Mohon tunggu...
Yahya Sidarta
Yahya Sidarta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Masih bersama Allah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Masih Mau Jadi Dokter Hewan?

7 Juni 2024   02:25 Diperbarui: 7 Juni 2024   16:17 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern ini, pilihan karir sering kali didorong oleh berbagai faktor seperti stabilitas keuangan, kedudukan sosial, dan kesempatan untuk berkembang. Salah satu profesi yang sering kali diminati dan dihormati oleh banyak orang adalah dokter hewan. Hal itu mengapa, setiap orang yang menjadi dokter khususnya dokter hewan bakal disanjung oleh keluarga, teman hingga tetangga. Namun belakangan ini eksistensi dokter hewan di Indonesia menghadapi tantangan serius, dengan semakin banyak profesi paramedik veteriner. Di berbagai daerah, paramedik veteriner yang memiliki pelatihan singkat mulai mengambil alih beberapa fungsi yang seharusnya menjadi tugas khusus dokter hewan profesional. Fenomena ini menimbulkan berbagai masalah, mulai dari kualitas pelayanan kesehatan hewan yang dipertanyakan hingga implikasi hukum yang kompleks.

 Beberapa daerah di pedesaan banyak peternak enggan menggunakan layanan dokter hewan, lebih memilih paramedis veteriner. Penyebab utamanya adalah biaya dan aksesibilitas. Dokter hewan seringkali lebih mahal dan sulit dijangkau dibandingkan paramedis yang lebih terjangkau dan tersedia. Meski paramedis memiliki keahlian yang memadai, mereka tidak memiliki kualifikasi setara dokter hewan dalam menangani kasus kompleks. Kekurangan ini dapat berisiko terhadap kesehatan hewan dan produktivitas peternakan. Pemerintah dan lembaga terkait perlu meningkatkan akses dan edukasi mengenai pentingnya peran dokter hewan, serta menyediakan subsidi atau layanan mobile untuk menjembatani kesenjangan ini.

 Dokter hewan merupakan profesi yang menuntut pendidikan tinggi dan spesialisasi yang mendalam. Di sisi lain, paramedik veteriner umumnya hanya membutuhkan pelatihan singkat, sering kali dalam hitungan bulan, sebelum mereka dapat mulai praktik. Perbedaan dalam panjang dan kedalaman pendidikan ini seharusnya mencerminkan perbedaan dalam kualitas dan kapasitas layanan yang mereka berikan.

 Meskipun paramedik veteriner dapat melakukan beberapa tugas dasar seperti vaksinasi atau pengobatan umum, mereka tidak memiliki keahlian yang sama dengan dokter hewan dalam mendiagnosis penyakit yang kompleks atau melakukan prosedur bedah. Penggunaan tenaga paramedik veteriner untuk tugas-tugas ini bisa berisiko menurunkan kualitas pelayanan kesehatan hewan. Hewan yang membutuhkan diagnosis mendalam atau perawatan khusus mungkin tidak mendapatkan penanganan yang sesuai jika hanya ditangani oleh paramedik veteriner.

 Dalam konteks hukum, praktik paramedik veteriner yang mengambil alih peran dokter hewan dapat melanggar peraturan yang ada. Di Indonesia, peraturan menyatakan bahwa tindakan medis hewan tertentu hanya boleh dilakukan oleh dokter hewan yang memiliki lisensi. Melibatkan paramedik veteriner dalam tindakan medis kompleks tanpa pengawasan dokter hewan bisa dianggap melanggar hukum dan etika profesi. Hal ini juga dapat menempatkan hewan dalam risiko karena tindakan medis yang tidak sesuai standar profesional.

 Salah satu alasan mengapa paramedik veteriner semakin populer adalah faktor biaya dan aksesibilitas. Jasa paramedik veteriner umumnya lebih murah dibandingkan dokter hewan, sehingga menarik bagi pemilik hewan yang mencari solusi cepat dan ekonomis. Di daerah pedesaan atau terpencil, di mana akses ke dokter hewan mungkin terbatas, kehadiran paramedik veteriner memberikan alternatif yang lebih mudah dijangkau. Namun, solusi ekonomis ini datang dengan konsekuensi yang mungkin tidak disadari oleh pemilik hewan terkait kualitas perawatan yang diterima.

 Eksistensi dokter hewan menghadapi tantangan signifikan dengan meningkatnya dominasi paramedik veteriner. Meskipun paramedik veteriner menyediakan solusi ekonomis dan aksesibilitas yang lebih baik, kualitas dan keamanan layanan yang mereka berikan sering kali tidak sebanding dengan standar yang ditetapkan oleh dokter hewan profesional. Oleh karena itu, kolaborasi, edukasi, dan regulasi yang ketat sangat diperlukan untuk menjaga kualitas pelayanan kesehatan hewan di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun