Sabtu sore, dari balik jendela bus. Aku yang duduk di samping jendela bagian kiri badan bus, menebar pandang ke luar. Tepat di perempatan lampu merah, jalan raya. Selintas pandang, aku melihat seorang pria tambun yang kukenali dari caranya berpakaian, caranya berjalan. Yah, aku yakin itu dia, si Panda. Hihi, Panda bukanlah nama aslinya ataupun julukannya.
Aku berharap agar bus berhenti setelah melewati lampu merah. Yup, keinginanku terkabul. Bus yang kutumpangi berhenti, menurunkan sejumlah penumpang. Lagi kuberharap, agar banyak penumpang yang turun di situ, biar sedikit lama berhentinya. Yah, lagi-lagi kejadian seperti yang kuharapkan.
Kala itu, Panda sedang berjalan menyusuri trotoar, tepat di sebelah kiri bus. Artinya, aku bisa memandanginya, tanpa kesulitan berarti. Dia mengenakan kaos merah dan dibalut jaket kaos lagi di luarnya, bercelana panjang hitam, mengenakan sendal, mencangklong tas kecil, ada sebuah koran terlipat di tangan kirinya. Sesekali dia menggosok ujung hidungnya, sambil menoleh ke arah bus yang kutumpangi. Nampaknya, dia merasa ada yang memperhatikannya. Tapi tak jelas siapa. Hehe, aku yang memperhatikanmu. Untunglah, kau tak mengetahuinya.
Aku terus memandangimu, sampai kau hilang di kelokan jalan. Sebuah jalan, di mana aku tau ke mana tempat yang hendak kau tuju. Sebuah tempat, yang pernah menjadi tempat kita berkumpul di setiap akhir pekan. Bertukar cerita, bertukar pendapat. Tentunya, tak hanya kita berdua, ada empat hingga lima teman lagi di sana. Pergi nonton bareng, makan bareng, kemudian nongkrong bareng di Café. Hah, itu kisah lama….masa lalu.
Aku saja yang salah rasa, mungkin. Kau begitu penuh perhatian atas hal-hal yang menarik minatku, kau memintaku membangun bersama sebuah komunitas….duh, kata-katamu saat memintanya itu loh ? membuat keberadaanku seolah begitu sangat berartinya bagi dirimu. Oh, sepertinya….bukan hanya aku yang terjebak dengan sikap care-mu itu. Entahlah, apakah ada kesengajaan darimu ? Atau memang kamu itu tipikal cowok romantis. Kamu pintar mempermainkan perasaan wanita.
Satu pelajaran untukku, JANGAN SALAH RASA ! Apalagi sampai GEDE RASA. Jika tak ingin kehilangan ASA, atau PUTUS ASA.
Kini, aku telah menjadi pembunuh, pembunuh rasa yang tumbuh dalam kalbu. Bukan saja karena dirimu seorang, ada lagi yang lainnya. Akh, tak pernah cinta bersemi di dada. Apa itu cinta ? Tak pernah kupahami. Tak pernah, kurasa….
[caption id="attachment_200123" align="aligncenter" width="400" caption="http://mariameiloeni14.files.wordpress.com/2009/02/broken_heart.jpg"][/caption]
Masa Lalu, Masa Bodo dengan C I N T A !!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H