Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kiat-kiat Penting Mengambil Keputusan

11 Januari 2023   16:50 Diperbarui: 14 Januari 2023   02:01 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang yang sedang bimbang mengambil keputusan. Sumber: Freepik.com/Cookie_Studio

Setiap keputusan yang kita ambil kemungkinan besar memainkan peranan penting dalam kehidupan kita. Dalam banyak hal, keputusan itu dapat membentuk masa depan kita. Namun, kebanyakan dari kita tidak benar-benar menyadari besarnya pengaruh keputusan tersebut sebab terkadang kita menjalani hidup tanpa banyak memperhatikan pikiran atau segala tindakan yang kita lakukan.

Kita mungkin merasa tidak yakin bagaimana membuat keputusan yang baik menyangkut karir, kesehatan, situasi keuangan, atau hubungan sosial. Kendati demikian, meski kita tidak bisa mengendalikan semua yang terjadi, kita masih bisa membuat keputusan yang selaras dengan tujuan hidup kita. Semua itu tergantung pada keinginan kita terhadap keefektifitasan saat proses pengambilan keputusan.

Nah, bagaimanakah kiat-kiat efektif yang penting dalam membuat keputusan yang baik?

Mengetahui garis besar permasalahan

Sulit untuk membuat keputusan yang baik jika kita tidak mengetahui permasalahan sebenarnya. Menguraikan masalah dengan jelas akan membantu kita fokus terhadap apa yang benar-benar kita putuskan, tentu saja  dengan mengecualikan aspek yang tidak terkait.

Sebaiknya kita mulai dengan pernyataan sederhana, seperti, "Yang perlu saya putuskan adalah ....". Selanjutnya, kita perlu bertanya juga kepada diri sendiri tentang mengapa keputusan itu penting dan apa yang memotivasi kita memutuskannya.

Mengetahui garis besar permasalahan akan membantu kita menyadari dampak dari keputusan kita. Misalnya, mungkin kita sedang mempertimbangankan membeli sebuah barang mewah. Pertanyaan yang kita tekankan kepada diri kita adalah mengapa kita menginginkannya? Betulkah kita benar-benar membutuhkannya? Bisakah kita membelinya atau bersedia melakukan pembayaran yang diperlukan? Nah, memahami masalah penting yang terlibat dapat membantu kita membuat keputusan yang baik.

Ilustrasi seseorang yang sedang berpikir mengambil keputusan yang baik| by pixabay
Ilustrasi seseorang yang sedang berpikir mengambil keputusan yang baik| by pixabay

Mengendalikan emosi

Apa yang kita rasakan tentang suatu masalah dapat mempengaruhi keputusan kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali perasaan kita sendiri sehingga kita bisa mengatasi emosi yang bergejolak.

Ketakutan dan ketidakpastian dapat membuat kita menghindari risiko dan ini juga dapat memengaruhi area lain dalam hidup kita. Jika ingin sekali membeli barang mewah, kita mungkin bisa menandatangani perjanjian pinjaman, misalnya. 

Namun, yang perlu kita pikirkan adalah risiko yang kita hadapi ke depan. Apakah keinginan kita tersebut membuat optimisme kita untuk bekerja lebih giat agar bisa mengatasi pembayaran selanjutnya atau justru menimbulkan risiko baru. 

Jadi, sebaiknya kita benar-benar memikirkan apakah kita merasa tertekan, bersemangat, takut, atau mungkin terlalu optimis, yang sekiranya dapat memengaruhi proses pengambilan keputusan kita,

Menghindari kelebihan informasi

Terkadang, orang-orang suka berpikir bahwa mereka membuat keputusan berdasarkan informasi---ini tentu masuk akal. Namun, informasi yang terus-menerus ternyata bisa menjebak seseorang dalam pengambilan keputusan. Banyaknya informasi, bahkan yang cenderung berlebihan, dapat memberikan tekanan batin terhadap keputusan yang akan kita ambil.  

Sebaiknya, kita mencatat informasi yang berguna saja, yaitu, dengan membedakan informasi yang penting dan tidak penting. Jika mendapati diri menderita karena suatu keputusan, lebih baik kita mengosongkan pikiran untuk sementara waktu dan mengalihkan pikiran kita ke hal lain. Itu akan memberi otak kita kesempatan untuk fokus kembali pada hal-hal penting.

Tidak mengandalkan pendapat orang lain

Jika bertanya kepada orang lain mengenai apa yang harus kita lakukan, kemungkinan besar kita akan mendapatkan pendapat yang bertentangan. Ini dapat membuat kita makin kesulitan untuk memutuskan apa yang terbaik buat kita. 

Orang lain akan menganalisis suatu masalah berdasarkan nilai-nilai mereka sendiri. Makin banyak pendapat dari luar yang kita kumpulkan, makin bingung perasaan kita, termasuk dalam hal kepastiannya.

Jika terus-menerus mengandalkan pendapat orang lain dalam pengambilan keputusan, itu tidak baik karena kita akan mengalami ketidakpercayan diri. Pengecualiannya, tentu saja, berbicara dengan orang lain yang akan mempengaruhi keputusan kita adalah tidak masalah, selama kita mempertimbangkannya dengan hati-hati sebelum membuat keputusan.

Membuat keputusan yang sesuai dengan nilai hidup kita

Keputusan yang selaras dengan nilai hidup juga akan memotivasi kita untuk memujudkannya. Setiap kali membuat pilihan penting yang tidak sejalan dengan prioritas pribadi, kita akan merasakan ketidakyakinan terhadap kebenaran keputusan kita.

Mendapatkan gagasan yang jelas tentang apa yang benar-benar penting bagi kita sangatlah penting. Menuliskan prioritas yang paling kita perlukan, setelah itu melakukannya, dapat membuat kita menilai apakah keputusan kita memang sejalan atau tidak. Maka sebelum dapat melakukannya, kita harus benar-benar memikirkan prinsip dari hidup kita.

Menjauhkan diri dari presepsi pribadi

Jika kita kesulitan melihat permasalahan secara pribadi, mencoba untuk melihat masalah itu dari sudut pandang orang ke tiga adalah hal yang baik. Berbeda dengan mengandalkan orang lain, meminta pendapat orang ke tiga lebih membuat kita melihat masalah dengan jelas dan terang.

Katakanlah, misalnya, kita sedang mempertimbangkan apakah kita harus berhenti dari pekerjaan kita dan memulai karir lain. Dengan berpura-pura bahwa kita menasihati orang lain tentang keputusan yang harus dia buat, dengan melangkah mundur dan melihat masalah dari perspektif yang lebih tidak memihak, kita akan dapat menganalisi situasi tanpa merasa terlibat langsung---dan karenanya, kita dapat membuat penilaian yang lebih bijaksana atas kemungkinan hasil dari setiap keputusan. Menggunakan teknik ini juga membantu kita mengendalikan emosi.

Menimbang risiko baik dan buruknya

Hasil setiap keputusan menjanjikan hasil yang diinginkan, tetapi juga disertai dengan potensi risiko. Saat mempertimbangkan suatu keputusan, sebaiknya kita membuat daftar kemungkinan hasil, baik positif maupun negatif.

Kita juga harus mempertimbangkan bagaimana orang lain dapat terpengaruh untuk setiap keputusan pro dan kontra. Meskipun hampir tidak ada keputusan yang dibuat tanpa resiko, kita harus memastikan dampak mana yang lebih dominan, baik atau buruk.

Misalnya, katakanlah, kita sedang mempertimbangkan untuk membeli rumah baru. Risiko baik dari pembelian ini adalah kita akan memiliki lebih banyak ruang, tinggal di lingkungan yang lebih baik, dan dapat memanfaatkan tingkat hipotek yang rendah, sedangkan buruknya adalah dapat mencakup peningkatan pengeluaran keuangan kita secara keseluruhan.

Jadi, sebelum memutuskan hal tersebut, kita dapat mempertimbangkan apakah hal terbaik atau terburuk yang lebih besar risikonya sebagai akibat dari keputusan kita?

Menghindari jebakan pemikiran

Cara kita berpikir dan memilih dapat berdampak negatif pada kualitas kita. Bahkan, setelah menguraikan masalahnya, mendapatkan informasi yang berguna, mempertimbangkan risikonya, kita pun masih masih bisa membuat keputusan yang buruk.

Penting bagi kita untuk mendeteksi kecenderungan tipikal dan gagasan yang sudah terbentuk sebelumnya, apalagi kecenderungan itu dapat memengaruhi cara kita mengambil keputusan.

Sering kali semuanya mudah untuk membuat perubahan baru. Namun, keputusan yang membawa kita keluar dari zona nyaman biasanya adalah yang terbaik. Kita jangan pernah membuat keputusan hanya karena merasa nyaman melakukannya karena bisa saja hal itu merupakan bias konfirmasi.

Membuat rencana tindakan

Memutuskan sesuatu saja tidak cukup. kita harus merumuskan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mewujudkan keputusan kita. Merencanakan tindakan juga harus memiliki garis waktu untuk setiap langkah, serta bagaimana kita akan mengintegrasikan orang lain yang terpengaruh oleh keputusan tersebut.

Misalnya, jika memutuskan untuk pergi berlibur, kita mungkin perlu mengurus beberapa hal, seperti, harus menetapkan jadwal untuk menyelesaikan semua ini, memberitahu orang-orang yang terlibat, memastikan keuangan yang tersedia, memesan akomodasi, dan sebagainya.

Berkomitmen pada keputusan yang telah dibuat

Berkomitmen pada keputusan yang telah kita buat merupakan hal yang sebaiknya kita lakukan, yaitu, dengan tidak menundanya atau mempertimbangkan kembali keputusan kita tersebut. Hal itu merupakan wujud dedikasi kita untuk membuat keputusan kita berhasil.

Membuat keputusan bisa sangat sulit. Karena ingin melakukanya dengan benar, kita mungkin menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan apa yang harus kita lakukan. Namun, jika tidak menindaklanjutinya, kita tidak akan pernah mengetahui hasilnya. 

Jika kita ragu-ragu karena merasa tidak yakin dengan keputusan tersebut atau sedang mempertimbangkan berbagai opsi atau perubahan, keputusan kita juga tidak menghasilkan apa-apa.

Memiliki rencana cadangan

Kita tidak akan membuat keputusan terbaik setiap saat dan itu bisa saja terjadi. Terkadang, kurangnya waktu atau informasi dapat memaksa kita membuat keputusan yang tergesa-gesa. Karena itu, kita harus mempertimbangkan sejumlah opsi saat membuat keputusan. Jadi, jika keputusan kita tidak berjalan seperti yang kita harapkan, kita masih memiliki kesempatan untuk melakukannnya lagi dengan mencoba opsi lain.

Menilai keputusan sendiri

Orang-orang sering lalai memikirkan keputusan mereka di masa lalu, padahal menganalisis dan mengevaluasi keputusan di masa lalu dapat membantu kita membuat keputusan yang lebih baik di masa depan. Saat memeriksa keputusan, kita dapat mengidentifikasi mana yang berjalan dengan baik dan mana yang tidak.

Ini akan membantu kita ketika mempertimbangkan keputusan berikutnya dengan menjawab pertanyaan, seperti, "Apakah saya puas dengan hasil keputusan ini?", "Bisakah saya melakukan sesuatu yang berbeda atau lebih baik?", dan "Apa yang bisa saya pelajari dari keputusan yang saya ambil? "

Mempelajari cara membuat keputusan yang lebih baik dapat secara signifikan meningkatkan cara kita menjalani hidup. Jika pengambilan keputusan itu efisien, kita akan dapat membuat keputusan lebih cepat dan merasa jauh lebih percaya diri karena kita sebenarnya bisa menjadi pembuat keputusan yang baik.

Jadi, apakah kita sudah bisa mengambil keputusan yang baik?

---

-Shyants Eleftheria, Life is A Journey-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun