Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebagian Besar Cerita adalah Kebohongan

3 November 2024   09:23 Diperbarui: 3 November 2024   09:39 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buku yang menampilkan cerita-cerita di dalamnya| sumber gambar pixabay

Vonnegut menyatakan bahwa inilah representasi sastra yang paling dekat dengan kehidupan nyata. Dalam kehidupan, perubahan-perubahan yang kita alami sering kali penuh dengan makna ganda. Kita tidak selalu bisa memahami apakah suatu peristiwa adalah hal yang baik atau buruk pada saat itu. Bahkan ketika kita membuat keputusan yang tampaknya bijak, hasil akhirnya tidak selalu bisa kita prediksi. Sebab itu, hidup lebih menyerupai cerita garis lurus, artinya, tidak selalu ada titik klimaks, tidak ada akhir yang bahagia atau sedih yang jelas, melainkan hanya aliran peristiwa yang terus bergerak maju.

Menariknya, salah satu media modern yang secara tidak sengaja mencerminkan ide Vonnegut tentang cerita sebagai garis lurus adalah serial televisi. Serial TV, terutama yang terdiri dari banyak musim, sering kali terjebak dalam siklus cerita yang tidak pernah benar-benar berakhir. Setiap episode harus cukup menarik untuk membuat penonton tetap menonton hingga akhir, tetapi pada saat yang sama, cerita tidak boleh benar-benar selesai. Jika cerita benar-benar mencapai akhir, penonton akan kehilangan alasan untuk terus menonton.

Serial televisi yang sukses sering kali berusaha untuk memperpanjang cerita selama mungkin. Setiap musim diakhiri dengan cliffhanger (istilah yang digunakan dalam sastra dan media, terutama dalam cerita, film, atau serial televisi, untuk menggambarkan sebuah situasi di mana sebuah episode atau bab diakhiri pada momen ketegangan sehingga menciptakan rasa penasaran atau rasa ingin tahu di antara penonton atau pembaca, apa yang akan terjadi selanjutnya), dan setiap konflik yang tampaknya terselesaikan akhirnya membuka konflik baru di episode berikutnya.

Dalam banyak kasus, karakter utama dalam serial tidak pernah benar-benar menemukan penyelesaian total dari permasalahan mereka. Mereka terus bergerak maju, terjebak dalam siklus konflik dan penyelesaian sementara, tanpa mencapai kesimpulan akhir. Serial Twilight misalnya, menunjukkan bagaimana narasi cinta segitiga antara Bella, Edward, dan Jacob menciptakan dinamika konflik yang berkelanjutan. Setiap buku dan film dalam kisah ini menggali lebih dalam tentang problematika yang dihadapi oleh Bella, yang terjebak antara dua dunia---manusia dan vampir. Setiap keputusan yang diambilnya menciptakan masalah baru, baik dalam hubungan dengan Edward maupun Jacob, dan konflik yang tampaknya terselesaikan di satu bagian sering kali muncul kembali di bagian berikutnya.

Dalam konteks ini, Twilight dapat dilihat sebagai representasi narasi yang tidak berjalan lurus, tetapi lebih ke siklus ketidakpastian. Di dalam cerita ini, meskipun Bella berusaha untuk membuat pilihan yang tepat, hasil dari setiap pilihan yang diambilnya sering kali menghasilkan komplikasi baru. Sebagai contoh, keputusan untuk bersama Edward atau Jacob tidak pernah memberikan akhir damai yang panjang, melainkan terus-menerus menghadirkan tantangan baru yang harus dihadapi.

Selaras dengan pandangan Vonnegut, kita mungkin akan memandang Twilight sebagai contoh yang menggambarkan bahwa kehidupan tidak selalu berjalan menuju kesimpulan yang logis atau memuaskan. Hidup penuh dengan siklus harapan yang terbalik, ketika pencarian cinta dan identitas tidak hanya membawa kebahagiaan, tetapi juga ketidakpastian dan konflik yang terus menerus.

Pada akhirnya, baik cerita tradisional maupun cerita yang lebih realistis seperti yang digambarkan Vonnegut, dapat memiliki peran penting dalam kehidupan kita. Cerita tradisional, Bawang Merah dan Bawang Putih, misalnya, dengan pola keberuntungan yang jelas dan akhir yang bahagia, pun memberikan rasa kelegaan dan harapan. Nah, dalam dunia yang tidak pasti, kita memang membutuhkan cerita yang memberikan keyakinan bahwa semuanya akan baik-baik saja pada akhirnya, kendati ini adalah "kebohongan" yang kita terima karena cerita tersebut memberikan gambaran bagaimana kita bertahan melalui kesulitan.

Namun, perlu kita sadari bahwa cerita yang lebih realistis, seperti Hamlet atau serial televisi yang terus berlanjut tanpa resolusi, mengingatkan kita bahwa hidup tidak selalu menawarkan akhir yang jelas atau kesimpulan moral yang mudah. Terkadang, kita harus menerima bahwa tidak semua peristiwa dalam hidup dapat dipetakan sebagai baik atau buruk. Ini adalah pelajaran yang mungkin lebih sulit untuk diterima, tetapi juga lebih jujur terhadap kenyataan kehidupan manusia.

Sebagian besar cerita mungkin memang "kebohongan," tetapi kebohongan itu memberi kita alat untuk memahami dunia yang kompleks ini. Di sisi lain, cerita yang lebih realistis mengajarkan kita untuk menerima bahwa hidup adalah perjalanan yang terus berjalan, dan dalam perjalanan itulah terletak keberuntungan sejati: kemampuan kita untuk terus berubah dan berkembang, tanpa harus menemukan kesimpulan akhir.

---

Shyants Eleftheria, Osce te Ipsum

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun