"Teori Imajinasi; Antara Pikir dan Rasa"
Daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan gambar dalam kepala, itulah yang disebut imajinasi. Jadi jelas bahwa, imajinasi itu sesungguhnya adalah pikiran juga. Tapi, lebih spesifik, imajinasi adalah pikiran yang dikendalikan atau dipengaruhi oleh rasa atau bersumber dari rasa.
(Sebagaimana yang sudah dipahami, mulanya pikiran adalah berawal dari hasil pendengaran atau penglihatan atau hati. Hati inilah yang mulanya melahirkan rasa).
Proses terbalik dari kasus di mana pikiranlah yang mengendalikan rasa atau yang menimbulkan rasa. Yang diungkapkan dengan pernyataan bahwa rasa itu adalah penjelmaan atau ungkapan dari apa yang kita pikiran.Â
Artinya, semua rasa yang timbul itu tergantung pikiran. Bahwa pikiranlah yang menentukan rasa, bagaimana rasa yang dirasakan seseorang.Â
Dengan penglihatan dan/atau pendengaran terhadap objek yang sama, tapi dengan pikiran yang berbeda, maka akan melahirkan rasa dan nilai rasa yang berbeda pada masing-masing orang.
Suatu pikiran yang murni tanpa dipengaruhi perasaan, itu disebut logis. Karena pikiran logis adalah pikiran yang dihasilkan berdasarkan kaedah cara atau bagaimana berpikir, yakni berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.
Di sisi lain, di samping bahwa pikiran bisa mempengaruhi rasa, ternyata sebaliknya rasa juga bisa mempengaruhi pikiran. Rasa inilah yang akhirnya akan membangun imajinasi seseorang.
Ambil contoh dalam kasus kepenulisan. Faktanya, Â karya-karya yang dihasilkan para penulis satu sama lainnya tidaklah sama nilainya. Masing-masing setiap karyanya memiliki nilai yang berbeda di mata pembaca.Â
Mengapa bisa terjadi demikian? Di sinilah peran daya imajinasi tadi.  Kuat lemahnya daya pikir dan daya rasa yang membentuk imajinasi  akan menentukan bagaimana kualitas seorang penulis.   Seorang penulis yang hebat, semisal penyair atau novelis,  tentulah ia adalah seorang yang mempunyai imajinasi yang hebat.Â