Dari zaman dulu sekali, bahkan sebelum Masehi, sudah banyak orang yang mengingini obat panjang umur yang bisa memberi keabadian. Akan tetapi tidak semua berhasil menemukannya dan beberapa memiliki alasan yang berbeda-beda atas mengapa mereka mencari obat panjang umur. Lantas, apakah sebenarnya keabadian itu ada?
Kaisar yang mengingini keabadian
Pada 221 SM (sebelum Masehi), seorang Kaisar China bernama Qin Shi Huang berhasil menyatukan China pada usia sekitar 38 tahun. Dan kemudian pada saat ia berusia sekitar 40 tahun, ia mulai merasa takut dengan 'kematian' dan Kaisar tersebut mulai penasaran dengan obat panjang umur.
Kaisar Qin Shi Huang pun memerintahkan seorang alkemis bermama Xu Fu untuk melakukan ekspedisi mencari ramuan-ramuan abadi. Xu Fu pun pergi dengan banyak sekali anak buah, akan tetapi mereka tidak pernah kembali kepada sang Kaisar. Sayangnya lagi, pada akhirnya obsesi Kaisar Qin Shi Huang terhadap obat panjang umur lah yang menyebabkan kematiannya. Sang Kaisar memerintahkan banyak alkemis dan ahli untuk membuat ramuan-ramuan. Akan tetapi, banyak dari ramuan itu yang mengandung merkuri yang berbahaya.
Kaisar lain yang terobsesi juga dengan obat panjang umur
Hal yang mirip terjadi pada Kaisar Elagabalus (Kaisar Romawi) yang dikenal karena hidupnya yang eksentrik dan kebijakan anehnya. Kaisar Elagabalus juga terobsesi pada keabadian dan ia berusaha mengundang berbagai peramal dan alkemis untuk mencari rahasia kehidupan abadi. Kaisar Elagabalus meyakini bahwa ramuan dan ritual keagamaan dapat memberinya umur yang panjang dan keabadian. Namun sayangnya, pada usianya yang ke 18 atau 19, ia terbunuh dalam sebuah kudeta yang dipimpin oleh pengawal pribadinya.
Usaha-usaha yang telah dilakukan manusia demi mencari obat panjang umur
Dikutip dari detikhealth, para ilmuwan di Swedia telah melakukan penelitian agar manusia bisa berumur panjang hingga 100 tahun. Hal ini dilakukan dengan meneliti biomarker/tanda medis darah dari 44.000 orang berusia di atas 64 tahun, termasuk 1.200 orang di antaranya adalah centenarian atau orang yang berusia setidaknya 100 tahun. "Perbedaan nilai biomarker antara centenarian dan non-centenarian lebih dari satu dekade sebelum kematian menunjukkan bahwa faktor genetik dan gaya hidup yang mungkin dapat dimodifikasi yang tercermin dalam tingkat biomarker ini mungkin memainkan peran penting untuk umur panjang," ucap tim peneliti diambil dari Daily Mail. Â
Rahasia panjang umur
Jadi, selama ini 'obat panjang umur' yang dicari-cari dari sebelum Masehi sebenarnya ada di gaya hidup yang sehat. Ini juga menjelaskan kenapa orang zaman dulu lebih panjang usianya dibanding orang-orang di zaman sekarang (tidak bermaksud bagaimana). Orang-orang di zaman dahulu lebih banyak beraktivitas sedangkan kita sekarang hidup di dunia yang serba instan. Tak hanya itu, kita dikelilingi oleh banyak sekali junk food maupun fast food yang menggiurkan.