Para tetua seperti Amin Rais, Susilo Bambang Yudhoyono, Gusdur, Megawati Soekarnoputri dan seperti di kota saya sendiri. Alex Nurdin, gubernur terdahulu. Sederet tetua ini melakukan titisan kekuasaan yang ditanamkan kepada darah dagingnya sendiri.
Entah dengan motivasi apa mereka menitiskan anak-anaknya dengan idealisme yang serupa seperti garis keturunannya. Baiknya kita sebagai rakyat biasa hanya bisa berdoa. Siapapun pemimpin baru nantinya, semoga tetap dalam keadaan jiwa yang matang dan stabil agar dapat mengambil kebijakan-kebijakan baru dan memperbaiki kebijakan lama serta menuntaskan PR-PR besar di negeri tercinta ini.
Ketika pemimpin baru nantinya akan berdiri dengan tongkat kekuasaannya. Jurnalis pun menangkap fenomena ini. Entah budayawan, pengamat politik, pelaku bisnis, tokoh media, aktivis ataupun rakyat yang berdiaolog di warung-warung kopi lorong pasar yang berbau apek dan hampir semuanya melakukan 'tangkap-fakta' lalu mengambil sikap 'penyaluran buah pemikiran' mereka dengan atau tanpa tendensi apapun.
Inilah kita, Indonesia. Baik buruknya harus kita pahami keadaan kita.
Seperti buah nangka yang lengket sama-sama pada getah basah lalu memberikan ruang bebas bicara tapi  menutup rapat mata batin kita.
Sumber Inspirasi: NoRiYu
With Love,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H