Artikel menarik untuk dikupas dari Perpektif Sejarah, Tradisi, Budaya maupun Agama secara holisitik dan jangan pernah melakukan justifikasi bila belum jelas asal usul perayaan besar Cengbeng bagi etnis Tionghoa. Perayaan Cengbeng diawali dari pengamatan leluhur tentang Astologi kuno, dimana 12 bulan didalam perhitungan Ganzili (kalender berdasarkan 10 Batang Langit dan 12 Cabang Bumi) meliputi 24 perubahan Alam/ Cuaca (peputaran Bumi terhadap Matahari dan Perputaran Bulan terhadap Bumi) maka diambil suatu kesimpulan penanggalan disebut Penanggalan Ganzili yang bertepatan pada Bulan Chen merupakan unsur Tanah Yang dalam kelompok Musim Semi bertepatan hari Cengbeng (Qing ming) juga merupakan peralihan Musim Semi ke Musim Panas atau disebut Lao Yang (YANG kuat) sehingga dapat merasakan cuaca panas dan terik sehingga perlu disikapi perubahan cuaca tersebut dapat mengakibatkan kesehatan terganggu, maka dari itu banyak mengkonsumsi Sayur-mayur, Buah-buahan banyak air dan banyak minum Air putih.
Awal sejarah bermula dari Kaisar Liu Bang pendiri  Dinasti Han (206 SM-220M), setelah mengalahkan Dinasti Qin beliau pulang ke kampung halamannya untuk berziarah ke makam orang tuanya,  ketika beliau sampai kekuburan orang tuanya menemukan rumput ilalang, banyak  batu nisan disana sudah kotor tidak terurus dan tulisanpun sudah buram, karena kena hujan dan panas kemudian Raja bersama penduduk kampung mencari dan mengalami kesulitan menemukan makam orang tuanya. Sehingga Kaisar Liu Bang berdoa agar diberikan petunjuk dengan melempar kertas berwarna-warni, bila kertas ini jatuh disalah satu makam maka makam itu merupakan makam orang tuanya, singkat cerita akhirnya  Kaisar Liu Pang  menemukan kuburan orang tuanya karena ada satu kertas merah jatuh diatas batu nisan yang merupakan makam orang tuanya. Akhirnya Perayaan Cengbeng merupakan hari membersihkan Kuburan dan melakukan ziarah ke makam leluhur atau orang tua.
Kemudian cerita rakyat kedua berasal dari Kaisar Zhu Yuan Zhang pendiri Dinasti Ming (1368M-1644 M), Kaisar Zhu berasal dari keluarga yang sangat miskin, karena itu dalam membesarkan dan mendidik Zhu Yuan Zhang, orangtuanya meminta bantuan kepada sebuah kuil. Ketika dewasa, Zhu Yuan Zhang memutuskan untuk bergabung dengan pemberontakan Sorban Merah, sebuah kelompok pemberontakan anti Dinasti Yuan (Mongol). Berkat kecakapannya, dalam waktu singkat ia telah mendapat posisi penting dalam kelompok tersebut yang kemudian menaklukkan Dinasti Yuan (1271-1368 M) sampai akhirnya  menjadi seorang Kaisar.Setelah menjadi kaisar, Zhu Yuan Zhang kembali ke desa untuk menjumpai orang tuanya. Sesampainya di desa ternyata orangtuanya telah meninggal dunia dan tidak diketahui keberadaan makamnya. Kemudian untuk mengetahui keberadaan makam orangtua nya, sebagai seorang kaisar, Zhu Yuan Zhang memberi titah kepada seluruh rakyatnya untuk melakukan ziarah dan membersihkan makam leluhur mereka masing-masing pada hari yang telah ditentukan. Selain itu, diperintahkan juga untuk menaruh kertas kuning diatas masing-masing makam, sebagai tanda makam telah dibersihkan. Setelah semua rakyat selesai berizarah, kaisar memeriksa makam-makam yang ada di desa dan menemukan makam-makam yang belum dibesihkan serta tidak diberi tanda. Kemudian kaisar menziarahi makam-makam tersebut dengan berasumsi bahawa diantara makam-makam tersebut pastilah merupakan makam orangtuanya, sanak keluarga dan leluhurnya. Hal ini kemudian dijadikan tradisi untuk setiap tahunnya.
Tujuan dari perayaan Ceng Beng ini sendiri adalah agar supaya semua kerabat dekat, saudara, anak-anak, bisa berkumpul bersama supaya hubungan semakin erat terjalin. Meski sudah berbeda agama atau kepercayaan, bukan berarti sudah tidak perlu datang untuk sekedar sungkem atau sekedar berkunjung ke makam orang tua. Itu salah besar! Ziarah ke kuburan orang tua tidak ada hubungannya dengan 'memuja setan'. Semua bisa menyesuaikan sesuai dengan keyakinan masing-masing. Ada yg berpendapat bahwa jika sudah masuk agama tertentu, sudah tidak perlu sembahyang ataupun sekedar untuk datang ke kubur orang tua, karena akan dianggap berhala dan sebagainya. Mestinya harus diingat juga, bahwa tanpa orang tua, kita-kita yang masih hidup tidak mungkin bisa ada di dunia. Jadi, jangan lupakan orang tua kita. Luangkanlah waktu karena Ceng Beng hanya setahun sekali.
Literasi diatas berdasarkan Sejarah, akhirnya menjadikan suatu tradisi bagi masyarakat Tionghoa yang berbudaya ribuan tahun dengan melakukan Perayaan Cengbeng menurut kepercayaan Agama masing-masing sesuai dengan toleransi beragama dinegeri tercinta Indonesia.  Bagaimana menurut ajaran dan tradisi Konghutju didalam perayaan Cengbeng/ Qing ming yang dilansir dari sebuah sumber yang mempunyai kompetensi didalam menjelaskan menurut ajaran Manusia tercerahkan yang disebut seorang Nabi Konghutju menurut Wakil Ketua Dewan International Confucian Association, Wakil Ketua  World Confucian Association, Ketua The Association Of Confucianism Malaysia, Ketua The Association Of Moral Uplifting Malaysia, Ketua Confucian Association Malaysia, Penasehat Perhimpunan Muda Mudi Tionghoa Indonesia, Dosen Pembimbing Chinese Classics, Mr Tan Kee Sang didalam kuliah umum beberapa waktu lalu.
Tradisi Hari sembahyang Cengbeng/ Qing ming di Tahun kelinci air (Gui Mao) 2023
Hari sembahyang Cengbeng/ Qing ming nya jatuh pada tanggal 5 April 2023, biasanya sembahyang ke kuburan pada periode 10 hari sebelum 5 April sampai 8 hari sesudahnya.
Hari sembahyang Qing Ming/ Cheng Beng adalah rangkaian perbuatan berbakti, merupakan hari bagi orang tionghoa bersembahyang untuk mengenang leluhur dan orang tua yang telah meninggal dunia.
Tahun 2023, hari baik untuk bersembahyang kekuburan disaat Chengbeng diupayakan pada pagi hari
Tanggal 26 maret 2023, Minggu, waktu sembahyang jam 05:00 sampai jam 13.00, tidak baik bagi yang bershio kuda
Tanggal 27 maret 2023, Senin, waktu sembahyang jam 06:00 sampai jam 11.00, tidak baik bagi yang bershio ayam