Mohon tunggu...
Shulhan Rumaru
Shulhan Rumaru Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Aksara

Penikmat Aksara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Polisi Bimbang, Pilih Taat Aturan atau "Damai"

14 Februari 2016   20:54 Diperbarui: 15 Februari 2016   21:20 1683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dikasih surat tilang merah. Otomatis, saya dinyatakan melawan polisi yang menilang, padahal saya sodorkan STNK dan SIM, lalu bilang, "saya ditilang saja, Pak.""][/caption]

"Mas, fotonya tolong dihapus. Maaas, hoi Mas, tolong dihapus fotonya." Tapi, saya pura-pura tuli, tetap fotoin kedua polisi itu.

******

Kemarin, saya dua kali kena sial. Pertama, ditabrak pemotor dari belakang sampai lepas cover knalpot. Secara gitu, saya lagi berhenti nungguin mobil yang mau keluar gang. Tiba-tiba, brukkkk... kena hantam dari belakang. Asli, pengen marah, tapi akhirnya urung. Bukan karena sabar, tapi bapak-bapak yang nabrak itu segede Hulk. Terlebih, dia bawa istri dan seorang balita cantik nan imut, juga barang bawaannya segambreng banyak (mungkin mau pulang kampung). Ya sudah, terima nasib. Pasti ada rejeki beli cover knalpot yang baru. Yakin saya dalam hati, Insya Allah.

Kedua, Ditilang, Yes... jam 8.30 pagi depan Senayan City Mall (Sency) karena salah belokan. Pasal 287.

Sebenarnya, sering saya lihat banyak pengendara motor/mobil berbalik arah di sana, antara Sency dgn Plaza Senayan. Tapi kali ini, kata polisi seharusnya berbalik arah pas traffic light belokan STGBK. Jujur, di traffic light STGBK itu gak bisa berbalik arah, yang ada langsung belok kanan ke GBK dan FX Senayan, Sudirman. Tapi ya sudah, intinya, saya memang salah ikut orang lain berbelok di tempat itu. #giliranapes.Hehehe.

Polisi-1 lagi serius isi surat tilang untuk saya, tiba-tiba temannya berhentikan pengendara motor lain.

Polisi-2: "Ada STNK, SIM?" "Maaf, Pak. Gak ada." Jawab pengendara itu sambil nyengir (tapi raut mukanya galau). Saya lihat sebentar, trus fokus ke polisi yang nilang. Beberapa detik kemudian, pengendara itu jalan.

Saya: Pak, kok dia gak ditilang? Pelanggarannya pasal 287 plus pasal 288 (gak punya surat kendaraan bermotor). Kata saya ke polisi yang tilang saya.

Polisi-1: Beda... itu urusan teman saya.

Saya: Tapi bapak berdua yang lagi operasi tilang. Harusnya tegakkan hukum.

Polisi-1: Saya tegakkan hukum. Lagian pakaian kita beda (polisi yang tilang saya pakai topi dinas, dan yang satu lagi, tidak).

Saya: Bapak berdua dari instansi yang sama, kepolisian. Jadi hukum, ya ditegakkan.

Polisi-1: Mas, hati manusia beda-beda. Saya dan dia beda hatinya (ini bukan urusan cinta keles, pake hati segala.hehehe). Mungkin orang (pengendara motor) itu "damai." ‪Polisi itu sedikit merentangkan senyum tipis ke saya. #‎kode‬

Saya: Saya gak akan minta "damai". Saya ditilang saja. Tapi hari ini saya tau, bapak dan teman bapak melanggar aturan sendiri. (sumpah, langsung hopeless sama polisi spesies begini)

Polisi-1: Tanya aja ke teman saya. Sana, tanya sendiri!!!

Saya: Pak, kenapa tadi gak ditilang?

Polisi-2: Kamu tau apa pelanggarannya? (suaranya terdengar tegas tapi tidak dgn alasannya...)

Saya: Sama dengan saya, belokan itu, dan...(sebelum sempat saya sambung, polisi itu menyela)

Polisi-2: Dia teman saya, tadi saya berhentiin, saya tanya mau kemana. (klo semua polisi begini, bisa tambah macet Jakarta. Lah, polisi 'kan temannya banyak)

Saya: Hahaha, ya sudahlah. Polisi ini tidak jujur. Jelas-jelas tadi saya liat dan dengar obrolan mereka. (Ketus saya dalam hati sambil berlalu... hiks)

******

[caption caption="Polisinya nunjuk-nunjuk sambil melarang saya mengambil gambar/foto. "]

[/caption]

Karena tempat yang saya tuju di depan Sency persis, akhirnya saya balik lagi tongkrongin kerja polisi tadi (pengen tau masih terulang atau nggak). Ternyata, 3-5 motor belok di tempat yang persis saya belok tadi, 2-4 mobil pun sama. Tapi, gak ditilang.

Saya samperin polisi tadi...

Saya: Pak, kok banyak yg melanggar gak ditilang?

Tiba-tiba satu mobil diberhentikan. Saya liat, pengendara mobil ambil uang 50 ribuan dan beberapa lembar 5 ribuan, siap serah terima. Tapi karena sadar saya lihat mereka, polisi itu angkat tangan, isyarat menolak. Lalu saya dipanggil mendekat.

Polisi-1: Bapak ini minta maaf (maksudnya, gak jadi ditilang. Trus si pengendara mesem2, bilang gini: iya, saya sudah minta maaf).

Saya: Tadi saya juga minta maaf, trus saya tidak protes ditilang. Saya hanya kecewa karena bapak tidak tilang orang tadi.

Polisi-1: Hati orang beda-beda, Mas. (Maksudnya, dia jujur tp temannya tidak)

Saya: Bapak harusnya peringatkan teman bapak karena saat ini bapak kerja berdua atas nama institusi kepolisian. Jadi, tidak ada alasan hati manusia beda-beda. (menindak pelanggaran tapi membiarkan pelanggaran teman sendiri. #ironismemang)

Polisi-1: Tapi Anda salah.

Saya: Makanya saya gak protes ditilang. Saya hanya protes karena orang yang jelas-jelas diberhentikan (tidak punya STNK, SIM), tapi diloloskan karena "damai". Bapak permalukan institusi kepolisian yang belum lama ini disanjung publik karena cekatan tangani Bom Sarinah (pengendara mobil nyengir lebaaaaar pake banget liat saya nyerocos).

Polisi-1: Ya sudahlah! Terserah Anda saja. Sudah puas, kan??? Sudah puas??? *sambil pak polisi starter motor.

Saat menatap polisi-1 yang langsung pergi (Polisi-2 ngilang duluan pake mobil), saya hanya tertawa kecil, lantaran endingnya kayak orang pacaran yang lagi marahan.hehehe.

Sampai jam 12 siang, kedua polisi tadi tidak nongol lagi. Padahal saya masih mau lihat aksi mereka "menertibkan" lalu lintas.

Benar kata kawan saya: "Polisi jujur itu hanya ada di 86 Net TV."hehehe

Saya janji, kalo jumpa polisi itu lagi, saya akan sapa dia penuh keramahan. smile emotikon *jangan kapok sama saya, Pak. (SR) ‪#‎GwMahGituOrangnya‬

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun