kehidupan cenderung makin menantang karena tuntutan organik yang tidak terelakkan. Kemandirian menjadi kian dekat dengan keberadaan kita. Berbeda saat masih anak-anak, hampir semua kebutuhan kita dipenuhi oleh orang tua. Saat itu yang menjadi kekhawatiran adalah apa yang diinginkan atau tidak inginkan, seperti bermain dengan mainan, video game, menonton kartun, makan cemilan, berteriak, berlarian sambil tertawa, dan lain sebagainya.
Seiring bertambahnya usia,Selanjutnya, tanggung jawab untuk menjaga keberlangsungan hidup perlahan-lahan beralih menjadi tanggung jawab kita sendiri. Kita tidak lagi hanya bisa memikirkan apa yang ingin atau tidak ingin kita lakukan, tetapi harus berfokus pada apa yang bisa, perlu, dan harus kita lakukan, terlepas dari apakah kita menyukainya atau tidak.
Karena itu, kita harus mempelajari keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk menjaga diri dan lingkungan hidup kita dalam kondisi baik. Dalam prosesnya, kita tidak punya pilihan selain mempelajari dan mengadopsi keterampilan tersebut demi kepentingan kita sendiri, tentu saja sepanjang waktu.
Berjalannya waktu, orang-orang di sekitar kita yang dulunya kita anggap akan selalu ada, perlahan-lahan akan memudar. Orang tua kita akan semakin tua, semakin lemah, dan pada akhirnya mungkin meninggalkan kita terlebih dahulu.Â
Teman-teman kita pun akan memiliki kehidupan mereka sendiri yang perlu mereka urus, serta keluarga yang harus mereka perhatikan, sehingga mereka tidak dapat lagi memberikan waktu dan energi yang banyak untuk kita seperti masa-masa di sekolah dulu.
Mau tidak mau pada akhirnya kita harus belajar bagaimana mengatasi kekurangan dukungan sosial dengan efektif. Pentingnya pengambilan keputusan yang tepat dalam pekerjaan, hubungan, keuangan, gaya hidup, dan rencana masa depan akan selalu menjadi hal yang perlu diperhatikan, bahkan mungkin akan menghantui kita.
Di dunia yang ideal, kita ingin semua elemen penting dalam kehidupan ini sudah sempurna sejak awal. Namun, kenyataannya, sebagian besar dari kita memerlukan waktu bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun untuk menata setiap elemen penting dalam hidup, terutama jika kita tidak mendapatkan pembelajaran yang tepat sejak dini dan harus mempelajarinya dengan susah payah.
Dalam proses menuju kedewasaan, kita akan menghadapi berbagai tantangan, seperti pengangguran, kebangkrutan, masalah kesehatan, kehilangan tujuan hidup, dan sebagainya. Maka sangat penting bagi kita untuk memiliki inisiatif, ambisi, ketahanan, kesabaran, dan kecerdasan untuk menyesuaikan diri, sehingga kita dapat mengendalikan hidup kita dan beradaptasi dengan keadaan, terutama ketika keadaan tersebut membawa malapetaka. Keberhasilan dan kehancuran hidup kita selanjutnya tergantung pada keputusan yang kita ambil.
Dalam hidup, kita tidak bisa menghindari kesulitan. Dari sinilah kita harus mengadopsi narasi mental yang benar untuk dapat menghadapi ketidakadilan dan kemalangan hidup. Salah satu cara adalah dengan menemukan mentor yang tepat, baik mentor kehidupan maupun mentor yang lebih jauh, yamg membantu kita mempelajari bagaimana mengelola ekspektasi kita sendiri dan menangani atau mengabaikan ekspektasi orang lain.
Hal-hal penting dalam hidup membantu kita belajar bagaimana mengelola ekspektasi diri dan menangani atau mengabaikan ekspektasi orang lain yang terus berkembang tanpa henti. Dengan begitu, kita bisa menentukan dengan jelas apa yang benar-benar penting bagi kita dan apa yang tidak.Â
Penting untuk memahami bahwa setiap kesalahan dan kegagalan yang kita hadapi hanyalah hambatan yang mengajarkan kita cara mengatasinya, bukan jurang maut yang tak dapat dilewati. Kita perlu mengumpulkan keberanian dengan sepenuh hati untuk terus maju, tanpa malu dan tanpa penyesalan untuk mengakui rasa sakit yang kita alami.
Keinginan dan tindakan untuk mengejar apa yang kita inginkan dengan gigih sering kali membawa kita pada kesadaran bahwa sebagian besar perasaan dan pencapaian terbaik dalam hidup menunggu di akhir ujian atau tantangan besar. Terkadang, ujian dan tantangan tersebut tidak selalu tentang belajar, mengatasi, atau bertahan, tetapi juga tentang melepaskan apa yang baik dan apa yang tidak baik bagi kehidupan kita.
Hidup adalah tentang penderitaan---penderitaan yang datang karena kehidupan menuntut kita untuk terus berjuang agar tetap bertahan dan berkembang di dalamnya. Setiap hari dalam hidup kita dipenuhi oleh banyak pertempuran untuk bertahan hidup. Setiap pertempuran ini menentukan siapa yang cukup kuat untuk bertahan dan pada akhirnya pantas untuk berhasil---meski hanya pertempuran kecil, seperti melawan kesepian kita sendiri.
Tidak ada tempat untuk kelemahan di alam semesta yang terus berkembang. Mereka yang lemah akan tertinggal, tertindas di bawah tekanan, atau diabaikan hingga menjadi tidak relevan. Kita harus memahami bahwa kelemahan bukanlah bakat atau anugerah. Kita tidak dilahirkan atau diciptakan untuk menjadi lemah; kelemahan adalah sesuatu yang diajarkan kepada kita. Namun, kita semua memiliki kemampuan untuk melupakan apa yang telah diajarkan dan memilih jalan yang lebih kuat.
Kelemahan adalah sebuah pilihan---pilihan untuk menyerah dalam upaya melawan semua elemen yang mencoba menguasai kita. Saat menghadapi masa-masa sulit, kita cenderung berdoa atau memohon agar hidup menjadi lebih mudah atau agar diberi ruang bernapas tanpa khawatir tentang apa pun. Namun, penting untuk diingat bahwa kekuatan sejati datang dari menghadapi tantangan, bukan menghindarinya.
Inilah hal yang harus kita ingat dengan baik: hidup tidak menunggu siapa pun dan tidak akan mengasihani siapa pun. Manfaatkan hidup kita semaksimal mungkin atau jalani hidup sebaik-baiknya. Kita harus siap dan bersedia memperjuangkan hidup di setiap langkah, karena itulah satu-satunya pilihan yang kita miliki jika ingin tetap hidup dan pada akhirnya benar-benar menjalani hidup.
Apakah seseorang yang menjalani hari-harinya seolah-olah itu adalah hari terakhirnya bisa mendapatkan hasil maksimal dengan bermalas-malasan, mengasihani diri sendiri, dan tidak melakukan apa pun? Tentu tidak. Kita harus mengejar apa yang kita inginkan, sebanyak atau bahkan lebih dari yang kita sanggupi. Itulah yang disebut kekuatan. Itulah cara kita seharusnya menjalani hidup.
Ada kalanya segalanya berjalan dengan baik, dan saat itulah kita harus menghargai dan memanjakan diri sebanyak mungkin. Namun, seperti halnya semua hal, momen-momen tersebut tidak akan bertahan lama, terlepas dari seberapa baik keadaan berjalan. Jika kita menginginkan sesuatu yang baru dari hidup kita, sesuatu yang berbeda dari orang lain, atau jika keadaan alam merenggut kehidupan dari kita, semua itu pada akhirnya akan berakhir.
Kita harus selalu waspada, atau setidaknya sadar, bahwa momen indah ini akan berlalu, dan pertarungan akan dimulai lagi. Kehidupan ini hanya akan berakhir ketika kita tak lagi berada di bumi.
Jadi, satu hal yang membedakan antara seseorang yang menyerah dan seseorang yang mampu bangkit menghadapi kesulitan adalah kekuatan tekadnya dan keinginannya untuk meraih puncak keberhasilan.
---
Shyants Eleftheria, Osce te Ipsum
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H