Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ernest Hemingway, dari Petualang Muda hingga Menggebrak Dunia Sastra

1 Agustus 2024   03:36 Diperbarui: 2 Agustus 2024   08:48 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ernest Hemingway | Sumber gambar Pixabay

--- 

Ernest Hemingway lahir dari ayah seorang dokter dan ibu seorang musisi dan guru seni pada 21 Juli 1899 di Oak Park, Illinois, Amerika Serikat. Beliau adalah seorang petualang sejak muda. Ia dibesarkan dalam lingkungan yang menghargai alam dan sering menghabiskan waktu di pedesaan Michigan.

Sebelum dikenal sebagai salah satu penulis paling berpengaruh di abad ke-20, setelah lulus sekolah, Hemingway mulai bekerja sebagai reporter untuk The Kansas City Star pada tahun 1917. Hemingway pun pernah menjadi sopir ambulans Palang Merah di Italia selama Perang Dunia I di Italia.

Setelah perang, Hemingway menetap di Paris pada tahun 1920-an, tempat Beliau bergabung dengan komunitas ekspatriat Amerika dan Eropa yang penuh dengan penulis dan seniman, seperti F. Scott Fitzgerald, Gertrude Stein, dan Ezra Pound.

Di Paris, Hemingway mulai menulis fiksi dengan serius dan menerbitkan karya-karya awalnya. Buku pertamanya, Three Stories and Ten Poems, diterbitkan pada tahun 1923, diikuti In Our Time pada tahun 1925, yang memperkenalkan gaya prosa khasnya kepada dunia. Kesuksesan besar pertamanya datang dengan novel The Sun Also Rises tahun 1926, yang mengukuhkan posisinya sebagai salah satu penulis terkemuka di era tersebut.

Teknik Unik Ernest Hemingway yang Membuatnya Terkenal

Ernest Hemingway menjadi terkenal karena kemampuannya menangkap esensi kehidupan melalui gaya menulis yang sangat unik dan langsung. Hemingway mengembangkan gaya prosa yang dikenal dengan kejelasan, singkat, dan ketepatan, yang berbeda jauh dari gaya bertele-tele dan rumit yang umum pada masanya.

Hemingway mengasah gaya ini selama bekerja sebagai reporter untuk The Kansas City Star. Beliau belajar menulis dengan ekonomis dan fokus pada fakta.

Salah satu keunikan Ernest Hemingway dalam menulis adalah Beliau menggunakan teknik yang dikenal sebagai "Iceberg Theory" atau "Teori Gunung Es." Dalam pendekatannya ini, Hemingway percaya bahwa hanya bagian kecil dari cerita yang harus ditampilkan secara eksplisit kepada pembaca, sementara lapisan yang lebih dalam dari makna dan emosinya harus tersembunyi di bawah permukaan.

Metode ini memfokuskan pada ekonomi bahasa dan mengandalkan pembaca untuk menarik kesimpulan dari petunjuk-petunjuk yang lebih halus. Konsep ini dijelaskan dalam esai Hemingway yang terkenal, "Death in the Afternoon," ketika Beliau menyatakan bahwa penulis harus menyimpan sebagian besar cerita di bawah permukaan agar cerita tetap hidup dan menarik.

Pola unik lain dari Hemingway adalah teknik "stream of consciousness" yang jarang diterapkan secara jelas dalam karyanya. Meskipun Hemingway dikenal dengan gaya prosa yang sangat terstruktur dan sederhana, Beliau juga memanfaatkan teknik ini untuk menampilkan perasaan dan refleksi karakter secara mendalam.

Dalam novel The Sun Also Rises, Hemingway menggunakan teknik "stream of consciousness" untuk menggambarkan pikiran internal karakter secara halus. Beliau memberikan gambaran yang lebih dalam tentang kondisi mental tokoh tanpa harus mengungkapkannya secara eksplisit. Teknik ini menunjukkan kedalaman emosional dan psikologis yang sering tidak diakui dalam penilaian umum tentang gaya menulisnya.

Selain itu, Hemingway dikenal dengan penggunaan "dialog yang menampilkan" atau dialog yang sangat fungsional yang melayani tujuan tertentu dalam narasi. Alih-alih menggunakan dialog untuk mengungkapkan karakter atau plot secara langsung, Hemingway sering memanfaatkan dialog untuk mengungkapkan ketegangan, konflik, atau informasi penting dengan cara yang sangat subtil.

Hal ini sering kali membuat dialog terasa lebih realistis dan alami dan memungkinkan pembaca memahami dinamika karakter melalui apa yang tidak diucapkan sama sekali. Teknik ini memperlihatkan kecerdasan Hemingway dalam menciptakan ketegangan dan dinamika tanpa harus mengekspresikannya secara terbuka.

Sikap Kritikus terhadap Karya Hemingway

Walaupun Hemingway tetap dihormati sebagai pelopor dalam sastra modern, penilaian terhadap karyanya tetap bervariasi dan dipengaruhi oleh perspektif individual para pembaca dan kritikus.

Kritikus sastra seperti Malcolm Cowley dan Edmund Wilson mengapresiasi gaya penulisan Hemingway yang ekonomis dan berpengaruh besar dalam mengubah arah sastra modern. 

Hemingway mendapatkan banyak pujian atas novel-novelnya seperti The Old Man and the Sea, yang memberikannya Penghargaan Pulitzer pada tahun 1953 dan kemudian Nobel Sastra pada tahun 1954. Karyanya sering dianggap sebagai contoh unggul dari gaya minimalis, yang memengaruhi banyak penulis setelahnya.

Namun, tidak semua kritikus memberikan penilaian positif terhadap karya Hemingway. Beberapa kritikus menganggap karakter tulisan Hemingway terlalu sederhana dan tidak jauh-jauh dari kehidupan pribadi dan percintaan. 

Misalnya, Leslie Fiedler, dalam kritiknya menyoroti bahwa karya Hemingway seringkali kurang dalam hal kompleksitas psikologis dan emosional sehingga terasa dangkal bagi beberapa pembaca. 

Kritikus feminis juga sering mengkritik pandangan dunia Hemingway yang dianggap patriarkal dan cenderung merendahkan perempuan, sebagaimana terlihat dalam beberapa novelnya yang menampilkan perempuan dalam peran yang terbatas dan stereotip.

Penilaian buruk terhadap karya Hemingway juga sering berasal dari gaya narasinya yang dianggap terlalu dingin. Kritikus seperti Gertrude Stein, yang pada awalnya adalah mentornya, akhirnya menjadi salah satu pengkritiknya yang tajam. Stein menyebut prosa Hemingway tidak cukup memberikan eksplorasi mendalam terhadap kondisi manusia. Selain itu, gaya minimalisnya kadang-kadang dianggap berlebihan dan monoton. Hal itu membuat beberapa karyanya terlihat kurang variasi dan inovasi.

Pesan Hemingway untuk Dunia Sastra

Pesan Ernest Hemingway untuk dunia literasi tampaknya terwujud dalam filosofi dan pendekatannya terhadap penulisan yang menekankan kejujuran dan keautentikan. Hemingway percaya bahwa seorang penulis harus menulis dengan cara yang sangat pribadi dan jujur, serta menyampaikan pengalaman dan emosi mereka tanpa hiasan berlebihan.

Dalam wawancara terakhirnya dan esainya, Hemingway sering menegaskan pentingnya menyampaikan kebenaran dengan cara yang sederhana dan langsung. Filosofi ini dapat dilihat dalam karyanya yang terakhir, seperti The Old Man and the Sea, ketika ia mengeksplorasi tema perjuangan dan ketahanan manusia dengan gaya yang sangat sederhana namun mendalam.

Selain itu, Hemingway juga meninggalkan pesan tentang keberanian menghadapi kesulitan, baik dalam kehidupan maupun dalam menulis. Hidupnya yang penuh dengan perjuangan pribadi dan profesional, serta pernyataan-pernyataannya tentang kesulitan menulis, menggambarkan keyakinannya bahwa penulis harus berani menghadapi tantangan dan ketidakpastian.

Dalam kutipan terkenalnya, "Kita hanya bisa menulis dengan cara kita sendiri dan melawan ketidakpastian yang ada," Hemingway menekankan pentingnya keteguhan dan integritas dalam proses kreatif. Pesan ini terus mempengaruhi penulis dan pembaca dan  mengingatkan nilai kejujuran dan keberanian dalam kehidupan yang dituangkan dalam menulis.

Pesan lainnya dari Hemingway adalah pentingnya menulis secara rutin dan disiplin. Hemingway sering menekankan bahwa menulis adalah pekerjaan yang memerlukan ketekunan dan rutinitas, serta mengatur waktu untuk menulis setiap hari. Beliau percaya bahwa melalui latihan yang konsisten dan dedikasi, penulis dapat mengasah keterampilan mereka dan mengatasi blokir kreatif.

Dalam buku A Moveable Feast, Hemingway menulis, "Saya selalu menulis pada waktu pagi, dan saya tidak meninggalkan meja sampai saya mencapai kata yang tepat."

---

Shyants Eleftheria, Osce te Ipsum

Sumber :

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun