Mohon tunggu...
Shulhan Rumaru
Shulhan Rumaru Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Aksara

Penikmat Aksara

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Membedah Pencegahan Terorisme dan Radikalisme ala KH Ma'ruf Amin

20 Januari 2019   21:25 Diperbarui: 21 Januari 2019   09:20 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: nasional.kompas.com

Yang perlu kita takutkan saat ini adalah transformasi ideologi radikalisme lewat media dan media sosial, sebab sebarannya dapat serentak dan menghantam pola pikir remaja dan penduduk Indonesia pada umumnya. Pengamat isu-isu radikalisme Dirga Maulana, menuliskan bahwa internet membekali para ekstremis dengan informasi dan memberikan informasi untuk gerakan ideologis mereka.

Lewat internet, para teroris bisa masuk ke mana saja dengan menggunakan Youtube, Facebook, Twitter, dan lain-lain untuk mengajak anak-anak muda melakukan tindak kekerasan dengan dalih agama. Tentu saja, hal ini searah dengan apa yang dikatakan Eric Schmidt dan Jared Cohen dalam bukunya, The New Digital Age (2013), bahwa menggambarkan masa depan gerakan terorisme dengan menggunakan teknologi informasi sebagai sebuah serangan teror.

Untuk itu, pemerintah dan seluruh stakeholders dalam persoalan ini, harus berani memanfaatkan internet dan media sosial untuk melakukan langkah pencegahan. Lagi pula, psikologi pengguna media sosial di Indonesia pun masih bisa diarahkan dengan isu-isu sosial yang memiliki muatan keagamaan. Saya yakin, warganet Indonesia akan pro toleransi dan kontra radikalisme jika kampanye pencegahannya dilakukan seapik mungkin.

Di Indonesia sudah banyak contoh toleransi yang saya sebut tren toleransi 3.0, di mana kasus-kasus sosial keagamaan yang mencuat menjadi perhatian khusus warga internet (netizen). Tak jarang, beberapa kasus ditangani oleh netizen. Sebut saja kasus razia warung makan di Serang, Banten, dan pembakaran musholla di Tolikara, Papua, pada Ramadhan 2016 lalu.

Respons dan aksi kolektif netizen meluber di sosial media, bahkan sebagian menjadi rujukan media mainstream. Hasilnya, lewat gerakan donasi netizen, Ibu Saeni yang warungnya dirazia itu langsung mendapat sumbangan ratusan juta rupiah lewat penggalangan dana yang diinisiasi Dwika Putra di kitabisa.com. Malahan, beberapa warung di area razia itu turut mendapat sumbangan.

Selain melalui sarana media, pencegahan memang perlu dilakukan melalui kanal ormas-ormas keagamaan dan mimbar-mimbar rumah ibadah. Mengapa begitu, sebab dalam laporan Badan Intelijen Negara (BIN), terdapat 41 dari 100 masjid di lingkungan kementerian, lembaga dan BUMN yang terpapar radikalisme.

"Itu (masjid terpapar radikalisme) yang harus dibersihkan, dikembalikan karena radikalisme itu sesuatu yang sangat membahayakan keutuhan bangsa dan kelangsungan NKRI," kata Ma'ruf Amin di Pesantren An Nawawi Tanara, Kabupaten Serang, Banten, Minggu (18/11/2018).

Kita harus secepatnya menyadari bahwa mimbar-mimbar rumah ibadah memang rentan dijadikan panggung penyebaran narasi-narasi radikalisme. Kalau masjid, gereja, wihara dan rumah ibadah lainnya sudah banyak disusupi khutbah kebencian, maka radikalisme akan subur bertunas.

Untuk itu, peran ormas-ormas keagamaan memang sangat penting dalam upaya deradikalisasi. Tentu saja ormas-ormas yang menunjukkan wajah teduh sebuah agama, bukan ormas yang meneriakkan kalimat-kalimat kudus namun berperilaku bar-bar.

Kegiatan keagamaan yang menghadang radikalisme haruslah nirkekerasan dan mencerminkan wajah cinta kasih dalam beragama seperti yang disampaikan Santha-Anand bahwa perubahan sosial bisa dicapai lewat kegiatan nirkekerasan.

Ormas kegamaan yang paling layak mengampu tugas ini adalah Nahdlatul Ulama dan Muhammdiyah karena rekam jejak kedua ormas Islam terbesar di Indonesia ini sudah teruji dalam menjaga keutuhan NKRI. Kedua ormas ini boleh dikatakan sebagai garda terdepan dalam melakukan modernisasi pemahaman keagamaan dan kebangsaan yang disenyawakan dalam setiap jalan dakwah kedua ormas ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun