Banten, yang mulai dari istri, suami, adik, sampai anak-anaknya menduduki kursi pemerintahan mulai dari eksekutif sampai legislatif.Â
Sedangkan Jokowi yang disebut-sebut sedang membangun dinasti politik untuk keluarganya sendiri, saya tidak melihat fakta itu terjadi seperti apa yang dibicarakan banyak orang yang berseberangan dengan Jokowi.Â
Untuk melihat benar atau tidaknya, kita harus melihat sejarah keluarga Jokowi yang dulu berasal dari keluarga miskin itu. Jokowi dan keluarganya sendiri beberapa tahun belakangan ini sukses menjadi pengusaha di bidang furniture mereka kaya dari ekspor furniture ke beberapa negara pemesannya, dan sebagaimana orang sukses di bidangnya Jokowi ingin anak-anaknya meneruskan bisnis furniture nya yang sudah ia rintis dari bawah.Â
Tetapi semua anaknya menolak mereka memilih untuk menjalankan bisnisnya masing-masing yang sudah digarapnya, seperti Gibran yang berbisnis kuliner yang bernama "Markobar" lalu juga Kaesang yang juga sama merintis bisnis kuliner yang bernama "Sang Pisang".Â
Jokowi sendiri pernah mengungkapkan keresahannya karena keduanya anaknya tidak berminat untuk meneruskan bisnis furniture bapaknya, yang kabarnya sudah beromset miliaran rupiah itu, sebagai seorang ayah Jokowi tidak ingin mengekang anaknya terhadap sikap yang dipilihnya, bahkan Jokowi kaget ketika melihat bisnis Gibran dan Kaesang yang sekarang sudah jauh melampaui bisnis furniture bapaknya. Dan sebetulnya Jokowi telah gagal total untuk membangun dinasti bisnis furniturenya kepada anak-anaknya.Â
Di politik juga demikian, Jokowi tidak pernah memaksa anak-anaknya untuk masuk ke dunia politik apalagi dengan membuat partai yang akan diwarisi kepada keluarganya meskipun Jokowi mampu untuk itu. Ketika masyarakat Solo meminta Gibran untuk maju menjadi calon walikota Solo, Jokowi juga tidak bisa melarang karena itu keinginan seorang Gibran.Â
Menurut saya kalau Jokowi mau membangun dinasti politik sewaktu ia masih menjabat sebagai walikota Solo ia sudah bisa menyiapkan anak-anaknya di satu partai politik, untuk dapat dicalonkan meneruskan rekam jejak kepemimpinan bapaknya. Â
tetapi tidak anak-anaknya bebas menentukan pilihannya sendiri, ia memilih bisnis kuliner yang jauh kaitannya dari panggung politik. Menurut pribadi saya ini bukan model politik dinasti karena kalau begitu mending Jokowi menyiapkan Gibran atau Kaesang menjadi Menteri seperti yang dilakukan pada presiden Soeharto dulu kepada salah satu anaknya.Â
Alasan Gibran menjadi calon walikota solo yang diusung dari Partai PDI Perjuangan karena desakan dari warga solo yang merindukan kepemimpinan model Jokowi dulu di solo dan mereka harapkan akan terulang kembali ketika Gibran jika nanti ia menang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H