Keenam, lakukan satu kritik untuk satu pelanggaran. Banyak dari kita, secara sadar, saat melakukan kritik terkadang sampai merambat ke mana-mana, baik hal pribadi maupun kesalahan masa lalu. Tentu saja kritik yang kita sampaikan menjadi tidak efektif sebab kita tidak berfokus pada satu kesalahan. Maka itu sekali lagi, fokus kita adalah perbaikan, bukan memenangkan pertarungan ego.
Ketujuh, selesaikanlah secara bersahabat. Kita masuk ke dalam kritik dengan manis dan keluar pun upayakan dengan manis pula.
Ingatlah, persoalan tersebut akan tidak tuntas apabila kita membawa pengaruh negatif yang menyebabkan orang tersebut akan merasa tertekan, terhina, bahkan terintimidasi. Persoalan tersebut akan selesai dan membawa pengaruh positif di kemudian hari apabila kita tutup dengan hal positif juga. Misalnya, ”Saya tahu Anda hebat, dan saya tahu Anda tidak akan melakukan kesalahan lagi.”
Pertanyaannya, bagaimana jika kita sudah melakukan semua, tetapi yang dikritik tetap sakit hati, tidak suka, marah, bahkan terhina? Nah, kita pasti tahu jawabannya, bukan?
Kesimpulannya adalah orang baik adalah orang yang pada saat diberitahu dengan cara yang baik, dia mau berubah. Intinya kita menjadi orang baik, begitu pun dia.*
-Shyants Eleftheria, salam Wong Bumi Serasan-
*Disclaimer: Saya meringkas materi ini dari video seorang motivator hebat, Bpk. Abdi Suardin. Beberapa kalimat telah saya tulis sesuai versi saya sendiri agar lebih mudah dipahami secara general.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H