[caption id="attachment_107832" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (travelworldpp.com)"][/caption]
Menjadi apa yang kita sanggup berproses untuknya adalah satu-satunya tujuan hidup
-Robert Louis Stevenson-
Satu kata bahasa Jepang yang perlu kita pahami adalah "kaizen" = 改善. Kebiasaan berpikir mencari peningkatan kualitas terus-menerus. Yaitu pencarian terus setiap saat untuk menjadi lebih baik. Itulah cara kita menambah nilai.
Kadang-kadang sebuah terobosan yang heroik, produk atau cara baru dalam melakukan sesuatu, mengakibatkan suatu peningkatan besar. Itu karena kita memulainya dari hal-hal paling sederhana.
Stabilitas masa lalu telah pergi. Satu-satunya yang tetap adalah perubahan yang kian cepat - dalam praktik kerja, bisnis, politik, dan teknologi informasi.
"Karena saya sedang berada dalam lingkungan ini. Sepertinya akan lebih mudah jika kita menyelam bersama-sama untuk mengambil mutiara dalam tarian hari ini.."
Maka, tidak ada masa depan bagi mereka yang melawan perubahan hanya karena perubahan tidak menyenangkan. Jika efisiensi dapat dilakukan, dan itu harus dilakukan - oleh seseorang yang pemberani atau bahkan kelompok yang begitu gigih.
Jika bukan kita yang muda, lalu siapa lagi yang akan melakukannya?!
Aset terbesar yang dimiliki oleh negeri Indonesia ini adalah alam semesta yang diberikan melimpah ruah. Sektor pertanian dan perkebunan yang sudah berlangsung sejak dekade awal lahirnya negeri kita ini, kebun-kebun dengan hamparan pohon akar yang kokoh sebagai penguat tanah, flora dan fauna yang unik, dan kekuatan alam yang seperti inilah aset berharga Indonesia.
Mulailah Perubahan. Kita berada di persimpangan jalan. Para pendidik, pemimpin dan pemerintahan, ekskutif bisnis, orang tua, bahkan diri kita sendiri. Secara terbuka mengungkapkan peringatan bahaya.
Masalahnya, adalah kita tak mau berubah. Ketika kita mendekatkan pada pokok permasalahan dengan sudut pandang yang bisa menyimpulkan bahwa yang kita butuhkan sekarang adalah menemukan solusi kemauan untuk perubahan itu sendiri.
Mulailah Dari Diri Sendiri. Fakta bahwa sebagian besar orang-orang muda yang seumuran dengan saya yang berkisar antara 16 - 25 tahun tak begitu mempedulikan lingkungan sekitar. Membuang sampah sembarangan, mengotori lingkungan secara serampangan, mencoret tembok dengan anarkis yang menganggap itu sebuah proses kreatif, merusak lingkungan hidup yang sudah disediakan sebelum kami lahir oleh nenek moyang Indonesia, dan tak berpikir bahwa hal-hal kecil negatif seperti itu akan membuat alam semakin mengamuk dan marah membabi buta.
Diri sendiri sudah tak peduli. Saya sendiri sempat berkata: "Buat apa peduli, toh yang lain pun tak peduli!"