Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Membantu Orang Lain, Altruisme atau "People Pleaser"?

1 Februari 2022   13:05 Diperbarui: 5 Februari 2022   04:45 2244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membantu pekerjaan teman di kantor. (sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Bagi people pleaser, reputasi itu penting. Kita takut tidak disukai atau tidak diterima oleh lingkungan sekitar, maka kita berharap, dengan mengatakan "ya" dan menuruti keinginan semua orang, itu akan membuat kita untuk diterima dan disukai---people pleaser cenderung berharap untuk diterima atau divalidasi sebagai orang baik. Misalnya, seorang teman membutuhkan pertolongan kita saat kita sedang melakukan suatu pekerjaan. 

Nah, karena tidak mau menyinggung dirinya atau merasa tidak enakan, kita akhirnya membantunya meskipun harus mengorbankan waktu untuk pekerjaan kita sendiri. Akibatnya, pekerjaan menjadi terbengkalai dan kita "keteteran" menyelesaikan pekerjaan itu sehingga hasilnya tidak maksimal.

Contoh lain, suatu hari seorang teman kita berulang tahun dan kita ingin memberikannya hadiah baju. Namun, ternyata dia sangat berharap kita memberinya jam tangan mahal yang sebenarnya kita sendiri belum tentu mampu untuk menghadiahkannya. 

Karena khawatir dia membenci kita atau tidak menyukai kita lagi---dan kita pun merasa malu karena dianggap tidak bisa memberikan hadiah yang dia suka---maka kita akhirnya memaksakan diri supaya bisa memenuhi keinginannya itu. 

Cara yang yang kita lakukan mungkin meminjam uang dari teman lainnya atau siapa saja dan setelah hadiah itu kita berikan, mungkin kita akan pengakuan dan pujian yang luar biasa darinya, padahal perasaan kita tidak sepenuhnya bahagia sebab masalah bertambah, yaitu utang bertumpuk, dan kita kesal karena harus memendamnya sendiri.

Jika kasusnya seperti itu, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa tindakan itu merupakan tanda bahwa perbuatan baik kita disebabkan ketakutan atas respons atau ekspetasi buruk orang lain terhadap kita. 

Dengan kata lain, kebahagiaan kita itu adalah semu dan kontradiktif. Maksudnya, di satu sisi kita mendapatkan kebahagiaan karena pengakuan dari orang lain, tetapi di sisi lain kita kesal sebab tindakan yang kita lakukan itu tidak sesuai dengan keinginan hati yang sebenarnya. 

Maka, people pleaser bisa disebut juga sebagai orang-orang yang berperilaku melawan prinsip naluriah.  

Ada berbagai faktor mengapa kita menjadi people pleaser. Salah satunya, kemungkinan masa kecil kita berada dalam pengekangan orang tua. 

Sebagai anak, kita merasa tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti keinginan orang tua demi keberlangsungan hidup dan sosial kita. Sayangnya, kebiasaan itu terbawa hingga kita dewasa.

Kemungkinan lainnya, kita menjadi people pleaser disebabkan adanya pengalaman atau keterikatan hidup dengan orang yang rapuh. Contoh, kita mempunyai pengalaman tinggal bersama orang tua atau keluarga yang mengalami depresi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun