Beberapa malam terakhir, mimpinya selalu sama. Ia terjebak di suatu ruangan dan menemukan seorang wanita muda meringkuk di dalam peti es, seperti membeku, berbaju tipis menutupi tubuh, memegang benda kecil yang tidak bisa dipastikan benda apa itu. Selajur, wajahnya berubah kaku dan napasnya berhenti saat wanita itu menatapnya dengan sorot memohon dan berucap, "Tolong!"
Setelah itu, ia terbangun
Tadinya, ia penasaran, lama-lama terganggu juga karena mimpi itu menghalanginya untuk benar-benar beristirahat dan mendapatkan energi saat tidur. Ia kemudian tidak lagi mencari tahu maknanya dan berpikir lebih baik mengabaikannya saja.
Ia lebih memikirkan hari-hari suntuk akibat satu bulan belakangan menjadi pengangguran. Perusahaan tempatnya bekerja---sebelumnya---telah beralih ke jasa outsourcing. Mau tidak mau ia dan ratusan karyawan lainnya terkena dampak gelombang massal pemutusan kerja sepihak.
Pendemo-pendemo turun menyuarakan keberatan atas Undang-Undang Cipta Kerja yang dianggap mengabaikan kesejahteraan mereka, tetapi sia-sia belaka, tidak mengubah apa pun. Penawaran pelatihan online oleh pihak perusahaan untuk para korban PHK pun tidak signifikan. Selama perusahaan masih memilih jasa outsourcing, praktik perbudakan modern akan terus berlanjut, merampas hak-hak pekerja, bahkan merampas masa depan mereka.
Malam itu ia duduk di kursi panjang di depan televisi, memeriksa ponselnya kalau-kalau ada surel jawaban dari permohonan lamaran pekerjaan baru. Namun, belum ada.
Tidak seperti biasa, jarinya merasakan sesuatu yang kasar di bagian belakang ponsel. Ia memutarnya dan melihat goresan kecil huruf "J" dan "A" di sudut kiri atas, inisial namanya dan mantan kekasihnya: Joharis dan Alena.
Ia ingat betul, Alena lah yang membuat tanda itu lebih dari setahun lalu. Mereka telah melewati masa-masa indah sejak itu hingga segalanya menjadi jauh dan kemudian berakhir.
Ia tidak menyangka, lima hari kehilangan pekerjaan, Alena memutuskan percintaan secara tiba-tiba dengan alasan bahwa mantannya itu telah menyesal berselingkuh dari kekasih lama saat menerima cinta darinya, sebab menurut Alena, ia ternyata tidak lebih baik dari si kekasih lama.
Dua kejadian itu bagai palu godam menghantam bertubi-tubi. Getir dan sakit. Ia tidak siap mengelaknya.