Itu artinya juga, saya pun ingin pasangan saya memasuki bagian-bagian aneh dari pengalamannya dengan mengingat pengalaman dirinya sendiri.
Kemudian, tidak apa-apa saya dipahami oleh pasangan saya sebagai manusia dengan pemikiran liar dan aneh. Saya mengerti itu.
Namun, saya juga ingin kemudian dia menghibur saya dengan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja, tanpa harus memaparkan kalimat-kalimat logis.
Jadi, menurut saya, penerapan logika yang berlebihan itu hanyalah wujud suatu kebodohan kendati pasangan saya memberikan jawaban logisnya mungkin karena upayanya untuk lebih bersimpati kepada saya.
Akan tetapi, lagi-lagi menurut saya, jika pasangan saya benar-benar memahami semua kompleksitas fungsi emosional, daripada bertengkar seputar pertanyaan yang saya ajukan, sebaiknya dia berpura-pura saja menerima semua itu secara dangkal, lalu dengan lembut mengubah topik pembicaraan dan mengatakan, "Apa pun kamu, aku tetap mencintaimu."
---
-Shyants eleftheria, Osce te Ipsum-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI