Mohon tunggu...
Shulhan Rumaru
Shulhan Rumaru Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Aksara

Penikmat Aksara

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menilik Tantangan dan Potensi Pariwisata Maluku

19 April 2015   21:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:54 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_379189" align="aligncenter" width="630" caption="Gedung Provinsi Maluku | Dok Pribadi"][/caption]

Menilik sejarah, Maluku sudah dikenal dunia sejak tahun 1500-an. Kira-kira, 15 abad sudah Maluku mendunia. Bangsa Portugis pada tahun 1500-an Masehi, sudah berlayar menjelajahi dunia hingga melewati Semenanjung Harapan di Afrika untuk mencari kepulauan rempah-rempah yaitu Maluku. Dalam Novel Muhammad karya Tasaro GK, diceritakan pada tahun 1600-an Masehi, bangsa Persia sangat menggemari rempah-rempah yang dijual Bangsa Alifuru dari Maluku.

Melewati sejarah panjang ini, rasanya tak berlebihan jika Budayawan Maluku, Frans Rijoly dalam sesi kunjungan wisata oleh aktivis Ambon Bergerak di Museum Siwa Lima, Ambon (18/5/15), membuka perbincangan dengan sebuah kalimat; "Maluku, ditakdirkan Tuhan untuk kelangsungan dunia..." Dengan raut wajah meyakinkan dan gaya tutur yang lugas, Frans tak sedikit pun meralat kalimatnya. Menurutnya, Maluku ditakdirkan Tuhan untuk dikenal dunia, entah pendidikannya, ekonominya, atau sektor lainnya.

Apa yang diungkapkan Pak Frans, saya aminkan sebagai sebuah pernyataan yang memecut semangat membangun Maluku, terutama dari sektor pariwisata. Dari kajian sejarah, Maluku adalah bangsa besar dan punya cerita panjang yang bisa disebarluaskan. Maluku juga dianugerahi alam yang indah dan kaya hasilnya, memiliki lebih dari 1200 pulau, juga sistem sosial budaya yang multicultural. Semua sektor ini, menjanjikan daya tawar yang mahal bagi kemajuan parisiwata di Maluku.

[caption id="attachment_379190" align="aligncenter" width="432" caption="Patung Pattimura di Museum Siwa Lima, Ambon. | Dok Pribadi"]

1429453576855129110
1429453576855129110
[/caption]

Menurut Menteri Pariwisata, Arief Yahya, jumlah total wisatawan lokal dan mancanegara ke Maluku sebanyak 100.000 orang dengan wisatawan mancanegara sebanyak 20.000 orang. Dengan adanya promosi yang gencar, Arief menargetkan jumlah wisatawan mancanegara ke Maluku bisa mencapai 100.000 wisatawan per tahunnya (kompas). Denan begitu, menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua, terutama kelompok kepentingan, baik suprastruktur, stakeholder, maupun masyarakat untuk bersinergi membangun sektor pariwisata di Maluku.

Dalam beberapa dialog, wawancara, data-data sekunder dan penelusuran langsung di lapangan, saya menyimpulkan beberapa tantangan dan potensi dalam memetakkan kembali pembangunan sektor pariwisata di Maluku, di antaranya:

Politik Anggaran

Saya ingin memulai pembahasan ini dengan menyuguhkan ironisme seputar program pariwisata Mangente Ambon yang dicanangkan Pemerintah Kota Ambon pada tahun 2015 ini.

Belum lama, Pemerintah kota Ambon bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Maluku dan Kementerian Pariwisata meresmikan program wisata Mangante Ambon di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Sabtu (18/4/2015). Program ini dimaksudkan untuk mempromosikan pariwista Ambon, lebih luas lagi. Namun ironisnya, Pemerintah Kota Ambon hanya menganggarkan 800 juta rupiah untuk biaya promosi dari total anggaran penyetujuan anggaran oleh DPRD sebesar 6 Milyar (Baca di sini). Tak heran, jika Menpar Arief Yahya mengatakan anggaran itu terlalu kecil, "Jumlah tersebut saya rasa masih kecil karena jika dikasih anggaran tersebut maka hanya akan sampai di laut Aru, tidak akan terdengar di tingkat nasional." Ujarnya. Menpar Arief juga mengaku baru mengetahui anggaran promosi program Mangente Ambon setelah berbicara dengan Walikota Ambon Richard Louhenapessy (Baca infonya di sini).

Menjadi pertanyaan, bagaimana mungkin sebuah program wisata yang dicanangkan tahun ini, ditopang dengan anggaran promosi yang sangat kecil, hanya 800 juta rupiah, sementara target yang dibidik adalah menjaring hingga 100 ribu wisatawan mancanegara. Keganjilan lainnya, launching program Mangente Ambon dilakukan di Jakarta. Tanggapan negatif pun muncul di kalngan netizen Maluku. Wakil Ketua KNPI Kota Ambon, Ferry Kasale kepada Berita Maluku, Minggu (19/4/2015) menilai, launching Mangente Ambon di Jakarta merupakan gaya pemborosan keuangan daerah masa kini. "Saya tidak mengerti alasan pemerintah kota Ambon memilih ibu kota negara untuk meluncurkan program yang pelaksanaannya nanti di Kota Ambon." (Baca beritanya di sini). Alhasil, warga Ambon sendiri malah merasa sepi dari hiruk-pikuk program tersebut yang sebenarnya, pada praktiknya akan melibatkan warga Ambon secara utuh.

Untungnya, Pemkot Ambon sedikit tertolong dengan niat baik Kemenpar yang menganggarkan 5 Milyar untuk membantu promosi program Mangente Ambon ini. Sekali lagi, saya mengutip pernyataan Menpar Arif Yahya, saat meresmikan Mangente Ambon, bahwa "Kita akan dukung dengan anggaran sebesar 5 miliar. Maluku punya potensi besar, jumlah flight sudah tidak ada masalah kemarin saya cek, tinggal promosi saja." Arief berharap dengan anggaran sebesar Rp 5 miliar maka promosi wisata Provinsi Maluku khususnya Mangante Ambon dapat terlaksana dengan baik. Sebab menurut Arief tanpa adanya promosi, maka sebuah acara tidak akan berjalan dengan baik (baca infonya di sini, sini, dan sini).

Di awal Mei ini, saya berkesempatan ngobrol-ngobrol santai seputar potensi pariwisata Maluku dengan Muhammad G. Korebimadi di rumahnya di bilangan Universitas Pattimura, Ambon, yang menurutnya potensi wisata di Maluku cukup menjanjikan, hanya saja politik anggaran dan pengelolaannya masih lemah. Pak Mad yang sudah 10 tahun menukangi pembangunan pariwisata di Raja Ampat di bawah bendera NGO The Nature Conservacy (TNC) ini, menceritakan panjang lebar bagaimana ia bersama TNC berhasil membuat tujuh zona konservasi di Raja Ampat, membuat peraturan seputar pariwisatanya, hingga alokasi anggaran bagi tiap-tiap desa wisata di Kabupaten Raja Ampat. Alhasil, omset Raja Ampat menembus 8 Milyar pertahun dengan kunjungan wisatawan asing sebanyak 15 ribu orang dan 5 ribu wisatawan domestik.

Menurutnya, perbedaan mendasar Maluku dengan Raja Ampat adalah keberanian membuat alokasi anggaran pembangunan pariwisata (politik anggaran). Ia mencotohkan, Bupati Raja Ampat Marcus Wanma berani menganggarkan hingga 80 persen APBD di sektor pariwisata. Selain politik anggaran, Pak Mad juga menyinggung agenda kebijakan terkait pariwisata di Maluku juga banyaknya data-data terkait pariwisata yang tidak lengkap, bahkan untuk meminta jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pun dia kesilutan karena tidak ada data terbaru.

Jadi, politik anggaran menyoal pariwisata di Maluku harus lebih ditinggikan porsinya jika pemerintah Maluku ingin meningkatkan sektor pariwisata, bila perlu menembus angka 70-80 persen dari APBD. Politik anggaran ini bisa disebarkan di beberapa lini semisal promosi, infrastruktur jalan, telekomunikasi, moda transportasi, dll. Mengundang investor pun sangat memungkinkan untuk menopang sektor lain yang belum terakomodir anggaran.

[caption id="attachment_379195" align="aligncenter" width="480" caption="Mas Is dan Cha Nita sedang berbincang dgn Kadis Pariwisata Pak Hengky Sopacua di rumah makan Sari Gurih | Dok Pribadi "]

14294542221222390312
14294542221222390312
[/caption]

Cerita lainnya, sewaktu makan malam dengan Admin Kompasiana Mas Iskandar Zulkarnain (Isjet) dan Nurullah (Uyuy), juga Cha Yusnita ASK, di Rumah Makan Sari Gurih, Ambon (12/5/15), tak disangka berjumpa Kadis Pariwisata Kota Ambon Hengky Sopacua. Saat Mas Isjet bertanya seputar pengembangan wisata Pantai Liang, dengan entengnya Pak Hengky menjawab bahwa itu bagian tanggungjawab Provinsi. Tidak salah memang jawaban Pak Hengky, namun di sini terlihat kurang sinerginya Pemkot dengan Pemprov dalam pembangunan pariwisata. Katakanlah, kalau Pantai Liang dikembangkan dengan baik, otomatis setiap penerbangan wisata akan singgah di Ambon, bagaimana pun ada simbiosis mutualisme. So, jang berharap pariwisata Maluku bakal maju kalau pemprov, pemkot, dan pemkab bajalang sandiri-sandiri alias jalan masing-masing. Stop bakalai politik, perhatikan kembali kebijakan di sektor pariwisata, siapkan masyarakat Maluku supaya bisa bersinergi dalam membangun pariwisata.

Infrastruktur

Masih berlanjut dari bicang-bincang dengan Pak Mad Korebima, sewaktu ia penelitian survei daerah konservasi di Kabupaten SBT, di wilayah Kepulauan Gorom, ia merasa kesulitan karena anggaran untuk penelitian tersebut dirasa kurang memadai, akibat dari infrastruktur jalan, telekomunikasi, dan transportasi yang masih kurang optimal. Padahal, menurutnya, salah satu faktor fundamental dalam mewujudkan pariwisata unggulan adalah kelengkapan infrastruktur.

Lagi-lagi, politik anggaran akan sangat menentukan kelancaran pembangunan infrastruktur pariwisata. Dilihat dari karakteristik daerah yaitu daeah kepulauan, maka seharusnya sektor ini perlu diperhatikan serius. Menurut Kadis Infokom Maluku Pak Saut dalam sesi talkshow di TVRI Ambon tanggal 17 Mei kemarin, Pemerintah daerah kurang memberikan pembobotan dari segi pembangunan infrastruktur, terutama infrastruktur telekomunikasi dan informasi. "Dari segi politik anggaran, Dinas Infokom Maluku hanya mendapat jatah anggaran sebesar 1 Milyar, tidak lebih dari itu. Sementara kita bicara infrastruktur telekomunikasi, itu membutuhkan cost yang sangat luas biasa. Oleh karena itu, kalau dari tahun ke tahun hanya 1 Milyar, apa yang bisa kita perbuat," terangnya.

Fak faktualnya di lapangan berdasarkan penelusuran lapangan, saya maish menemukan tidak meratanya infrastruktur telekomunikasi di 11 Kabupaten Kota. Misalkan, di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), infrastruktur telekomunikasi masih kurang. Beberapa desa di SBT adalah zona bebas sinyal alias seng ada sinyal. Kalaupun ada, kadang sinyal ada, kadang tidak ada. Misalkan di Pulau Geser, terkadang selama berminggu-minggu loss signal, komunikasi mandeg, akses perputaran ekonomi pun bisa terhambat karena faktor komunikasi ini. Tak hanya itu, akses internet pun lebih malang nasibnya, entah apa persoalannya.

Dari PT Telkom dan Telkomsel yang memang sampai saat ini sudah melakukan ekspansi ke berbagai daerah di Maluku juga merasa kesulitan karena ada beberapa wilayah yang dianggap dari segi transportasi sangat sulit, sehingga operational cost-nya menjadi lebih tinggi. Pak Yosep dari Telkomsel dalam dialog di TVRI Ambon pada 17 Mei kemrin, mengatakan Telkomsel pun butuh support dari pemerintah daerah untuk kerjasama pembangunan BTS di tiap-tiap daerah di Maluku. "Kami punya kendala berbagai hal. Kami pingin sekali, kalau boleh pemerintah daerah membantu kami dari beberapa hal," terang Pak Yosep. Di Namrole, Buruh Selatan, Telkomsel hanya membangun satu tower padahal kebutuhan di sana sangat besar. Di Namalean, Gorom, Kab. SBT, tower sudah ada tapi tidak ada power. Kendala-kendala ini yang perlu dijawab oleh pemerintah dengan beberapa stakholder lainnya. Syukurnya, di tahun ini Telkomsel akan memabngun 100 tower di Maluku dan difokuskan di daerah-daerah terpencil seperti Tual, Saumlaki, Buru Selatan, MBD, dan Seram (horeee...).

[caption id="attachment_379191" align="aligncenter" width="605" caption="Kapal Perlni Pangrango di Pelabuhan Geser, Kab. SBT. Rute Amob-Geser, Bula, dan Papua. | Dok Pribadi"]

1429453722810344277
1429453722810344277
[/caption]

Dari insfrastruktur jalan, sudah cukup bagus karena banyak jalan-jalan nasional yang tembus hingga ke daerah-daerah, dan jalan ke kampung-kampung sudah diaspal. Terutama di daerah Kab. SBT yang saya rasa sudah lumayan bagus. Hasilnya, moda transportasi darat seperti travel, bus, ojek, sudah lancar meski harganya cukup mahal di kisaran 300 ribu rupiah sekali jalan dari Ambon ke Kab. SBT dengan lama perjalanan rata-rata 12 jam. Begitupun dari segi transportasi laut, Kapal Pelni, Kapal Perintis besar, dan Kapal Ferry sudah melakukan pelayaran ke beberapa titik penting. Pengalaman saya di Kab. SBT, Kapal Pelni sudah masuk ke Pulau Geser dan Ibu Kota Kabupaten di Bula. Kapal motor antar pulau pun sudah cukup lancar di SBT, dalam seminggu ada 4 kali kapal masuk keluar pelabuhan di beberapa pulau seperti Geser, Gorom, Bula, dll.

Objek Wisata

Beberapa potensi wisata yang bisa dijual yaitu wisata bahari, wisata sejarah, Agrowisata, wisata kuliner,dan wisata budaya. Dari wisata Bahari, saya punya pengalaman berwisata ke Pantai Liang, Maluku Tengah, Wisata Kepulauan Geser, Kab. SBT (baca di sini). Yang paling terkenal, tentunya pantai Ora yang kini digandrungi banyak wisatawan. Itu pun terkenal setelah para bloger aktif memosting tulisan seputar Ora, juga adanya liputan media. Wisata Sejarah, belum lama ini saya bersama aktivis dari Ambon bergerak melakukan kunjungan ke Museum Siwa Lima, di sana banyak sekali yang bisa dipelajari dari Maluku, terutama sisi sejarahnya. Tentunya, titik-titik wisata sejarah di Ambon masih sangat banyak, seperti benteng Durstede di Saparua, Benteng Belgica di Pulau Banda, rumah pengasingan Bung Hatta (saya mengulasnya di sini) jejak-jejak pembebasan irian Barat di Kepulauan Geser dan Gorom, Kab. SBT, dll. Beberapa tulisan wisata saya di sini dan di situ.

[caption id="attachment_379196" align="aligncenter" width="576" caption="Tradisi Debus di Kab. SBT, Maluku. | Dok Pribadi"]

14294543561149854871
14294543561149854871
[/caption]

[caption id="attachment_379194" align="aligncenter" width="504" caption="Pantai Namalean, Kepulauan Geser. Hamparan pantai batu ini membentang sekitar 500 meter, visibitinya tinggi, cocok utk diving dan snorkeling. | Dok Pribadi"]

14294541151938669698
14294541151938669698
[/caption]

[caption id="attachment_379197" align="aligncenter" width="576" caption="Pisang Kanari, salah satu kuliner favorit di Ambon. | Dok Pribadi"]

1429454404516844533
1429454404516844533
[/caption]

Promosi

Menggandeng event organizer besar kelas nasional/internasional sangat menguntungkan, baik dari segi pengelolaan strategi promosi maupun jaringan-jaringan proomosi yang dimiliki EO tersebut. Pameran pariwisata di Deep Indonesia mesti rutin diikuti oleh pemerintah Maluku karena ini termasuk pameran pariwisata terbesar di dunia. Selanjutnya, memanfaatkan media mainstream sebagai mitra promosi yang mampu menjangkau public Indonesia secara luas. Pemanfaatan internet sebagai sarana promosi sangat penting di era digital ini, sebab masyarakat dunia akan mudah tahu tentang pariwista di Maluku lewat internet, misalkan dengan pengembangan website pariwisata Maluku yang mumpuni dan menarik, mengajak para pengguna social media untuk turut aktif mempromosikan pariwisata Maluku, juga menyertakan para bloger untuk mengulas banyak sisi pariwisata yang tak bias dicover media manstream. #DankeBanya [SR]

[caption id="attachment_379198" align="aligncenter" width="560" caption="Cara saya mempromosikan wisata Ambon lewat ngeblog di Kompasiana | Dok Pribadi "]

14294544572051863870
14294544572051863870
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun