Resah juga ya mendengar berita ular merajalela masuk ke pemukiman penduduk? Memang sih, konon di musim hujan ini adalah waktunya ular bertelur. Nggak heran kalo banyak diberitakan banyak ditemukan anakan ular di area pemukiman. Tapi, horror juga yaa kalo tiba-tiba ular muncul di kloset toilet. Apalagi, kita seringkali terburu-buru tanpa memperhatikan situasi dan kondisi toilet karena kebelet pipis.Â
Dan ternyata kita ini sudah banyak salah berjamaah tentang info seputar ular. Terlebih lagi, di film-film action pun seringkali ditunjukkan cara penanganan luka saat digigit ular. Yaitu dengan diikat di bagian yang digigit lalu dihisap pakai mulut agar bisanya keluar dari tubuh. Faktanya itu salah besar! Ini dia beberapa hoax yang masif beredar tentang ular dan penanganannya:
1. Bisa ular menyebar pembuluh darah. Ini hoax ya, karena ternyata menurut Pakar Toksonologi dan spesialis emergency medicine dr. Tri Maharani bisa ular itu menyebar lewat kelenjar getah bening.
2. Jika digigit ular, kita harus ikat di sekitar area yang digit agar tidak menyebar dan harus diisap/disedot agar bisanya keluar. Ini juga hoax loh ternyata.
3. Bawang merah bisa digunakan sebagai antivenom gigitan ular. Hal ini juga hoax karena belum ada penelitian lebih lanjut yang bisa membuktikan.
4. Lempar atau taburi garam agar ular tidak masuk rumah. Hal ini juga ternyata hoax karena kulit ular itu bersisik dan kuat jadi melewati permukaan tanah yang ditaburi garam ibarat mereka berjalan di pasir saja.Â
Tahu nggak sih, ternyata pertolongan pertama yang tepat segera setelah tergigit ular dapat menyelamatkan nyawa kita? Kasus kematian akibat gigitan ular menurut dr. Tri karena teknik pertolongan pertama yang tidak tepat. Hal ini tentu saja karena hoax yang sudah diwariskan turun menurun dari mulut ke mulut.Â
Kunci utama untuk pertolongan pertama saat digigit ular adalah imobilisasi. Yaitu membuat area/anggota tubuh yang digigit ular tidak banyak mengalami pergerakan.Â
Misal tergigit di tangan, kita bisa pakai kayu penyangga seperti penanganan patah tulang untuk mengurangi gerak area tersebut. Hal ini bertujuan untuk menhambat penyebaran bisa ke area tubuh yang lain. Lepaskan cincin, jam tangan dan longgarkan pakaian korban. Lalu, segera cari bantuan tenaga medis di rumah sakit terdekat untuk mendapatkan antivenom.
Kebanyakan kasus gigitan ular di masyarakat, area sekitar gigitan ular akan diikat erat agar racun tidak menyebar. Justru hal ini hanya akan menyebabkan area tersebut membengkak, kekurangan aliran darah dan matinya jaringan yang mengakibatkan perlunya tindakan amputasi.
Pastikan juga untuk mencatat waktu terjadinya insiden gigitan ular. Tujuannya agar dokter bisa menghitung berapa banyak waktu yang sudah berlalu sejak gigitan terjadi. Karena, ada beberapa jenis bisa ular yang menyebar dengan sangat cepat. Salah satunya bisa King Cobra.Â
Fenomena ular masuk ke area pemukiman bisa terjadi salah satunya karena tingkat kebersihan yang buruk dan adanya makanan alami ular, salah satunya tikus. Penting untuk selalu menjaga kebersihan rumah agar tidak ada tikus yang dapat memancing predator ini. Berikut beberapa tips penting saat berhadapan atau menemukan ular di area rumah:
1. Tetap tenang, karena beberapa jenis ular sangat responsif terhadap gerakan yang tiba-tiba.Â
2. Jika ular masuk ke dalam rumah, bukalah pintu dan ventilasi agar ular keluar dengan sendirinya.
3. Semprotkan wewangian yang tidak disukai oleh ular. Menggunakan pengharum ruangan dan rajin mengepel lantai dengan karbol bisa mencegah ular masuk ke rumah.
4. Tutuplah saluran-saluran air dengan filter yang kecil sehingga tidak bisa dilewati oleh ular.
5. Hubungi pihak yang berwenang untuk membantu menangani ular. Seperti pemadam kebakaran di nomor 113.
Kehadiran ular memang tidak bisa dielakkan, terlebih sekarang habitatnya banyak tergusur oleh pemukiman. Jangan sekali-sekali mencoba menangani sendiri tanpa pelatihan profesional untuk penanganan ular. Dan semoga tips pertolongan pertama pada gigitan ular ini bisa menambah wawasan dan lebih banyak menyelamatkan jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H