Raihan sempurna milik Tim Nasional Belanda di Grup B Piala Dunia 2014 tak akan dapat dilepaskan dari kehadiran bintang-bintang, seperti Arjen Robben, Robin van Persie, Wesley Sneijder dan Nigel de Jong di kubu Oranje. Apalagi keempat bintang senior tersebut sangat diandalkan oleh pelatih Louis van Gaal, untuk menjadi tulang punggung bagi skuad Belanda yang dipenuhi pemain-pemain muda berbakat. Sehingga tak ada yang menyangka jika pelatih bernama lengkap Aloysius Paulus Maria van Gaal itulah yang seharusnya mendapat kredit, atas lolosnya Belanda ke babak 16 besar.
Ada 2 faktor penting yang menjadi dasar pemberian kredit bagi sang pelatih. Pertama, keberhasilan van Gaal menanggalkan idealisme yang kerap diusung tim Oranje, dan tampil lebih realistis. Sadar bahwa lini tengahnya tidak akan diperkuat oleh Kevin Strootman, yang mengalami cedera ligamen, van Gaal berinovasi dengan menggunakan formasi 5-3-2 yang cenderung defensif dan mengandalkan serangan balik. Pada awalnya, hanya sekitar 5% publik Belanda yang yakin bahwa Tim Nasional mereka akan tampil pada partai puncak tanggal 12 Juli nanti di Stadion Maracana.
Pasalnya, formasi 5-3-2 dianggap sebagai pengkhianatan terhadap formasi menyerang 4-3-3 a la Total Football yang sudah mendarah daging di negeri mereka. Namun van Gaal tak bergeming, apalagi inovasinya telah mendapat persetujuan dari bintang-bintang senior seperti Captain van Persie dan Vice-Captain Robben. Hasilnya adalah penampilan menawan, yang dapat membuat setiap mulut di muka bumi menganga terkesima, seperti ketika mereka membantai juara bertahan Spanyol 5-1. Penampilan yang membuat 75% publik Belanda saat ini menginginkan agar mereka merebut trofi Piala Dunia.
Padahal beberapa minggu lalu, tak sedikit pundit yang menyayangkan keputusan Manchester United meminang van Gaal menjadi Manager, selepas ajang Piala Dunia. Menurut mereka, van Gaal adalah seorang keras kepala yang tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Namun faktanya, sang Meneer terbukti mau mengadopsi taktik brilian Ronald Koeman di Feyenoord, untuk mengakali lini pertahanan Oranje dengan menggunakan tiga centre-back, dan bahkan meminta persetujuan dari para bintang seniornya terlebih dahulu sebelum menerapkan formasi 5-3-2 tersebut.
Sikap realistisnya tersebut kembali ditunjukkan kala melawan Chile, di pertandingan terakhir Grup B. Kehilangan Bruno Martins Indi yang cedera di laga kedua kontra Australia, membuat van Gaal memutuskan untuk mendorong Daley Blind 'bermain kedalam' sebagai left centre-back dan memainkan Dirk Kuyt sebagai left back. Keduanya bahu membahu menangkal serangan yang dibangun Alexis Sanchez di sisi kiri pertahanan Belanda, sehingga bintang Chile itu tidak dapat bergerak bebas untuk menerobos ke kotak penalti dan menciptakan peluang emas bagi negaranya.
Selain meninggalkan idealisme dan tampil lebih realistis, faktor penting yang kedua adalah keberhasilan van Gaal dalam membangun kedekatan personal dengan para pemainnya, terutama para bintang senior yang merupakan tulang punggung tim. Menjalin komunikasi intens dalam menentukan formasi yang akan digunakan, merupakan contoh kerjasama yang baik antara pemain bintang dan pelatih, dan dapat membuat pelatih tersebut disegani oleh sang bintang. Apalagi kegagalan Oranje di beberapa seri Piala Dunia maupun Piala Eropa kerap disebabkan oleh perpecahan internal antara para pemain bintang dengan sang pelatih.
Contohnya adalah pertikaian antara Ruud Gullit dan Dick Advocaat yang terjadi di Piala Dunia 1994, Edgar Davids vs Guus Hiddink di Piala Eropa 1996, serta yang teranyar adalah perseteruan Rafael van der Vaart dengan Bert van Marwijk di Piala Eropa 2012. Memang sempat timbul ketegangan internal antara Arjen Robben dengan Bruno Martins Indi, dalam sebuah sesi latihan tim Oranje menjelang tampil di Brasil. Namun konflik tersebut berhasil diredam dengan baik oleh van Gaal, tepat sebelum berlangsungnya pagelaran Piala Dunia 2014.
Kemampuannya dalam mereformasi tim Oranje menjadi sebuah tim yang lebih realistis. Serta kelebihannya dalam membangun kedekatan personal yang membuat dirinya disegani oleh para bintang senior Oranje, tak ayal membuat Aloysius Paulus Maria van Gaal menjadi sosok penentu seberapa jauh Tim Nasional Belanda berlaga di gelaran Piala Dunia Brasil 2014. Apakah sang pelatih mampu memenuhi ekspektasi 75% publik Belanda, untuk merebut trofi Piala Dunia mereka yang pertama? Ataukah raihan sempurna yang dicapai di Grup B tersebut hanyalah sebuah keberuntungan belaka? Ooppss..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H