Mohon tunggu...
Sheila Sibali
Sheila Sibali Mohon Tunggu... -

acting as a child, thinking as a lady.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Cerewet Itu Baik Gak Baik

11 April 2016   10:24 Diperbarui: 11 April 2016   10:46 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerewet

Adalah hal sangat lumrah yang dilakukan oleh seorang wanita. Walau tak semua wanita itu cerewet, setidaknya hampir sebagian besar menjadikannya bagian dari identitasnya. Orang bilang kodrat wanita itu memang cerewet namun ternyata para peneliti menemukan alasan yang logis.

Berdasarkan penelitian http://www.merdeka.com/teknologi/ini-penyebab-wanita-lebih-cerewet-daripada-pria.html wanita lebih banyak berbicara 20000 kata sehari dibanding lelaki yang hanya 3000 kata sehari. Di dalam otak manusia terdapat protein yang diproduksi oleh gen bernama FOXP2. Protein tersebut bertanggung jawab terhadap kemampuan seseorang untuk berbicara. Para peneliti di University of Maryland School of Medicine telah menemukan bahwa otak wanita mengandung 30 persen protein FOXP2 lebih banyak dibandingkan pria.

Walau belum kesimpulan akhir kenapa wanita cerewet setidaknya ini memberikan gambaran yang cukup jelas. Bila demikian hasil penelitian seperti itu, tidak bisa menyalahkan wanita karena dia cerewet. Sudah diciptakan oleh Tuhan memiliki kapasitas FOXP2 lebih banyak ketimbang lelaki.

Sedih sekali loh rasanya bila dalam suatu hubungan yang dibangun bisa hancur berantakan karena masalah "cerewet". Saya contohnya, saya tipe orang ekspresif. Apapun yang saya rasakan bisa tergambar jelas di wajah saya dan tak segan saya bicara sesuai suasana hati saya. Apalagi bila saya baca dalam artikel lain yang ada, wanita cerewet itu tidak bakalan bawel kalau tidak ada sesuatu yang perlu diutarakan dan diselesaikan. Masa iya sih bawel tanpa sebab, gila dong.

"Kamu terlalu cerewet, Sheila," keluh pasangan saya. Jika begitu saya pun bilang, "Saya takkan bawel kalau kamu tidak memulai masalah."

Kasihan sebenarnya menghukumnya dengan kebawelan saya padahal malam sudah mencatut. Tapi saya tidak bisa tidur dengan ada masalah atau perasaan marah apalagi terhadap pasangan saya. Pada akhirnya saya ingin sekali belajar menjadi orang yang tidak cerewet. Terlalu banyak omong tidak baik, buat pusing orang lain.

Para lelaki selalu mengeluhkan pasangannya cerewet, padahal itu tanda cinta. Perhatian terhadap hal sekecil kerikil karena ingin yang terbaik. Bahkan banyak teman yang memuji kecerewetan saya, itu membuat saya cepat akrab dengan lingkungan amat baru. Namun saya akan berubah 180 derajat bila saya di lingkungan pasangan saya. Dia malu punya pacar cerewet.

Kesimpulannya, jangan cerewet sama pasangan. Pusing dia nanti terus bisa melirik ke orang lain. Jangan juga sama anak. Kesal mereka nanti dan mohon ibu yang lain. Jangan juga sama mertua. Minta ganti mantu nanti. Ya menurut saya pribadi, cerewet tidak baik. Semoga saya diberikan hidayah dan kekuatan untuk menahan segala lisan yang sia-sia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun