Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Memeluk Kesunyian

21 September 2024   22:44 Diperbarui: 21 September 2024   22:49 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku terbangun pada tengah malam karena mendengar kata-kata yang menggema di kepalaku:

"Jangan takut pada kesunyian, berdamailah dengannya, sebab di saat-saat sunyi itulah pesan khusus untukmu akan tersampaikan." 

Kata-kata itu menancap dalam benakku. Aku menyadari, sering kali orang-orang begitu takut pada kesunyian, termasuk diriku. Mungkin itulah sebabnya orang-orang cenderung membiarkan televisi, radio, atau ponsel terus menyala, seolah-olah kebisingan mampu mengusir ketakutan terhadap sunyi.

Namun, aku tahu bahwa dalam sunyi, kehidupan terkadang terkunci dalam kata-kata yang tidak terucap. Aku harus belajar memahami apa yang ingin disampaikan oleh sunyi. Kata-kata, meskipun tak terlihat, memiliki energi yang mengalir tanpa henti. Ketika ruang waktu yang tenang muncul di antara kata-kata itu, aku bisa berkonsultasi dengan diriku sendiri, merenungkan langkah apa yang harus kuambil selanjutnya.

Tidak semua pertanyaan hidup harus aku jawab dengan kata-kata. Terkadang, jawabannya datang bisa melalui anggukan pelan, pelukan hangat, senyum tulus, atau sekadar tatapan lembut di mataku. Bahkan, ada kalanya kesunyian itu sendiri adalah jawaban terbaik.

Berdamai dengan kesunyian berarti harus lebih dulu berdamai dengan diri sendiri. Maka aku harus belajar menjadi sahabat terbaik bagi diriku sendiri, menghargainya dan menerimanya. Bukankah begitu cara kita semua memandang sahabat sejati?

Ketakutanku terhadap kesunyian mungkin berasal dari ketidaksanggupanku untuk benar-benar mengenal dan menerima diri sendiri. Aku menyadari bahwa aku belum sepenuhnya belajar menyukai diriku. Bahkan, hingga saat ini, aku masih sering merasa tidak puas terhadap diriku. Jika bisa belajar untuk menerima diri apa adanya, mungkin momen-momen sunyi itu tidak akan lagi terasa menakut lagi bagiku.

Aku telah membuka pintu hati. Jika pintu itu terasa kaku, berderit, dan berkeluh, aku akan mendorong dan memaksanya hingga terbuka. Mungkin aku harus membersihkan jaring laba-laba di dalamnya---akan kulakukan, meskipun itu membuatku bergidik.

Aku menemukan bahwa hatiku penuh sesak dan berdebu, seperti loteng yang tak pernah kumasuki. Di sini, aku menggali lebih dalam bahwa menerima dan mencintai diriku sendiri tidak terjadi dalam semalam.

Kesunyian adalah awal dari perjalananku. Kesunyian itu mengajariku untuk melepaskan banyak hal. Ia mengajarkanku untuk benar-benar berteman dengan diriku sendiri, untuk tidak terlalu keras pada diriku. Ia mengajarkanku untuk memaafkan diriku. Kepahitan, kemarahan, dendam, semuanya harus kulepaskan.

Aku tidak dimaksudkan untuk membawa emosi-emosi itu terlalu lama. Dalam melepaskan, aku memberi diriku izin untuk mulai benar-benar hidup. Aku selalu memastikan untuk menemukan tempat yang tenang di tengah kesibukan hidup. Terkadang, hari-hari berlalu begitu saja---tanpa terasa. Itu bisa terjadi dengan mudah karena aku begitu sibuk. Ketika aku tidak menyisihkan waktu untuk diriku sendiri, tidak menarik diri sejenak, rasanya aku berputar di luar kendali. Rasanya seperti aku kehilangan keseimbangan.

Kamu tahu bagaimana rumah terlihat setelah kunjungan yang kacau? Begitulah perasaanku---segala sesuatunya berantakan, tidak pada tempatnya. Jadi, aku perlu mencari kesunyian untuk sedikit membersihkan "furnitur" di dalamnya, memoles sedikit di sini dan di sana. Setelah itu, aku pasti kembali sebagai pribadi yang lebih baik.

Aku menarik diri ke tempat yang damai, di mana tidak ada seorang pun yang bisa menggangguku. Di tempat-tempat inilah, waktu duniawi seakan-akan menghilang, dan aku belajar mengenali irama istirahat.

Aku tidak harus berada di alam terbuka untuk menikmati kesunyian. Aku bisa melakukannya di mana pun aku tinggal. Kesunyian itu lebih merupakan keadaan batin. Jika meluangkan waktu untuk menarik diri setiap hari, bahkan hanya ke tempat di mana aku bisa bersama diriku sendiri, di mana aku bisa memperhatikan hal-hal lain selain rutinitas yang biasa kulakukan, di mana aku bisa menciptakan ruang kecil untuk bernapas, jiwaku bisa tersenyum sebab keramaian hidup akan hilang sejenak.

Di dalam ruang itu, aku bisa meresapi kedamaian. Di sanalah aku mendengar kata-kata yang dibisikkan oleh kesunyian, kemudian, aku akan menyadari bahwa aku tidak lagi takut pada kesunyian. Aku akan menyadari bahwa kesunyian membisikkan kata-kata dengan indah.

Menurutku, keindahan adalah kunci utama. Ia meresap dan membuka semua tempat tersembunyi di hati terdalam, tempat-tempat terinjak-injak dan hancur, tempat-tempat yang membutuhkan penyembuhan. Keindahan itu menyegarkan; Keindahan merawat; Keindahan menghibur; Dan keindahan menyembuhkan.

Sepanjang hari, aku menyapa matahari, berbicara pada bulan, dan memberitahu bunga kecil betapa cantiknya dunia. Hidup ini sangat berharga, dan aku harus bersyukur untuk itu.


Akhirnya, aku menyadari bahwa aku tidak membutuhkan hal lain---memiliki pasangan, misalnya. Rasa syukur telah menjadi penahan pintu yang menjaga hati tetap terbuka. Aku menghargai tubuhku. Meski menahan sakit, dari sanalah aku menjalani hidup.

---

Shyants Eleftheria, Osce te Ipsum

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun