Dalam dunia menulis, baik fiksi maupun nonfiksi, kita kerap kali mengalami satu hal yang menyebalkan, yaitu kehilangan ide saat hendak menulis. Kemudian kita akan mengatakan banyak hal, seperti, "Mengapa saya tidak mendapatkan ide?", "Apakah saya memang payah dalam menulis?", atau "Mengapa orang lain gampang sekali menulis, sementara saya tidak?".Â
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu justru akan membuat kita makin mundur dari kegiatan menulis, padahal menulis mungkin termasuk bagian dari passion atau hasrat kita.
Maka, langkah pertama adalah menghindari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sesungguhnya yang menjadi persoalan utama adalah bukan karena kita tidak bisa menulis karena kehilangan ide, melainkan kurangnya memahami permasalahan internal dari sebuah tema.
Jika petunjuk-petunjuk penulisan secara eksternal juga tidak banyak membantu kita menemukan ide, padahal kita ingin sekali menulis, Â metode yang ampuh adalah mengambil ide dan inspirasi dari sumber lain yang membuat kita berkesan dan bersemangat. Namun, satu pertanyaan kemudian muncul. Apakah mengambil ide dan inspirasi dari sumber lain itu diperbolehkan?
Wilson Mizner, penulis terkenal asal Amerika serikat, pernah berkata, "Jika Anda mencuri dari satu penulis, itu plagiarisme. Jika Anda mencurinya dari banyak penulis, itu penelitian."
Menemukan inspirasi dari penulis lain adalah hal yang wajar dan merupakan bagian yang fantastis dari proses penulisan. Faktanya, itulah yang mengilhami banyak dari kita untuk mencoba menulis buku sendiri sejak awal.
Semua ide tidak ada yang orisinal, bahkan yang tampak orisinal pun datang dengan ide-ide tulisan yang sama, baik karya fiksi, maupun nonfiksi. Hal tersebut bukan untuk mengatakan bahwa semua tulisan atau cerita hanyalah salinan dari orang lain, tetapi penulis terhebat di zaman kita sekarang pun bahkan dengan senang hati memberitahukan bahwa beberapa ide dan inspirasi mereka berasal dari membaca karya orang lain.
Sebagai contoh, dalam sinematografi, misalnya, serial "Twilight" terinspirasi oleh banyak film klasik, termasuk "Pride and Prejudice", "The Hunger Game" terinspirasi oleh "Gladiator" dan acara tantangan di televisi, "You've Got Mail" terinspirasi oleh film lama "The Shop Around the Corner" yang merupakan film komedi, bahkan "The Lunar Chronicles" adalah penceritaan kembali dongeng "Snow White" Â yang yang dikombinasikan dengan fiksi ilmiah, dan "The Lion King" yang pada dasarnya adalah "Hamlet".
Akan tetapi, saat kita melihat "Twilight", apakah kita berpikir bahwa cerita serial tersebut benar-benar seperti "Pride and Prejudice"? Kita bahkan tidak berpikir sama sekali kalau kedua film tersebut memiliki ide cerita yang persis sama karena memang tidak bisa mengenalinya. Itu karena "Twilight" mengubah seluruh genre dan menjadikannya cerita sendiri---dan itu sah-sah saja. Lantas, berapa banyak buku yang menurut kita terinspirasi oleh "Twilight" sekarang? Â
Orang-orang telah bercerita sejak awal waktu, sehingga tidak heran jika banyak buku kontemporer merupakan turunan dari cerita yang datang sebelum mereka. Dengan kata lain, semua telah dilakukan sebelumnya dan setiap penulis mencuri dari setiap penulis lainnya.
Mendapatkan ide atau inspirasi dari tulisan lain sebenarnya bukan suatu kesalahan jika saja kita memahami batasan garis untuk tidak melewatinya. Batasan-batasan inilah yang kemudian menghindarkan kita dari plagiarisme dan menjauhkan kita dari bayang-bayang permasalahan hukum.
Satu hal penting bahwa tidak ada penulis terhormat yang ingin dituduh mencuri ide dari orang lain, maka penting bagi kita untuk memastikan bahwa kita mendapatkan keseimbangan menulis yang tepat. Jadi, bagaimana kita menggunakan penulis lain sebagai inspirasi untuk tulisan kita tanpa mendapat kritikan atau kemungkinan gugatan yang membayangi kita?
