Mohon tunggu...
Yai Baelah
Yai Baelah Mohon Tunggu... Pengacara - (Advokat Sibawaihi)

Sang Pendosa berkata; "Saat terbaik dalam hidup ini bukanlah ketika kita berhasil hidup dengan baik, tapi saat terbaik adalah ketika kita berhasil mati dengan baik"

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Rahasia Puisi yang Bukan Rahasia

29 April 2020   00:30 Diperbarui: 29 April 2020   00:47 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, berangkat dari permasalahan yang dikemukakan oleh si K, Kompasiana tadi, dari sana ide penulisan artikel ini di mulai. 

Puisi yang ditulis penyair lama atau baru? Penyair milenial atau sebelumnya? Mana yang kamu suka? Mana yang lebih menginspirasi?

Tentu jawaban atas pertanyaan itu tidaklah bisa  seketika diberikan begitu saja. Perlu penjelasan panjang dalam memberikan opini terhadap masalah itu.   

Pada tingkatan tertentu, seorang pemuisi akan mampu  membuat suatu puisi meski  pikiran dan rasanya ketika itu tidak sedang "bermain". Seorang pemuisi yang sudah "mahir", ia akan mampu memanipulasi pikiran dan perasaannya. Inilah yang namanya "pandai berimajinasi".  Karakter pemuisi seperti ini boleh jadi ada banyak sekarang ini, di jaman milenia. Boleh jadi tidak banyak di masa sebelumnya.

Puisi milenia, meski cenderung instan, karena dikejar jam tayang, namun tidak bisa dipukul rata dalam penilaiannya. Tidak bisa dikatakan rendah "derajatnya", murahan, tiada kesan dan jauh dari pesan. Tidak begitu. Tetap saja, di masa apapun, akan selalu ada karya-karya yang menginspirasi dan akan selalu lahir pemuisi/penyair "yang berkualitas" meski di jaman milenia sekalipun.

 Memang,  puisi-puisi  karya penyair tempo dulu semacam Chairil Anwar,  kebanyakan terlahir dari sebuah "kejujuran". Artinya, puisi yang dibuat itu benar-benar mengekspresikan diri si penyair, mengambarkan  apa yang dialaminya, tentang apa yang dia pikirkan, tentang apa yang dia rasakan. Tak akan lahir sebuah puisi darinya jika tak ada inspirasi yang bersumber dari apa yang dia lihat, apa yang dia dengar. Boleh dikata karya-karyanya adalah "murni", lahir dari jiwanya yang paling dalam.

Berbeda dengan puisi lama, puisi milenia, tak semuanya berdasarkan apa yang dia alami, yang dia lihat atau didengarnya langsung. Meski tak bisa dibilang itu adalah puisi "yang tidak jujur",  namun tentu saja puisi yang "murni" akan memiliki nilai rasa yang lebih, lebih berkesan, lebih bermakna karena biasanya memuat pesan, ada hikmah atau pelajaran tertentu di dalamnya, sebagaimana karakter puisi lama tadi.

Jika demikian, mana yang lebih menginspirasi, penyair milenia atau penyair lama? 

Hhmmm.... saya tidak biasa menjawabnya. Menginpirasi atau tidak, itu tergantung apa puisinya, apa pesan yang dibawa oleh puisi itu. Tak peduli karya penyair milenia atau sebelumnya. 

Lalu, puisi seperti apa yang disuka, yang ditulis penyair lama atau baru? 

Yaa.... penyair baru laaahh......  banyak penyair milenia di sini, di Kompasiana. Ada banyak teman-teman saya yang menghasilkan puisi yang tak kalah indah dan bemakna. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun