Mengutip didalam satu media mainstream pernyataan dari Bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengungkapkan persoalan "Sense of crisis" yang tidak dimiliki jajarannya ketika harga barang dan jasa kini melonjak drastis. Terutama dalam menjelaskan kepada publik seperti adanya kenaikan bahan pokok.
"Sikap-sikap kita, kebijakan-kebijakan kita, pernyataan-pernyataan kita harus memiliki sense of crisis, harus sensitif terhadap kesulitan-kesulitan rakyat. Jangan sampai kita ini seperti biasanya dan tidak dianggap oleh masyarakat nggak melakukan apa-apa," ujar Jokowi saat sidang kabinet paripurna, Selasa (6/4/2022).
Hal kedua ungkapan tentang Empati; "Menteri tidak memberikan penjelasan apa-apa mengenai ini. Hati-hati, kenapa Pertamax? diceritain dong, ada empati kita, enggak ada. Yang berkaitan dengan energi gak ada. Itu yang namanya memiliki sense of crisis," paparnya.
Bapak presiden memasuki era pandemi Covid-19 selalu menyebutkan 2 istilah ini dan dapat disinonimkan rasa krisis dari 3 sisi pendekatan: Kepekaan, Kewaspadaan, Ketanggapan
Bagaimana Kitab Klasik YiJing mencermati tentang sense of crisis dan empati didalam literasi berikut ini:
Kitab Klasik YiJing merupakan sebuah  Kitab Klasik berusia 2500-7000 Tahun masa silam oleh 3 Manusia tercerahkan dan merupakan cikal bakal Budaya Tiongkok Klasik oleh: Fuxi, Raja Zhou Xi Bo (Wen Wang) dan Kongzi yang hidup pada Era Semi & Gugur (551-479 SM). Beliau merupakan Manusia tercerahkan dan Multi Talenta; Filosof, Politikus, Seniman dan Maha Guru dengan murid terbanyak sekitar +/- 3000 orang (murid langsung) sepanjang masa dan di Indonesia pemeluk Agama Konghutju menyebutnya  Nabi Konghutju dan dibarat terkenal dengan sebutan Confucius. dan beliau melengkapi Kitab Klasik YiJing (I-Ching) dengan 10 Sayap (Kitab Babaran Agung) agar mudah dibaca dan dipahami, sekaligus menciptakan Filosofi YinYang dan 5 Pedoman Kebajikan (Wu Chang ) yang merefleksikan 5 Unsur (Wu Xing) di Alam Semesta berkolaborasi dengan Kitab Klasik YiJing didalam membangun Kehidupan Manusia seutuhnya, maka dari itu Kitab Klasik YiJing akan mengelaborasi istilah Sense Of Crisis dan Empati
Didalam Kehidupan Manusia sangat dipengaruhi oleh Konsep, Prinsip, Sistim YinYang WuXing dan merujuk pada terjadinya sense of crisis dikarenakan Energi YinYang dalam posisi tidak harmoni, dalam konteks platform Alam Semesta pancaran Energi Yin mewakili Kesulitan (Kesusahan) yang lebih dominan areanya dari  pancaran Energi Yang mewakili Kesejateraan (Kemakmuran), maka dari itu perlu adanya 5 pilar utama Kebajikan dari Watak Sejati (Wu Chang) yang harus dibangun dan diaplikasikan adalah:
1. Unsur Cinta Kasih (Kayu)
2. Unsur Kesusilaan (Api)
3. Unsur Dapat Dipercaya (Tanah)
4. Unsur Kebenaran (Logam)
5. Unsur Kearifan & Kebijaksanaan (Air)
Maka dari itu setiap sikap, kebijakan dan pernyataan yang telah disampaikan oleh Bapak Presiden harus berdasarkan 5 pilar utama kebajikan, sehingga mempunyai rasa kepekaan krisis terhadap kesulitan yang dialami oleh Masyarakat.Â
Membangun ke 5 pilar utama Kebajikan yang didalamnya merefleksikan 5 unsur yang sangat dibutuhkan agar YinYang Harmoni dan dapat melewati Krisis ini bersama dan akhirnya tercapailah Indonesia Jaya dan Sejahtera
Siklus kehidupan manusia tidak terlepas dari: Kemakmuran, Kesengsaraan, Penyesalan, Keprihatinan seperti yang tersirat dan tersurat didalam kehidupan masa klasik Raja Zhou Wen Wang (1112- 1056 SM) sehingga melahirkan 64 Hexagram didalam Kitab Klasik YiJing dari pengalaman yang dialami dan dapat  terjadi didalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dari 4 siklus kehidupan manusia pada konteks Sense of Crisis masuk didalam siklus Penyesalan dan Keprihatinan sehingga menimbulkan rasa empati, kemudian manusia harus berprilaku introspeksi diri dan berhemat agar nantinya dapat bertumbuh menjadi Manusia seutuhnya dan kehidupan yang sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H