Terus, ada lagi hal yang "lebih sepeleh", tampaknya sepeleh, misal dalam penggunaan tanda baca seperti titik (.)  atau koma (,)  atau titik koma (;) atau titik dua (:).  Pilihan penggunaan tanda baca ini kadang disengaja oleh penulis, dengan maksud "penekanan" kepada judul agar maknanya dapat ditelaah atau dicerna oleh pembaca  sesuai dengan yang hendak diarahkan oleh penulis. Ketika "tanda baca" ini diubah-ubah oleh orang lain, maka tentu saja sang penulis akan kecewa. Mengapa?  satu titik atau koma memiliki sejuta makna bagi seorang penulis!.
Baru-baru ini ada teman mengalami kejadian tak dinyana, di mana pada judul tulisannya (artikel) Â tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat, jauh dari maksud teks judul semula.Â
Begitulah, duka duka yang boleh jadi dialami banyak penulis di sini. 2 atau 3, entah berapa. Pastinya, Kalo lebih dari 1 (satu) itu namanya yaaa banyak. Hehehe
Yaaa... suka-sukanya juga banyak. Tak dapat dipungkiri soal itu. Â Nanti saja saya ceritakan. Intinya, terlepas dari semua 'drama menegangkan' tadi, kita juga layak berterimakasih pada Kompasiana, (disamping juga ada marah tadi, wk.wk.wk).Â
Lalu bagaimana cerita selanjutnya soal kejadian di "obrak-abrik" tadi?
Yaaa..... begitulah..... kendati dengan bersungut-sungut, namun kita di sini sebagai penulis hanyalah bisa pasrah. Yaa, pasrah, namun tak rela.Â
Begitu tahu teks kita seketika "berubah", maka bagi kompasianer yang 'nakal', akan secepat itu pula berusaha "mengembalikan ruh judul tadi pada fitrahnya" . Â Bhuuaahh!
Lalu? Bagaimana kalau nanti berubah lagi?. Ada seseorang yang merubahnya lagi?Â
Maka.... Â yaaa... dibalikin lagi deh oleh sang penulis. Â
Begitulah. Bolak-balik. Â Jadinya seperti kucing-kucingan. (Hik.. hik.. hik....). Â Tapi semoga ini jangan sampai terjadi (lagi) deh. Huk huk huk....