Bethany Cadman, seorang penulis wanita "Doctor Vanilla's Sunflowers", memberikan tipsnya sebagai berikut. Â
Membaca secara luas. Makin banyak kita membaca, semakin besar kemungkinan kita terinspirasi oleh berbagai penulis. Secara tidak sengaja, hal tersebut akan sulit dikatakan bahwa kita mencuri ide penulis lain atau hanya meniru gaya tulisan mereka.
Jangan pernah menyalin kata demi kata. Menyalin kata demi kata yang sama persis dan menganggapnya sebagai milik sendiri akan menghancurkan reputasi kita sebagai penulis. Maka, lebih baik kita mengambil garis besarnya saja dan mencoba mengatur kalimat sendiri tanpa harus mengikuti sumber aslinya.
Pikirkan baik-baik dari mana ide kita berasal. Kadang-kadang kita mungkin mengira memiliki ide orisinal, tetapi ketika memeriksa asalnya, kita tiba-tiba menyadarinya karena pernah membacanya. Sebaiknya kita memahami mengapa memikirkan cerita tertentu dan memastikan kita tidak langsung mencurinya dari orang lain.
Selalu berikan sentuhan unik pada ide. Seperti yang telah ketahui sebelumnya, kita boleh saja terinspirasi oleh tulisan atau cerita lain yang telah kita baca, tetapi jangan membuatnya persis sama. Gunakan potongan-potongannya itu untuk menginformasikan cerita kita sendiri, lalu memberikan sentuhan unik pada cerita kita dan perspektif yang berbeda untuk memastikannya tidak terasa sama bagi pembaca.
Menulis dengan dengan gaya bahasa kita sendiri. Menemukan karakter tulisan kita dengan gaya bahasa kita sendiri merupakan hal yang sangat penting. Hal tersebut akan membuat tulisan kita selalu terasa asli milik kita.
Jangan ragu mengatakan sumber inspirasi kita. Jika ada alasan ingin mengangkat ide dari cerita lain, kita harus memastikannya untuk tidak menyangkal bahwa kita memang mendapatkan ide dari sumber orang lain. Mengatakan kita terinspirasi oleh penulis lain dapat membuat semua perbedaan. Jika kita terbuka dan jujur tentang hal itu, orang akan jauh lebih menghargainya.
Hindari mengikut tren. Kadang-kadang ada kegemaran akan jenis tulisan baru ketika satu peristiwa menarik, misalnya, adanya buku terlaris seperti "Harry Potter" atau "50 Shades of Grey", tiba-tiba ratusan tiruan bermunculan. Sebaiknya kita jangan menulis hanya untuk mengikuti tren atau sekadar ikut-ikutan. Kita menulis karena memang ada kisah yang selalu ingin kita bagikan kepada khalayak.
Tetap setia pada diri sendiri dan kisah yang ingin kita ceritakan. Jika kita memiliki cerita yang membara di dalam diri kita, itu adalah kisah kita untuk diceritakan---cobalah untuk selalu setia pada kisah sendiri. Menulis sesuatu yang menarik dari kehidupan kita akan membuat perasaan yang luar biasa dan jauh lebih unggul daripada sekadar mencoba meniru sesuatu yang telah ditulis orang lain.
Nah, kita semua memahami bahwa setiap tulisan mungkin memang telah terinspirasi oleh tulisan yang telah ada sebelumnya---dan itu tidak masalah. Namun, metode yang memunculkan ide-ide unik untuk menulis inilah yang penting sehingga dapat menghasilkan tulisan yang penting juga. Â
Ini bukan tentang penulisan ulang cerita dari sebuah tulisan, tetapi bagaimana kita menemukan ide dan inspirasi dari berbagai sumber dan mengekstraknya ke dalam tulisan kita. Karena banyak tema yang berulang di tulisan yang berbeda, maka cara menyajikan tema itulah yang membuat tulisan kita menjadi unik. Dengan demikian, tulisan itulah yang dimaksud dengan tulisan orisinal yang bagus.
Dalam buku "Steal Like An Artist", Austin Kleon berkata, "Pada akhirnya, meniru orang lain tidak membuat mereka tersanjung. Mengubah karakter mereka menjadi milik kita sendiri dengan menambahkan yang hanya bisa kita tambahkan itulah cara kita menghargai mereka."
--Shyants Eleftheria, Life is A Journey--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H