Salah satu hambatan paling umum bagi penulis dan orang kreatif dari semua lapisan adalah perfeksionisme—itu normal untuk ingin melakukan yang terbaik dan benar, bahkan sebelum kita memulai kalimat pertama kita. Kebanyakan orang menggunakan perfeksionisme sebagai mekanisme perlindungan, untuk melindungi diri mereka dari kritik keras atau kegagalan. Sayangnya, mencoba menulis kalimat, paragraf, atau novel yang sempurna akan membuat sebagian besar penulis tidak pernah menulis satu kata pun.
Kritik diri
Kritik diri yang berlebihan sering kali menjadi penghalang bagi penulis untuk benar-benar menulis. Kebanyakan penulis membandingkan karya mereka dengan karya penulis lain yang lebih sukses atau bahkan dengan karya mereka sendiri sebelumnya. Ini sering menjadi siklus buruk sebab sepertinya tidak akan pernah menjadi baik.
Tekanan eksternal
Dalam kasus lain, orang yang mengalami writer’s block sebenarnya tidak ingin menulis, tetapi mereka dipaksa untuk menulis oleh orang lain, seringkali orang tua atau guru.
Meski telah dikatakan bahwa penyebab ini berbeda-beda, gejala pada setiap penulis mungkin terjadi secara umum; ketidakmampuan untuk fokus; perasaan berkabut secara mental; kurangnya inspirasi; dan merasa stres dan frustrasi. Namun, kabar baiknya ialah bahwa writer’s block tidak seburuk yang mereka kira—ini adalah kondisi sementara. Sebagian besar penulis akan mengalami hambatan ini dari waktu ke waktu, tetapi dengan keinginan untuk bertahan sebagai penulis, mereka akan dapat menaklukkannya dan kembali ke karya kreatif mereka pada waktunya.
Kasus-kasus writer’s block sebenarnya lumrah terjadi, bahkan dapat menjadi cerita menarik tatkala seorang penulis mampu melewati masa-masa mendapat serangan itu. Begitu menariknya serangan writer’s block, sampai-sampai banyak penggiat perfilman memasukkan scene tersebut ke dalam dunia sinematografi, diantaranya “The Shining”, “Sunset Boulevard”, “Julie & Julia”, dan “Forgetting Sarah Marshall”.
Dari judul yang disebutkan, salah satu film yang menjadi ikonik adalah "The Shining" (1980), karya Stanley Kubrick—film horror yang mengangkat kisah seorang penulis yang sedang mengerjakan sebuah buku baru dengan kombinasikan supernatural. Film yang diangkat dari novel karya Stephen King (1977), dengan judul yang sama, menampilkan aktor energik dan dingin Jack Nicholson sebagai Jack Torrance.
Torrance adalah seorang penulis yang rentan terhadap masalah kemarahan. Kebiasaannya berkeliaran dengan botol membuatnya tanpa tujuan dalam menulis novel barunya. Namun, setelah mendapat tawaran untuk melayani sebagai penjaga Hotel Overlook pada suatu musim dingin, dia berpikir kesunyian hotel akan menawarkan lingkungan kerja yang sempurna. Dia pindah dengan keluarganya, lalu perlahan-lahan menemukan masa lalu paranormal hotel. Diluar dugaan, hasilnya justru adalah serangan kegilaan dan halaman naskah novelnya yang tidak terbaca apa-apa selain “Semua bekerja dan tidak bermain membuat Jack menjadi anak yang membosankan”.
Sebuah film yang mendapat rating 8.4 menurut IMDb ini, mungkin dapat menjadi tawaran tontonan menarik bagi kita, apalagi di tengah-tengah mendapat serangan writers block.
Begitulah fenomena writer’s block yang terjadi di dunia tulis-menulis. Untuk mengatasi serangan tersebut, sudah banyak tips dan langkah-langkah yang bisa kita temukan di beberapa situs kepenulisan, termasuk dari pengalaman para penulis ternama: mulai dari berolah raga, mengalihkan tugas, mengganti suasana lingkungan, menghindari kebisingan, mengubah ritme kerja, membuat target baru, melakukan rileksasi, berjalan-jalan, menonton film, atau membaca buku ringan.