Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Agar Tak Jadi Korban Gaslighting, Kenali Ciri Pelaku Gaslighting Ini!

6 September 2021   23:05 Diperbarui: 20 September 2021   18:18 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah seorang teman memojokkanmu saat berdebat dan membuatmu seakan-akan bersalah sehingga kamu menjadi ragu terhadap dirimu sendiri? Jika pernah, bisa jadi temanmu itu melakukan gaslighting terhadapmu dan kamu adalah korban gaslightingnya.

Apa itu gaslighting?

Istilah gaslighting mulai dikenal pada tahun 1940, kala sutradara Inggris, Thorold Dickinson, merilis film berjudul “Gaslight”. Film bergenre psikologi thriller ini mengisahkan seorang wanita yang menjadi korban manipulasi psikologis suaminya: Sang Suami mencuci otak sang Istri sehingga perlahan  istrinya mulai kehilangan jati diri dan menjadi gila.

Berdasarkan kisah tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa gaslighting merupakan perilaku menguasai atau mengontrol orang lain melalui manipulasi psikologis pelaku sehingga membuat korbannya tidak berdaya. 

Gaslighting jelas merupakan salah satu bentuk kekerasan emosional yang menyebabkan korban merasa rendah diri, cemas, disorientasi, takut, dan akhirnya merasa kalah.

Bahkan, pada tahap ekstrim korban akan mengalami depresi hingga mentalnya jatuh. Manipulasi psikologis melalui gaslighting pada awalnya tampak sebagai masalah kecil. Namun, jika terjadi terus-menerus, perilaku tersebut dapat menyebabkan korban mengalami stres psikologis dan trauma emosional.

Pada kasus ringan, biasanya pelaku gaslighting ini akan melontarkan kalimat-kalimat sederhana yang sering kali tidak kamu sadari.

Ah, gue, kan, cuma becanda, doang. Kamu terlalu sensitif dan lebay, deh.

“Mungkin seperti itu di pikiranmu, padahal aku tidak berbicara seperti itu, lho.”

“Masalahnya ada di kamu, bukan di aku.”

“Kamu, tuh, hanya cemburuan dan tidak percaya diri aja.”

“Kamu nggak usah banyak drama, deh. Turuti aja aku.”

Kalimat-kalimat di atas membuktikan bahwa pelaku gaslighting (glashlighter) sama sekali tidak peduli terhadap emosionalmu. Gaslighter akan membuat kamu percaya bahwa kamulah yang salah. Gaslighter kerap menyamarkan komentar dan ucapan jahat sebagai candaan—dan itu merupakan taktik favoritnya. 

Dia mengatakan itu untuk menghindari kecurigaan atas hal-hal buruk yang tidak ingin diketahui orang lain supaya mendapatkan perhatian dari orang lain tersebut. Begitulah cara glashlighter mengendalikan korban. Korban bahkan tidak mampu membedakan antara kebohongan dan kebenaran.

ilustrasi korban gashlighting by pixabay
ilustrasi korban gashlighting by pixabay

Untuk mewaspadainya, kamu sebaiknya perlu mengetahui tanda-tanda pelaku melakukan gaslighting sebagai berikut:

1. Gaslighter pandai berbohong

Gaslighter kerap kali menyampaikan kebohongan secara cerdas. Meski mengetahui gaslighter tengah berbohong, kamu akan ragu karena melihat ekspresinya yang innocent ditambah adanya sentuhan manipulasi, padahal ini adalah taktik awalnya. Ketika pelaku berbohong tentang hal-hal yang lebih besar, kamu pun menjadi tidak yakin apakah yang dikatakannya itu benar atau bohong belaka.

2. Gaslighter tidak pernah mengakui kesalahan meski terbukti bersalah

Kamu yakin bahwa gaslighter pernah mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak benar, bahkan ada buktinya. Namun, pelaku akan membantahnya mati-matian sampai akhirnya kamu mulai ragu dan berpikir kamulah yang salah paham atau salah lihat.

3. Sikap dan perbuatan gaslighter tidak sesuai dengan perkataan

Gaslighter banyak berbicara, tetapi perbuatannya tak selaras dengan perkataannya—munafik. Oleh karena itu, ketika berhadapan dengan gaslighter, kamu harus melihat apa yang dilakukannya, bukan apa yang dikatakannya—itu yang terpenting.

4. Gaslighter pintar memanfaatkan kebaikan orang lain

Gaslighter selalu menjalankan taktik yang mulus dan rapi, sehingga kamu menjadi tidak sadar tengah dimanfaatkan untuk kepentingannya.

5. Gaslighter mengelabuhi korban dengan sisi positifnya

Gaslighter cenderung membingungkanmu sebagai korban dengan menunjukkan sisi positif dirinya. Ini dapat membuat kamu berpikir ulang bahwa dia tidak sepenuhnya buruk.

6. Gaslighter menyebut semua orang berbohong

Gaslighter akan berusaha meyakinkan kamu bahwa semua orang di sekitarmu itu—keluarga, sahabat, dan orang-orang tepercaya—pembohong. Pada akhirnya, kamu  akan termanipulasi dan hanya mempercayai pelaku gaslighting.

