Siapa pun Anda, apa pun pekerjaan Anda saat ini….tentu mendamba aliran penghasilan selain dari pekerjaan utama, bukan ?
Secara serial, saya akan sharing keterampilan. Baiklah, langsung saja ke pokok bahasan.
Alternatif Penghasilan, Minim Modal (Bagian 1) : MENULIS
[caption id="attachment_200143" align="aligncenter" width="347" caption="http://www.ics.uci.edu/~dramanan/teaching/ics139w_fall09/writing_man.jpg"][/caption]
Loh ?! Alternatif penghasilan, kok….menulis, sih ?
Emang bisa dapat apa dari menulis ?
Hoho, kita bisa dapat banyak dari menulis, loh !
Baik secara materi maupun non-materi.
Keuntungan Materi
1. Mendapat honor dari tulisan yang dimuat di media, misal : kita mengirim artikel, puisi, cerpen, resensi buku / film ke koran dan majalah.
Dan ada honor jangka panjang, loh ! Istilahnya Royalti.
Royalti akan kita dapat dari tulisan yang dibukukan oleh penerbit.
Ada 2 Macam Royalti :
1.a. Beli Putus, yaitu naskah penulis dibeli dengan harga tertentu oleh penerbit. Namun, selanjutnya takkan ada lagi royalti dari penerbit untuk penulis ybs.
Misal : naskah Anda dihargai Rp 10.000.000 oleh penerbit, langsung dibayarkan sekaligus. Kemudian naskah dicetak sebanyak 5000 eksemplar, dengan harga jual Rp 20.000 / eksemplar. Jika semua habis terjual, maka penerbit mengantongi = Rp 20.000 / eksemplar x 5000 eksemplar = Rp 100.000.000. Andaikan buku itu laris dan cetak ulang, maka penerbit akan menangguk untung lagi. Sedangkan penulis tak mendapat pembayaran lagi, rugilah Anda. Keuntungan beli putus, jika ternyata buku ini seret penjualannya / tidak laku di pasaran, penulis tak terkena imbasnya.
Misal : buku hanya terjual 100 eksemplar => 100 eksemplar x Rp 20.000 / eksemplar = Rp 2.000.000 (penghasilan penerbit). Yang rugi si penerbit, karena penulis sudah mendapat Rp 10.000.000, sedangkan penerbit hanya mendapat Rp 2.000.000 plus menanggung ongkos produksi, dsb.
Oya, yang dibeli penerbit adalah Hak untuk Menerbitkan. Hak Cipta adalah hak penulis selamanya.
1.b. Royalti Berkala, yaitu penulis dibayar sebanyak buku yang terjual. Biasanya dalam bentuk persentase = 10% dari harga jual buku. Atau 5% dari harga jual buku, jika buku berisi teks + ilustrasi yang komposisinya setara, dimana penulis dan ilustrator adalah orang yang berbeda. Jadi, kalau buku nggak laku, ya nggak dapat uang royalti. Kadang ada penerbit yang ngasih uang muka royalti saat buku diterbitkan untuk pertama kali, tapi ada juga yang nggak begitu.
Pembayaran royalti ini dicicil secara berkala, misal : 3 bulan sekali, atau 6 bulan sekali. Saat itu, penulis akan mendapat uang + laporan penjualan dari penerbit.
Nggak enaknya, royalti diterima secara bertahap. Keuntungannya, kalau buku jadi best seller, maka penulis akan terus menerima royalti selama bukunya masih dibeli orang. Walau si penulis sudah meninggal dunia sekali pun. Kan ada ahli warisnya. Oya, untuk buku best seller….persentase royalti akan mengalami kenaikan dari penerbit, sesuai kontrak yang disepakati antara penulis dengan penerbit. Kisarannya antara 12% - 15%, asyik kan ?
2. Kalau buku diadaptasi menjadi film, atau diterjemahkan ke bahasa asing dan diterbitkan di luar negeri, penulis akan mendapat bayaran lagi loh ?! Wuih, duit….money….fulus….mengalir terus !!!
3. Menjadi Terkenal. Setelah menjadi orang terkenal, maka akan banyak pintu rejeki yang terbuka. Jadi bintang film, misalnya. Tuh, lihat si Raditya Dika “Kambing Jantan” ! Dari nge-blog, terus dibukukan, terus difilmkan. Eh, tau-tau….udah jadi bintang film, aja ! Ajiiib banget kan ?!
Keuntungan Non-Materi
1. Networking meluas.
2. Personal Branding. Penulis akan mendapat citra intelek, atau dikaitkan sebagai pakar akan bidang tertentu sesuai tulisan-tulisannya (dibutuhkan konsistensi menulis untuk satu bidang tertentu, maka pengakuan publik akan datang dengan sendirinya). Contoh : Hernowo Hasim mendapat julukan Bapak Mengikat Makna.
3. Rekam Jejak. Dengan menulis, maka penulis itu akan terekam keberadaan dirinya. Bahwa dia pernah ada di muka Bumi ini melalui karya-karyanya yang masih dibaca orang, walau dia telah tiada. Contoh : Pramoedya Ananta Toer.
4. Ladang Amal. Dengan berbagi sesuatu yang bermanfaat dalam bentuk tulisan, apalagi jika dibaca banyak orang, maka penulis sedang menanam benih kebaikan. Insya Allah menjadi amalan yang tak terputus.
Itulah sekelumit keuntungan materi dan non-materi menjadi Penulis, mungkin masih banyak lagi. (Ada yang mau menambahkan ?)
Modal Menulis
1. Kemauan kuat untuk menulis…. menulis…. dan menulis.
2. Aksi = menulis 100000000000x, kalau bisa lebih ! (pengen jadi penulis ? ya, menulislah !)
3. Bakat (?). Menurut Gola Gong, “Kadang perlu, kadang juga nggak.”
4. Laptop (duh, kemahalan !).
Ya udah, PC aja (nggak punya juga ? gampang, ke rental aja. Apa ? nggak punya uang untuk ke rental ?).
Ya udah, ambil kertas + pensil / pena aja ! (nggak punya juga ? kebangetan deh ! hehe, minta sana sama siapa gitu…)
5. Ide => next time, akan ada postingan tentang ini.
6. Disiplin diri. Penulis harus menentukan sendiri : kapan waktunya nulis / kapan dead line.
Tuh kan, cuma no.4 aja yang butuh modal materi. Itu pun relatif murah dan sederhana, minimal sediakan kertas + pensil. Trus, nulis deh ! Selamat menulis…. [caption id="attachment_200146" align="aligncenter" width="350" caption="http://etc.usf.edu/clipart/24700/24714/letter_writi_24714_md.gif"][/caption]
Semua orang bisa menulis, setidaknya orang yang pernah bersekolah pasti pernah ditugasi membuat tulisan. Apalagi mahasiswa, harus membuat skripsi. Jadi, nggak ada alasan untuk bilang : “Saya nggak bisa nulis….” Karena menulis adalah usaha yang terus diasah. Ala bisa….karena biasa, ‘tul nggak ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H