Persahabatan berarti bicara soal kedekatan. Adanya kedekatan tertentu membuat dua subjek otonom menjadi sahabat. Indonesia bersabat dengan Malaysia. Dua subjek otonom bisa dihubungkan menggunakan kata “dengan”.
Bisa juga disebut, Indonesia dan Malaysia bersahabat karena sama-sama dua bangsa serumpun.
Tetapi, Indonesia berbeda dari Malaysia dalam sejumlah aspek, misalnya soal tapal batas wilayah yang sering menyulut tindakan emosional dari kedua bangsa serumpun.
Agak ganjil jika mengatakan Indonesia berbeda dengan Malaysia. Kata hubung “dengan” bermakna melibatkan, mengikutsertakan, dan kebersamaan. Dalam hal tafsir tapal batas wilayah, misalnya, masing-masing pihak bergeming pada pendiriannya, tidak menyertakan pihak lain (paling sedikit untuk saat ini).
Penggunaan kata hubung “dari” lebih tepat untuk membicarakan perbedaan dua pihak. Salah satu penggunaan kata ini ialah untuk membandingkan dengan sesuatu (dalam kasus dua bangsa serumpun perbandingan menyangkut soal perbedaannya, bukan persamaannya).
Jadi, persamaan atau kedekatan dihubungkan/didekatkan oleh kata “dengan”. Sebaliknya, perbedaan berjarak/dijauhkan oleh penggunaan kata “dari”.
Contoh-contoh soal kesamaan dan perbedaan kedua bangsa sudah sering dibahas oleh para pakar lintas disiplin ilmu. Ekspresi kebebasan berpendapat berbagai komponen masyarakat dan media massa di Indonesia memang jauh lebih terbuka sejak era Reformasi. Malaysia tentu saja tidak berhak memaksa Pemerintah Indonesia untuk memberangus kebebasan berpendapat tersebut!
Yang perlu dijaga ialah penggunaan setiap hak berpendapat itu secara elegan, bermartabat, dan tidak mencederai kehormatan pihak manapun.
Saat ini, suasana kebatinan kedua bangsa sama-sama sedang memanas. Tugas kita sekarang ialah mendekatkan persamaan-persamaan dan menjembatani setiap jarak perbedaan yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H