7. Gaslighter memosisikan diri sebagai korban

Pelaku gaslighting dapat juga berperan sebagai pelaku playing victim. Meskipun dua istilah ini berbeda dari segi perilakunya—pelaku gaslighting memposisikan diri sebagai pengontrol emosi korban, sementara pelaku playing victim memposisikan diri sebagai korban—keduanya nyatanya dapat dilakukan secara bersamaan. Pelaku gaslighting dan playing victim akan membuatmu merasa tidak nyaman. Ketidaknyamananmu akan diputarbalikan pelaku seolah-olah dialah yang tidak nyaman saat menjalin hubungan pertemanan denganmu. Contoh kalimatnya seperti ini:

Kan, gue cuma bercanda. Kok, lo, gitu, sih? Terus, gue harus gimana jadi temen lo?”

Sebagaimana playing victim, gaslighting pun tidak pernah mau disalahkan. Pada akhirnya, korbanlah yang akan memandang rendah dirinya sendiri.  

8. Gaslighter mengajak orang lain untuk menyerang korban

Karena jago memanipulasi, glashlighter bisa dengan mudah menemukan teman-teman yang akan membelanya mati-matian, lalu memanfaatkan mereka untuk menyerangmu. Ini banyak dilakukan oleh figur publik atau influencer yang punya banyak penggemar fanatik.

9. Gaslighter menimpakan kesalahan kepada korban

Gaslighter adalah pembohong, penipu, perundung (tukang bully), tetapi ia bisa berbalik menuduh korbannya seperti itu. Kamu akan dibuat merasa bersalah dan harus membela diri sampai akhirnya kesalahan pelaku teralihkan kepadamu.

10. Gaslighter menyebarkan cerita bahwa korban tidak bisa dipercaya

Ini adalah taktik glashlighter yang paling efektif karena tujuannya memang merendahkan dan melecehkan korban. Pelaku akan membuat orang lain mempertanyakan kewarasanmu sebagai korban sehingga mereka tidak akan percaya ketika kamu mengatakan perilaku gaslighter yang sebenarnya, yakni kejam (abusive) dan manipulatif.

11. Gaslighter seolah-olah bersahabat dengan korban

Di balik semua perilaku yang sudah disebutkan tadi, gaslighter bisa berpura-pura menjadi orang baik dan seakan-akan berpihak kepadamu. Tujuan sebenarnya adalah supaya pelaku bisa mencari tahu kelemahan kamu. 

Jika sudah tercapai, kesalahan dan kelemahanmu akan terus diingat dan disebut-sebut. Pada akhirnya, kamu akan dibuat merasa serba salah tanpa adanya solusi.

Nah, coba kamu renungkan kembali apakah ada gaslighter di lingkungan rumah, tempat kerja, atau pertemananmu dengan cara mencocokkan tanda-tanda gaslighting pada perilakunya. Pelaku gaslighting bisa berbahaya untukmu. Dia jelas memiliki tujuan untuk menjebakmu ke hubungan yang tidak sehat atau toxic relationship.

Jika terus terjebak dalam siklus toxic relationship, kamu akan terus mengalami ketergantungan emosional terhadap pelaku gaslighting selama relasi berlangsung. Berbagai emosimu pun akan bermunculan, mulai dari kebingungan, marah, dan frustasi, yang akhirnya membuatmu tidak percaya diri.

Langkah awal yang harus kamu lakukan adalah memastikan bahwa perilaku seseorang itu adalah gaslighting. Penting untuk kamu ingat bahwa tidak semua opini, saran, dan kritik dari seseorang untukmu akan membangun dan harus kamu terima. 

Mungkin seseorang melakukan itu karena merasa yakin bahwa dia yang paling benar, meskipun fakta menunjukkan sebaliknya. Ketika kamu mencoba menunjukkan fakta, dia mungkin akan tetap menentangnya. Untuk itulah kamu perlu memegang teguh kebenaran sendiri agar kamu tidak ragu dan menjadi lemah terhadap presepsi pelaku gaslighting.

Strategi lain yang perlu kamu lakukan adalah mengambil jarak sejenak dari gaslighter supaya kamu bisa mengontrol emosi dan fokus mencari jalan keluar. 

Jika jarak dan konfrontasi dengan gaslighter tidak membuatnya berubah, kamu mungkin perlu melibatkan orang lain untuk membantu mengambil langkah selanjutnya. Bantuan pihak ketiga yang netral dan dipercaya diharapkan dapat membantumu melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Cintailah dirimu sendiri karena kesehatan dan kebahagiaanmu lebih penting. Memenuhi kebutuhan fisik dan emosional mungkin tidak akan membantu mengatasi masalah gaslighting secara langsung, tetapi perawatan diri yang baik bisa membuat pikiranmu tertuju pada hal-hal yang positif.

Beranikanlah dirimu untuk membela diri dan mengambil alih situasi. Jika gaslighting yang dilakukan teman atau mungkin pasanganmu menjadi tidak terkontrol hingga mengganggu kesehatan mentalmu, kamu jangan ragu berkonsultasi dengan konselor atau terapis. Jangan biarkan perilaku gaslighting menggerogoti kehidupanmu.

--Shyants Eleftheria, salam Wong Bumi Serasan--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun