Mohon tunggu...
Michael Siahaan
Michael Siahaan Mohon Tunggu... Jurnalis - Berpikir, bekerja, bersahaja.

Apa guna membaca tanpa menulis?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Emang Jurnalis Harus Idealis?

11 Februari 2016   02:18 Diperbarui: 11 Februari 2016   02:33 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

*Idealis, Ide-Alis, Ide beralis?

 

Sebelum menyentuh topik yang sepertinya berat (sepertinya, ya, saya gak janji), kiranya sudi memberikan sedikit waktu membaca data diri singkat saya. Singkat saja.

Nama saya Michael Siahaan, baru setahun lebih dua bulan jadi jurnalis di sebuah kantor berita pemerintah (catatan: Indonesia hanya memiliki satu kantor berita). Sebelumnya, sehabis lulus dari Jurusan Ilmu Kelautan Undip, saya nganggur selama setahun. Jadi bisa dipastikan, pengalaman jurnalistik pria berkacamata ini sama sekali nol.

Pengalaman-pengalaman di lapangan yang sangat baru bagi saya banyak meninggalkan hal-hal berkesan. Salah satunya, apakah memang jurnalis itu harus idealis?

"Semoga kalian bisa mempertahankan idealisme kalian sampai pensiun nanti," kata Kepala Sekolah tempat saya dan teman-teman digembleng menjadi wartawan kantor berita.

Lah, kami cuma manggut-manggut setuju. Ada yang anggukannya terlihat semangat dengan pancaran wajah serius, adapula yang diam saja, mungkin manggutnya dalam khayal. 

Pertanyaannya saya ulangi, apakah jurnalis memang harus idealis?

Sekarang saya tanya balik, emang idealis itu apa? Orang yang mengikuti jalan pemikiran idealisme. Lalu, idealisme itu apa?

Hmm... Pertama-tama saya bukan filsuf, pemikir, pengajar apalagi aktor laga. Namun mari kita coba membedah-bedah "idealisme" ini dengan cara sederhana.

Idealisme, ideal+isme. "Isme" itu imbuhan akhir yang artinya menerangkan sistem kepercayaan politik, sosial dan ekonomi (ini nyontek KBBI). Nah, ideal artinya sesuai yang dikehendaki atau diangankan (juga nyontek KBBI, :P). Di sinilah intinya, dikehendaki atau diangankan, dicita-citakan berarti secara materi belum ada, ya kan? Belum bisa dirasakan atau dipegang atau dilihat atau dirasakan atau di.... Ah, sudahlah.

Jadi, idealisme itu terkait dengan gagasan, ide, karena itulah dia berlawanan dengan material-isme, yang berlandaskan keyakinan atas apa yang dapat dirasakan secara langsung (kebendaan). Lucunya, walau bertentangan, idealisme dan materialisme justru saling melengkapi pada akhirnya (cieee...).

Orang yang ber-ide, pasti menginginkan sesuatu. "Sesuatu" inilah yang diterjemahkan sebagai materi. Sebaliknya materialisme mengatakan justru materi itulah yang menghasilkan ide. Misalnya begini, kita tidak punya makanan, maka otak akan mencari cara bagaimana caranya kenyang, dari sana kemudian timbul apa yang dinamakan gagasan. 

Contoh idealis terkenal adalah Georg Wilhelm Friederick Hegel. Hegel ini sempat punya penggemar sejati yang kemudian berubah menjadi "musuh"nya sekaligus salah satu materialis terkenal, Karl Heinrich Marx.

Oke, jangan terlalu melebar, kembali ke pertanyaan awal (ulangan kedua), apakah jurnalis harus idealis? Harus?

Singkat saja. Tentu jawabannya menjadi tidak, karena setiap orang bisa memosisikan dirinya di mana, bisa menjadi idealis atau materialis. Kalau terpaku dengan angan-angan, pemikiran, cita-cita, maka idealisme adalah pilihan tepat. Namun kalau ternyata memiliki gagasan besar yang bersumber dari fakta-fakta kehidupan misalnya tentang kemiskinan, maka bisa dikatakan sebagai orang yang sedikit materialis.

Kenapa sedikit? Karena menjadi materialis tidak pernah mudah dan tidak pernah sederhana. Lain hal dengan idealis yang semua orang bisa. 

Tinggal tutup mata, berkhayal. Gampang, kan? :p

 

 

Salam!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun