Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Romantisme dan Cinta, Sejalankah?

17 Desember 2022   20:31 Diperbarui: 17 Desember 2022   20:34 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi romantisme dan cinta dalam pernikahan| by pixabay

Sejak ratusan tahun lalu kita telah hidup di sebuah era khusus dalam sejarah cinta. Era itu dikenal dengan sebutan romantisme. Romantisme kemudian muncul sebagai ideologi dalam pemikiran kaum penyair, seniman, dan filsuf di Eropa pada pertengahan abad ke-18.

Sekarang, ide tersebut berupaya menaklukkan dunia. Namun uniknya, tidak satu pun hubungan cinta mengikuti kisah klise romantisme yang sama. Walaupun demikian, garis besarnya masih sering muncul dan bisa disimpulkan bahwa romantisme bermuara pada keberadaan pernikahan.

Romantisme membuat pernikahan terlihat wajar karena mengikat perasaan kedua manusia dan menggabungkan keduanya dengan kisah cinta yang menggebu---sebuah ide pernikahan yang langgeng dan penuh cinta.

Menjalani pernikahan, begitulah cara romantisme menggabungkan cinta dan seksualitas. Sebelumnya, orang-orang berpikir bahwa mereka dapat melakukan hubungan seks dengan orang yang tidak mereka cintai dan mereka bisa mencintai seseorang tanpa memiliki keintiman tersebut. 

Romantisme mengangkat seksualitas sebagai tanda cinta tertinggi. Bahkan, sering kali terjadi, seks yang memuaskan menjadi simbol kesuksesan sebuah hubungan. Itu artinya, tanpa sengaja, romantisme menyatakan bahwa ketika merenggangnya hubungan seks, itu sama halnya dengan tidak adanya perasaan cinta lagi.

Romantisme juga membuat kita berpikir bahwa cinta sejati akan mengakhiri seluruh perasaan sepi. Romantisme juga membubuhkan ide bahwa pasangan kita akan selalu mengerti kita tanpa butuh berkomunikasi---tanpa berbicara satu kata pun kepadanya, dia akan mengerti jiwa kita.

Romantisme percaya bahwa kita harus memilih pasangan dengan hati, bukan logika atau pertimbangan yang masuk akal. Seseorang bisa mengetahui bahwa dia jatuh cinta apabila memiliki perasaan spesial. Faktor ini mengarahkan romatisme ke pandangan negatif pada logika dan uang---dingin dan tidak romantis. Cinta kemudian mengatakan bahwa kita telah menemukan pasangan tepat dengan memilih di antara dua sebab: Cocok secara finansial atau cocok dalam hal etika dan perilaku.

Cinta sejati akan menerima kita apa adanya. Jika dalam satu kejadian, salah satu ingin berubah, kecenderungannya bisa dianggap sebagai isyarat bahwa hubungan itu akan rusak atau hancur. "Kamu harus berubah" terasa seperti paksaan yang pahit. Pengertian cinta seperti itu telah ada selama bertahun-tahun. Meski penuh keindahan dan kebahagiaan, romantisme telah menghancurkan banyak hubungan.

Romantisme adalah gerakan intelektual dan spiritual yang berefek pahit jika disematkan pada kemampuan manusia untuk memiliki kehidupan emosional yang sukses. Keselamatan cinta hadir dalam menyadari "keanehan" dalam romantisme memunculkan beberapa mitos dalam romantisme, bahwa kita akan menemukan seseorang dengan fisik rupawan dan jiwa yang menawan, lalu kita akan merasa tertarik secara langsung, begitu pula sebaliknya.

Bahwa setiap pasangan akan memiliki hubungan seks yang memuaskan dari awal hingga akhir, bahwa kita tidak akan tertarik kepada orang lain selain pasangan kita, bahwa kita akan selalu mengerti pasangan kita tanpa berbicara, maka kita tidak butuh edukasi dalam cinta.

Kita mungkin membutuhkan ilmu untuk menjadi guru, pilot, atau dokter, tetapi menjadi  seorang pecinta tidak memerlukannya. Kita belajar sambil berjalan dengan mengikuti perasaan kita, bahwa pasangan tidak akan memiliki rahasia satu sama lain dan selalu menghabiskan waktu bersama sehingga pekerjaan tidak mengganggu hubungan kita.

Kita akan bekeluarga tanpa kehilangan nafsu seksual atau kehangatan emosional. Pasangan kita harus menjadi belahan hati, sahabat, orang tua untuk anak, supir, akuntan, asisten rumah tangga, dan pemandu jiwa kita.

Jika bertanya asumsi cinta dalam pandangan romantisme, kita akan melihat sifatnya adalah melindungi cinta, bukan merusaknya. Kita membutuhkan membuat teori post-romantisme baru terhadap pasangan untuk membangun hubungan yang langgeng. Kita tidak bisa berfokus pada perasaan romantis di awal hubungan saja dan harus mengganti pandangan romantisme dengan visi cinta yang dewasa dengan kebiasaan-kebiasaan yang efektif. Sebagai contoh, tidak menjadi masalah selama beberapa jam di awal hubungan---yang terpenting dilakukan secara santai---jika kita dan pasangan membahas cinta dan hubungan seks, mendiskusikan masalah keuangan dengan serius, atau mendiskusikan kebiasaan-kebiasaan buruk masing-masing. Seluruh sikap ini penting untuk visi post-romantisme yang masuk akal dan penuh harapan di masa yang akan datang.

Kita menyadari kekurangan kita dan pasangan kita. Ini dapat menjadi kelebihan dari satu pasangan karena perbedaan dan kekurangan ini akan meningkatkan rasa toleransi dan kerendahan hati di antara keduanya. Kita tidak akan menemukan semua hal yang kita mau dalam satu orang, begitu pula sebaliknya. Bukan karena tidak sempurna, tetapi begitulah manusia diciptakan.

Pada akhirnya, kita harus berdamai, meminta maaf, dan terus berusaha untuk mengerti satu sama lain---bukan sekadar intuisi---karena ada kehormatan tersendiri dalam mengerti kebutuhan pasangan kita dan semuanya membawa kita ke tempat tujuan bersama ke depan.

 

--Shyants Eleftheria, salam Wong Bumi Serasan--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun