Apakah kita termasuk orang yang mudah menangis ketika mendengar kesedihan orang lain, atau menonton drama televisi yang menyedihkan, atau terharu mendapat kabar bahagia? Jika, ya, itu tidak masalah karena menangis merupakan salah satu respons tubuh terhadap situasi yang terjadi---dan itu manusiawi.
Menangis adalah hal yang normal terjadi. Meski demikian, terkadang menangis kerap diidentikkan dengan orang yang cengeng, lemah, tidak berdaya, sensitif, dramatis, "caper" (cari perhatian), dan segudang label lainnya, padahal faktanya orang yang menangis memiliki banyak alasan dan itu tidak harus dikaitkan dengan predikat-predikat buruk tersebut.
Menariknya, manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang menangis dan siapa pun bisa menangis, baik bagi perempuan maupun laki-laki---itu bukanlah hal yang aneh. Lantas, apa yang membuat kita menangis? Â
Jika dihubungkan dengan keluarnya cairan dari mata, menangis pada manusia memiliki tiga jenis air mata berdasarkan pemicunya, yaitu air mata basal, refleks, dan emosional.
Air mata basal merupakan cairan yang keluar dari saluran air mata secara terus menerus. Cairan ini mengandung antibakteri yang kaya protein yang membantu menjaga mata tetap lembab setiap kali seseorang berkedip; Air mata refleks adalah air mata yang dipicu oleh iritasi seperti angin, asap, atau bawang, dan dilepaskan untuk menghilangkan iritasi serta melindungi mata; Air mata emosional adalah air mata yang keluar sebagai respons terhadap berbagai emosi, seperti sedih atau bahagia.Â
Namun, ketika berbicara tentang menangis, orang biasanya akan mengacu pada air mata emosional yang berkaitan dengan kesedihan, kekecewaan, dan frustrasi.
Apa yang terjadi ketika kita menangis?
Ketika kita menangis karena alasan apa pun, anehnya, bagian otak utama kita yang bertanggung jawab atas keluarnya air mata tidak bisa membedakan penyebabnya, baik akibat dari kesedihan maupun kegembiraan---semuanya sama.
Dalam sebuah artikel untuk Psychology Today, Dr. Jordan Gaines Lewis menjelaskan bahwa  reaksi yang terjadi pada saat saat menjelang air mata keluar itu dimulai di wilayah kecil otak yang disebut hipotalamus---Hipotalamus merupakan bagian otak yang mengeluarkan hormon untuk mengendalikan fungsi organ dan sel tubuh, memastikan, dan mempertahankan semua sistem tubuh tetap berjalan stabil.
Ketika bahagia, sedih, stres, atau benar-benar merasakan jenis emosi lainnya, hipotalamus hanya tahu bagaimana melakukan satu hal, yaitu bereaksi. Reaksi itu kemudian berhubungan dengan bagian lain dari otak yang disebut amigdala atau bagian otak yang berkaitan dengan proses emosional, yang terus mengalirkan beban ke sistem saraf kita sehingga saat itulah kita mulai mengeluarkan air mata.Â
Sementara itu, hipotalamus kita---yang bertanggung jawab atas semua peristiwa tersebut---bahkan tidak mengerti mengapa kita menangis.
Pada fisik, ketika mulai menangis, kita juga mulai merasakan benjolan keras yang terbentuk di bagian belakang tenggorokan kita. Namun, Dr. Jennifer Stagg, seorang ahli biokimia dan dokter naturopati, menjelaskan melalui situs kesehatan bahwa yang terbentuk itu sebenarnya bukan benjolan sama sekali, melainkan hanya "sensasi globus", istilah medis untuk perasaan tidak nyaman atau mengganjal pada tenggorokan.Â
Meski bisa sangat mengganggu, tenggorokan yang terasa mengganjal itu tidak terasa sakit dan terapi untuk menghilangkan gangguan perasaan tersebut biasanya dilakukan hanya dengan menyeruput air atau makan.
Dampak fisik lainnya yang muncul biasanya kulit kita memerah usai menangis, terutama bagian wajah, dan menimbulkan sakit kepala---dan itu karena ada banyak hal yang terjadi secara internal.Â
Selain itu, ketika menangis, kita kerap merasakan cairan ingus di dalam hidung. Untuk tangisan yang hebat, cairan ingus ini bahkan bisa mengental dan kemudian bisa menyebabkan hidung tersumbat.Â
Dr. Erich Voigt dari New York University, Langone Medical Center, mengatakan bahwa cairan yang keluar dari hidung kita saat kita menangis sebenarnya adalah jenis yang sama yang keluar dari mata kita. Pada dasarnya, saat jatuh dari mata kita dan mengalir ke wajah, air mata juga melakukan hal yang sama secara internal dan bergerak dari mata kita dan turun ke hidung.
Apakah menangis memiliki manfaat positif bagi tubuh?
Biasanya, orang mungkin mencoba untuk menahan air mata jika mereka melihatnya sebagai tanda kelemahan. Namun, ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa menahan tangisan dapat berarti kehilangan berbagai manfaat. Para peneliti telah menemukan bahwa menangis memiliki banyak manfaat penting.
Mungkin kita tidak mengetahui bahwa ketika menangis dengan mengeluarkan isak tangis berat dan bahu berguncang, kita mengeluarkan energi yang sama seperti halnya saat kita berolah raga---kita bayangkan saja seorang anak kecil yang mengamuk saat menangis maka kita akan tahu betapa aktifnya tangisan itu.
Dr. Jonathan Rottenberg, seorang profesor psikologi di Universitas Florida Selatan, menjelaskan dan mengatakan bahwa kita dapat berterima kasih kepada respons tubuh kita yang melawan atau lari akibat emosional, karena membuat tubuh kita bekerja. Dia juga menjelaskan bahwa orang yang menangis dapat mengalami peningkatan detak jantung dan peningkatan keringat---dalam pengertian ini, menangis adalah "latihan" bagi tubuh.
Selain itu, air mata mengandung "kekuatan penyembuhan". Dr. Judith, Psikiater Fakultas Klinis Psikiater dari Orloff University of California, Los Angeles, mengatakan bahwa air mata mengandung cairan yang disebut lisozim sehingga menangis membantu membunuh bakteri dan menjaga mata kita tetap bersih.Â
Sebuah studi 2011 menemukan bahwa lisozim memiliki sifat antimikroba yang sangat kuat sehingga bahkan dapat membantu mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh agen bioteror, seperti antraks. Maka itu, Judith sangat percaya pada kemampuan transformatif air mata sehingga dia benar-benar mendorong pasiennya untuk menangis.
Menurut ahli biokimia dan ahli "air mata", Dr. William Frey, menangis adalah proses eksokrin yang berarti proses yang mendorong zat beracun keluar dari tubuh kita, sama seperti berkeringat dan mengembuskan napas.Â
Frey berhipotesis, menangis menyebabkan terlepasnya bahan kimia yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap stres. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Frontiers in Psychology, menangis membuat sistem saraf parasimpatis (PNS) aktif sehingga membantu orang rileks atau menjadi tenang.
Para peneliti percaya bahwa menangis dapat mengurangi kadar bahan kimia ini dalam tubuh, yang pada gilirannya dapat mengurangi stres. Air mata juga melepaskan oksitosin dan endorfin sehingga menangis dapat membantu mengurangi rasa sakit sakit fisik dan emosional secara alami---tidak perlu resep dokter.
Selain membantu orang menenangkan diri serta mengurangi rasa sakit sakit fisik dan emosional, menangis dapat membuat kita memperoleh dukungan dari orang lain di sekitar kita. Menangis pada dasarnya adalah perilaku keterikatan karena dukungan dari orang-orang di sekitar kita. Ini dikenal sebagai manfaat interpersonal atau sosial.
Manfaat lainnya dari menangis adalah kemampuannya mengubah suasana hati. Satu studi dari Tilburg University di Belanda yang menemukan bahwa menangis dapat membantu mengangkat semangat kita dan membuat kita merasa lebih baik. Selain menghilangkan rasa sakit, oksitosin dan endorfin dapat membantu meningkatkan mood. Inilah sebabnya mengapa hormon-hormon tersebut sering dikenal sebagai bahan kimia "merasa baik".
Nah, pada akhirnya, kita tidak perlu malu untuk menangis. Meski para peneliti terkemuka lainnya menulis bahwa manfaat jangka panjang yang datang setelah meneteskan air mata adalah mitos, tetapi intinya menangislah jika kita memang ingin menangis, terutama bila kita sudah kewalahan menghadapi kesedihan, sebab menangis dapat membantu kita melepaskan energi negatif dan itu akan melegakan kita.
--S. Elefheria, salam Wong Bumi Serasan--
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI