Mohon tunggu...
Nyoto Setianto
Nyoto Setianto Mohon Tunggu... -

Rakyat Jelata yang mencoba peduli dengan negerinya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banjir Jakarta yang Segera Terlupakan Kembali

28 Januari 2014   14:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:23 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baruminggu lalu Jakarta di landa banjir langganan yang mampir tiap tahun, kalau tidak salah sih dimulai sejak tanggal 22 Januari 2014, berbagai aktifitas transportasi terblokir oleh genangan air yang bisa mencapai 1.5 meter dan otomatis mengganggu denyut nadi perekonomian. Saweran korban banjirpun segera diselenggarakan oleh berbagai pihak terutama mereka yang ingin cari popularitas demi kepentingannya, berbagai tenda tenda dan bendera simbol partai dan perusahaan beriklan berkibar kibar di lokasi banjir. Banjir yang melanda segera menjadi ajang wisata bencana, bagi penduduk warga Jakarta yang haus hiburan.

Kedatangan Banjir siapakah yang harus disalahkan atas tamu yang tidak di undang dan diharapkan. Paling mudah adalah lempar lemparan tanggung jawab dan kambing hitam, ujung ujungnya siapa yang salah tidak penting lagi. Menurut pakar motivator terkenal Mr. Tung Desem Waringin. Ciri ciri orang gagal adalah mereka yang memiliki pola pikir B.E.J. yakni Blame (menyalahkan hal lain), Excuse (mencari alasan), Justify (Mencari Pembenaran). Naaah jika negara kita dan kota kita diasumsikan sebagai negara yang gagal maka jika mengacu ilmunya mr. Tung, maka pembahasannya adalah sebagai berikut.

B.E.JVersi Pemerintah: Pemerintah jika disalahkan sebagai biang kerok pengundang banjir jika memberi jawaban. “Lo sebelum saya menjabat, banjir sudah biasa mampir kok, jangan salahkan saya dong, Jakarta kan dataran rendah, wajarlah kena banjir, Lagipula warganya yang kebanjiran juga jorok jorok dengan membuang sampah sembarangan, membuat sungai menjadi dangkal dan mampet, wajar saja air menggenang kian tinggi dan tinggi, salah sendiri.” Berarti Pemerintah yang tidak mau keluar dari masalah karena mengganggap wajar masalah tersebut.

B.E.J Versi Warga : Warga Korban Banjir jika disalahkan sebagai biang kerok pengundang banjir jika memberi jawaban. “Lo dulu tempat saya ini tidak pernah banjir pak. Sekarang banjir datang dengan semena mena, karena lokasi di dekat saya itu dulu rawa pak, gak pernah ada banjir, tapi semenjak dibangun mall apartemen tanpa peduli ANDAL (Analisa Dampak Lingkungan), akibatnya tempat saya banjir bandang sedangkan mall dan apartemennya berdiri megah tanpa kena banjir karena rawa rawa tersebut di urug oleh ribuan truk tanah. Ini salah pemerintah yang memberi ijin dan pihak andal yang pasti di sogok duit, sehingga kami yang jadi korban. Mengenai buang sampah, kami ini mau buang sampah pada tempatnya, tapi mana tempat buang sampah yang layak dan aman yang disediakan pemerintah, tidak ada sama sekali, yang ada Cuma sungai inilah.” Berarti Warga yang tidak tahu cara keluar dari masalah dan nrimo ing pangdum sebagai korban.

Masih banyak lagi ribuan B.E.J lainnya yang bisa diciptakan, apapun semua B.E.J itu ada benarnya namun sayangnya tidak menyelesaikan masalah. Jika Pemerintah pusat, pemerintah kota Jakarta beserta warganya berhasilkan mengendalikan banjir berarti lokasi genangan banjir harusnya menyusut dari tahun ke tahun, bukannya bertambah tinggi genangannya dan melebar.

Banjir yang sudah biasa mampir di suatu lokasi di Jakarta, bagi saya memang juga problema yang harus dipikirkan jalan keluarnya, namun yang penting adalah wilayah yang tidak pernah disambangi banjir tiba tiba menjadi banjir karena banyaknya pembangunan di sekitarnya tanpa peduli dampak lingkungan. Selayaknya lokasi di jakarta yang dijadikan resapan air tanah seharusnya tidak dikeluarkan ijin mendirikan bangunan.Seandainya diberikan ijin dengan kewajiban para pengembang dan pembangun properti tersebut harus menyertakan wilayah resapan di tempat dia membangun itu dengan volume yang sama dengan kondisi sebelumnya. Apa susahnya siih membangun resapan danau dengan bangunan mall dan apartemen di atasnya.

Karena sebenarnya Jakarta ini selayaknya di desain menjadi kota dengan banyak kanal kanal saluran air seperti Venesia. Dengan sarana pembuangan sampah modern, dimana pemerintahnya menyediakan sarana tempat pembuangan sampah dari organik dan non organik serta pengelolaan bagi warganya. Sehingga saat musim hujan kedatangan banjir bukanlah musibah melainkan berkah. Karena air mengalir di bawah gedung gedung dan rumah rumah dan jalan yang berada di atasnya.

Waaaah ngimpi kaliyeee... Lebih baik punya impian daripada kerendam banjir kedinginan tanpa harapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun