Mohon tunggu...
Humaniora

Cut Meutia, Frans Kaisiepo, Rupiah, dan Nasionalisme kita

25 Desember 2016   04:26 Diperbarui: 26 Desember 2016   10:15 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pemerintah telah menerbitkan uang pecahan rupiah baru yang memuat gambar 11 pahlawan nasional, dimana 2 dari 11 pahlawan tersebut menimbulkan kontroversi tersendiri di kalangan masyarakat Indonesia.Yang pertama adalah Cut Meutia,pejuang wanita asal aceh.Gambar beliau yang ada di pecahan matau uang rupiah yang baru tersebut dipersoalkan karena tidak memakai hijab, dan dinilai mengurangi nilai2 keislaman beliau.Komentar2 pedas itu pun dibantah oleh keturunan-keturunan beliau yang menyatakan bahwa pada masa cut meutia hidup,wanita wanita aceh belum memakai hijab, dan gambar yang digunakan dalam uang tersebut sudah sesuai dengan gambar yang terdaftar di negara.

Belum lagi selesai soal Cut Meutia,rupiah yang baru kembali jadi perbincangan karena ada gambar seorang pahlawan di  mata uang pecahan 10.000 karena gambar pahlawan tersebut tidak banyak orang yang tahu sehingga diragukan jasa-jasa kepahlawanannya. Jujur mungkin saya salah satu orang juga yang belum mengetahui siapa beliau.Akhirnya karena berita ini sudah cukup mengusik hati saya karena banyak yang share di media sosial, saya pun mencari tahu siapa kah beliau. Ternyata beliau adalah Frans Kaisiepo, pahlawan Indonesia yang juga gubernur pertama dari Papua. Jasa beliau bagi Indonesia, Khususnya Papua.Beliau lah yang mengganti nama Netherland Nieuwe Guinea menjadi  IRIAN,yang ternyata kepanjangannya adalah IKUT REPUBLIK INDONESIA ANTI NETHERLAND.Namun dalam bahasa Biak sendiri,Irian berarti beruap. Tidak hanya soal mengganti nama saja,beliau terlibat dalam Konferensi Malino tahun 1946 yang membicarakan mengenai pembentukan Republik Indonesia Serikat sebagai wakil dari Papua. Selain di rupiah Nama Frans Kaisiepo diabadikan menjadi nama bandara di Biak dan nama Kapal perang KRI

Belajar dari kasus dua pahlawan bangsa yang sedang hangat jadi perbincangan masyarakat belakangan ini,hendaklah kita jangan hanya melihat dari luarnya saja tanpa mau mendalaminya,Seperti kasus cut meutia,apakah jika memang benar cut meutia tidak berhijab lalu dilupakan begitu saja perjuangannya bagi masyarakat aceh dan bukan seorang islam? Lalu apakah karena Frans Kaisiepo tidak banyak kita dengar waktu pelajaran sejarah di sekolah apakah berarti dia tidak layak disebut sebagai pahlawan bangsa? Mungkin dengan merenungi jawaban atas pertanyaan tersebur kita dapat mengetahui sudah seberapa besar jiwa nasionalisme kita .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun