Sejarah Green IT
Awal pemikiran terkait dengan green IT (dikenal juga dengan green computing) ini ada pada tahun 1992 silam. Detailnya pada saat US Environmental Protection Agency memiliki ide terkait program yang bernama Energy Star.Â
Program penerbitan ini berdampak pada kesadaran organisasi bisnis yang beroperasi dengan teknologi ataupun yang tidak.Â
Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran mengenai biaya listrik. Program awal dari green IT itu pun menghasilkan sebuah inovasi teknologi, yakni sleep mode pada elektronik.Â
Setelah itu, di tahun yang sama terdapat sebuah lembaga yang memiliki hak terkait dengan ergonomi, ekonomi, dan energi pada elektronik, TCO (Tjnstermnnens Central Organization) menerbitkan sertifikasi terkait dengan pengurangan emisi dan magnetik pada layar dengan metode CRT.Â
Perkembangan terkait green IT ini terus berkembang hingga menjadi salah satu syarat bagi elektronik di dunia industri. (Budhi, 2011).
Setelah berjalan cukup lama, green ITÂ sendiri mengalami sebuah perkembangan. Perkembangan tersebut terbukti pada saat program Energy Star mengalami revisi pada tahun 2006. Revisi tersebut bertujuan untuk melakukan aturan lebih ketat terkait efisiensi energi dan juga pemeringkatan seluruh bahan yang dipakai pada industri komputer.Â
Penelitian terkait dengan green ITÂ di dunia industri terus terjadi. Tepatnya pada tahun 2010, Presiden Amerika Serikat Barack Obama memerintahkan American Recovery and Reinvestment Act (ARRA) untuk melakukan penelitian terkait dengan efisiensi energi dan terbarukan, serta langkah-langkahnya.
Konsep Green IT
Green IT memiliki definisi yaitu sebagai ilmu dan implementasi terkait dengan perancangan, pembuatan, penggunaan, sampai pembuangan apapun yang berkaitan dengan TI dengan cara yang efisien dan efektif.Â
Green IT sendiri diterapkan dengan upaya untuk mengurangi bahan yang tidak digunakan. Selain itu, hemat energi juga menjadi alasan yang kuat mengapa konsep green IT ini muncul.Â
Konsep Green ITÂ memiliki daya untuk mendorong manusia lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan. Hal tersebut didadasri dari green IT yang mendorong manusia untuk tidak mampu dalam pemanfaatan komponen teknologi (Huda, 2021) .