Mohon tunggu...
Shulhan Rumaru
Shulhan Rumaru Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Aksara

Penikmat Aksara

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mengoreksi Trans 7, Orang Bati Tak Memangsa Manusia

23 Oktober 2017   20:25 Diperbarui: 23 Oktober 2017   22:50 13268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan kayu sebelum memasuki perkampungan Bati Kelusi. Di sini, kami istirahat dan memakan durian, sekaligus mencuci muka di kali kecil yang persisi di bawah jembatan ini. Ritual ini semacam penghormatan kepada kampung (Dokumentasi Pribadi)

Nah, hal inilah yang disangka banyak orang bahwa Orang Bati (astral) memangsa manusia. Bahkan, sebagian sudah berpikir bahwa kalau ada tanda-tanda Orang Bati di kampung mereka dalam waktu 1-2 hari bahkan seminggu, berarti akan ada yang meninggal. Padahal, itulah pantangan Orang Bati untuk tidak pergi dari kampung saat ada yang sakit-sakarat atau ada tanda-tanda akan kematian seseorang di kampung yang mereka lewati. Persis seperti apa yang dikatakan Bapak Kadus bahwa Orang Bati yang astral, bisa melihat tanda-tanda kematian pada seseorang. Wallahu a'lam...

Kisah lain, sesuai pengalaman saya, sebenarnya tidak aneh, tapi saya hanya merasa "waktu berhenti sejenak" ketika saya disuguhi durian di sore hari saat hari pertama tiba di Bati. Ingat, hanya perasaan saya saja. Ceritanya, waktu itu hanya ada 2 buah durian yang mau dibelah, lalu Bapatua Najam meminta beberapa keluarganya yang laki-laki ke hutan mengambil durian. Dua orang lelaki dengan parang lengkap di tangan siap ke hutan dan izin pamit. 

Tapi, kok, gak lebih dari 5 detik, mereka sudah kembali membawa banyak durian. Mereka pergi dan kembali, hanya dijeda oleh gerakan saya yang menunduk sesaat dan kembali menengadah. Ah, mungkin ada durian di gudang. Tapi di mana gudangnya? Saya masuk hampir semua rumah dan pekarangan di Bati Kelusi dan tidak menemukan tempat timbunan durian. Kadang saya berpikir, mungkin Orang Bati mengetahui cara transdimensi atau mereka menemukan ruang waktu. Hehehe. Tapi, itu pikiran liar saya saja. Cuekin aja! Toh, kalau berkunjung ke Bati, semua tampak normal.

Bagaimana dengan riwayat Orang Bati "menculik orang"??? Kalau ini, Trans 7 bisa konfirmasi langsung ke Bati atau tanyakan ke masyarakat saja. Ada cerita Alm. Tete Jak (Kakek Jak) di Desa Kwaos yang konon pernah "diculik" ke Bati. Tapi, ujung dari kisah Tete Jak, beliau diangkat sebagai imam di masjid Bati Kelusi. Ada juga kisah seorang Ibu di Desa Air Nanang yang "diculik". Tapi, lagi-lagi ujung dari kisahnya, malah menikah dan punya keturunan di Bati. So, ini bukan "menculik" dan memakan orang. Mungkin, persoalan memikat hati orang-orang di kampung pesisir pantai supaya bisa hidup dan berbaur di Gunung Bati.

Nah, lewat tulisan yang tak sempurna ini, saya ingin mengajak On The Spot Trans 7 untuk bertandang ke Bati, melakukan peliputan komprehensif tentang Manusia Bati. 'Kan asyik, bisa liputan sambil jalan-jalan ke tanah Seram, menikmati keindahan gunung dan lautan yang masih perawan, menyimak adat istiadat setempat, dan tentunya "pesta" durian. #SalamProtes

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun