Mohon tunggu...
Rosiana Tiodora
Rosiana Tiodora Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa sosiologi

Melihat sudut pandang yang berbeda

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kebijakan Stunting dalam Pandangan Strategi Pengembangan Masyarakat

31 Maret 2024   12:00 Diperbarui: 31 Maret 2024   13:33 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak-anak akibat kekurangan gizi kronis, telah menjadi fokus perhatian pemerintah Indonesia karena dampaknya yang merugikan terhadap kesehatan dan perkembangan anak serta potensi negatifnya terhadap masa depan bangsa. Data dari berbagai sumber menunjukkan bahwa tingkat stunting di Indonesia masih tinggi, dengan prevalensi yang mencapai lebih dari 30% pada beberapa daerah. Stunting, kondisi gagal tumbuh pada balita ini terjadi akibat kekurangan gizi kronis, masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Prevalensi stunting di Indonesia masih tergolong tinggi, yaitu 24,4% berdasarkan data SSGI 2021. Hal ini menunjukkan bahwa 1 dari 4 balita di Indonesia mengalami stunting.

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengatasi stunting, salah satunya adalah Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting (Stranas Stunting). Stranas Stunting diluncurkan pada tahun 2017 dan bertujuan untuk menurunkan prevalensi stunting hingga 14% pada tahun 2024. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya angka stunting di Indonesia adalah multifaktor, termasuk akses terhadap gizi yang baik, sanitasi yang buruk, dan praktik pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak. Oleh karena itu, upaya untuk menanggulangi stunting memerlukan pendekatan yang komprehensif yang melibatkan berbagai sektor, termasuk kesehatan, pendidikan, pertanian, dan pembangunan masyarakat.

Stranas Stunting, sebagai inisiatif pemerintah, mencoba menangani stunting melalui pendekatan yang terkoordinasi dan multidimensi. Stranas Stunting fokus pada lima pilar utama, yaitu: Peningkatan komitmen dan kepemimpinan, Peningkatan edukasi dan konseling gizi, Peningkatan akses dan mutu layanan kesehatan, Peningkatan ketahanan pangan dan gizi, dan Penguatan sistem, data, informasi, dan rise. Namun, keberhasilannya bergantung pada sejauh mana strategi ini terintegrasi dengan upaya pengembangan masyarakat. Strategi pengembangan masyarakat, dalam konteks ini, dapat menjadi fondasi yang kuat untuk mendukung implementasi kebijakan stunting. Melalui pendekatan partisipatif, strategi ini mengakui bahwa masyarakat memiliki pemahaman lokal yang mendalam tentang tantangan dan potensi solusi untuk masalah stunting. Dengan melibatkan mereka dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program-program kesehatan dan gizi, kebijakan stunting dapat lebih sensitif terhadap kebutuhan dan konteks masyarakat setempat.

Strategi pengembangan masyarakat menjadi krusial dalam konteks ini, karena melalui pendekatan ini, masyarakat dapat diberdayakan untuk menjadi agen perubahan dalam pencegahan stunting. Sebagaimana telah diuraikan, pembentukan kelompok-kelompok masyarakat seperti kelompok ibu hamil, balita, dan remaja putri dapat menjadi wadah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya gizi seimbang dan praktik hidup sehat. Dengan memperluas akses terhadap informasi dan sumber daya terkait gizi dan kesehatan, strategi ini dapat membantu mengubah perilaku masyarakat secara positif.

Peningkatan akses terhadap makanan bergizi dan air bersih juga merupakan aspek penting dari strategi pengembangan masyarakat. Melalui program-program seperti pekarangan rumah dan kebun gizi, masyarakat dapat belajar untuk memanfaatkan sumber daya lokal secara optimal untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga mereka. Peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi juga penting dalam mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan anak-anak. Tidak hanya itu, strategi pengembangan masyarakat juga mencakup peningkatan peran kader kesehatan dalam mendampingi keluarga dan memantau status gizi balita. Dengan melibatkan kader kesehatan yang terlatih, masyarakat dapat mendapatkan dukungan dan bimbingan yang mereka butuhkan untuk mengadopsi praktik-praktik sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, untuk mencapai kesuksesan dalam mengurangi prevalensi stunting, kerjasama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, dan sektor swasta sangatlah penting. Sinergi antara berbagai pihak akan memungkinkan pertukaran pengetahuan dan sumber daya yang dapat meningkatkan efektivitas program-program yang dilaksanakan. Sinergi antara kebijakan stunting dan strategi pengembangan masyarakat juga merupakan kunci untuk mencapai perubahan yang berkelanjutan dalam mengurangi prevalensi stunting di Indonesia. Melalui pendekatan yang holistik dan inklusif ini, diharapkan bahwa tidak hanya angka stunting yang akan menurun, tetapi juga kualitas hidup anak-anak Indonesia secara keseluruhan akan meningkat.

Secara keseluruhan, analisis kebijakan stunting di Indonesia menunjukkan perlunya pendekatan yang holistik dan berkelanjutan dalam mengatasi masalah ini. Dengan memadukan strategi pengembangan masyarakat dengan upaya-upaya pencegahan dan penanganan stunting yang komprehensif, diharapkan dapat tercipta perubahan yang signifikan dalam mengurangi tingkat stunting di Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan anak-anak serta masa depan bangsa secara keseluruhan. Dengan mengintegrasikan kebijakan pencegahan stunting seperti Stranas Stunting dengan strategi pengembangan masyarakat yang berfokus pada pemberdayaan dan partisipasi masyarakat, diharapkan bahwa Indonesia dapat mencapai tujuan mengurangi prevalensi stunting secara signifikan dan menciptakan generasi yang lebih sehat dan berkembang dengan optimal.

Upaya penanggulangan stunting di Indonesia tidak hanya berfokus pada intervensi gizi spesifik pada anak balita, tetapi juga perlu memperkuat ketahanan pangan dan gizi masyarakat. Hal ini penting karena akses terhadap makanan bergizi dan aman merupakan faktor fundamental dalam mencegah stunting.

Membangun ketahanan pangan dan gizi masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai strategi, antara lain:

  • Peningkatan produksi pangan lokal: Mendukung petani kecil dan marginal dalam meningkatkan produksi pangan bergizi melalui penyuluhan, bantuan benih dan pupuk, serta akses terhadap teknologi pertanian yang tepat guna.
  • Diversifikasi konsumsi pangan: Mendorong masyarakat untuk mengonsumsi beragam jenis makanan bergizi dari berbagai kelompok bahan makanan, seperti padi, jagung, ubi jalar, kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan, dan protein hewani.
  • Penguatan program edukasi gizi: Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dan pola makan sehat melalui edukasi di sekolah, posyandu, dan komunitas.
  • Pengembangan program intervensi gizi sensitif: Melakukan intervensi gizi yang tidak hanya fokus pada anak balita, tetapi juga pada ibu hamil, menyusui, dan remaja putri untuk memastikan asupan gizi yang optimal selama periode kritis pertumbuhan.
  • Peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi: Akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak sangat penting untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan masyarakat, yang pada akhirnya dapat membantu mencegah stunting.

Pemerintah perlu bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk sektor swasta, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat, untuk membangun ketahanan pangan dan gizi masyarakat. Dengan kerjasama dan komitmen yang kuat, diharapkan Indonesia dapat mencapai target penurunan prevalensi stunting secara signifikan dan mewujudkan generasi yang lebih sehat dan berkualitas.

Melalui upaya bersama dalam membangun ketahanan pangan dan gizi masyarakat, Indonesia bergerak menuju pencapaian tujuan yang lebih luas dalam penanggulangan stunting. Dengan meningkatkan produksi pangan lokal, mendiversifikasi konsumsi pangan, memperkuat program edukasi gizi, dan mengembangkan intervensi gizi sensitif, kita memberikan fondasi yang kokoh bagi kesehatan generasi mendatang. Pemerintah, bersama dengan mitra dari berbagai sektor, harus terus bekerja keras dan berkomitmen untuk menjaga momentum ini. Dengan kerjasama yang kokoh dan kesadaran akan pentingnya gizi yang seimbang, kita dapat menghadapi tantangan stunting dengan keyakinan bahwa masa depan anak-anak Indonesia akan lebih cerah dan berkualitas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun