Mohon tunggu...
Shulhan Rumaru
Shulhan Rumaru Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Aksara

Penikmat Aksara

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi

5 Mei 2012   02:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:41 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

/p>

img class="size-medium wp-image-179320 aligncenter" title="1336159110245131541" src="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2012/05/1336159110245131541_300x202.44140625.jpg" alt="1336159110245131541" width="300" height="202.44140625" />

Sumber: Buku Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi. Cover Buku: Dokumen The Political Literacy Institute

strong>Ciputat- The Political Literacy Institute bekerjasama dengan Pusat Pengkajian Komunikasi dan Media (P2KM) UIN Jakarta, pada 24 April 2012 lalu mengadakan bedah buku "Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi". Buku ini merupakan hasil kajian tematik para aktivis The Political Literacy Institute. Subtansi buku tersebut mengulas berbagai persoalan dalam praktik transisi demokrasi ke konsolidasi demokrasi yang kerap mendapati sejumlah sumbatan.

Konstruksi politik penuh keadaban pada bangsa ini, sering terjerembab ke dalam kubangan ritus segelintir elit yang sibuk saling menyandra pihak lain. Oleh karenanya, literasi politik dianggap sebagai kebutuhan mendesak guna merawat stabilitas dan persistensi demokrasi. Hal ini juga sangat penting  dalam pencapaian legitimasi yang kuat dan dalam, sehingga semua aktor politik baik pada level massa maupun elit dapat menumbuhkan sikap saling percaya dan mengembangkan respek satu sama lain.

em>The Political Literacy Institute memandang sudah saatnya kita menyalakan lagi semangat berpolitik secara sehat sebagai wujud penguatan peran politik warganegara. Dibutuhkan pengarusutamaan (mainstreaming) literasi politik yang tidak semata normatif melainkan juga operasional dan faktual. Kerja literasi politik dapat diimplementasikan dalam jejaring politik warga negara berbentuk senyawa pengetahuan, keterampilan dan sikap politik tercerahkan sekaligus mendorong masyarakat agar aktif-partisipatif dalam melaksanakan hak serta kewajiban  mereka secara sukarela di arena politik terkait hajat hidup orang banyak.

Buku ini, hadir melalui proses panjang selama setahun dengan melakukan kajian intensif terkait isu-isu kontemporer literasi politik di Indonesia.  Isinya terdiri dari 11 bab yang memiliki keterhubungan satu sama lainnya. Bab I "Demokrasi, Tata Kelola Pemerintahan, dan Masyarakat Madani di Indonesia." Bab II "Hukum dan Demokratisasi di Indonesia." Bab III "Merevisi Peran Politik Pers Indonesia di Era Demokrasi Baru." Bab IV "Undang-Undang Politik Pasca Reformasi: Representasi versus Eektivitas Pemerintahan." Bab V "Demokrasi Cyber di Indonesia: Tantangan Menciptakan Ruang Publik Alternatif."

Bab VI "Literasi Politik: Dari Normativitas ke Tindakan." Bab VII "Literasi Politik Pemilih Pemula." Bab VIII "Literasi Politik Perempuan: Problem dan Agenda." Bab IX "Literasi Politik Melalui Gerakan Mahasiswa di Indonesia." Bab X "Literasi Politik Bagi Kaum Buruh Migran Perempuan Indonesia." Bab XI "Literasi Politik Melalui Keterbukaan Informasi."

Direktur Eksekutif  The Political Literacy Institute, Gun Gun Heryanto mengatakan buku ini hadir memaparkan berbagai diskursus terkait dengan konsolidasi demokrasi dan literasi politik yang diharapkan mampu memberi kontribusi positif bagi bangunan persepsi dan tindakan politik warga negara. "Gerakan literasi politik bukanlah gerakan instan. Butuh waktu dan kesinambungan kerja untuk terus melakukan upaya-upaya literasi politik di tengah masyarakat. Jika dimasukkan dalam tipologi gerakan, maka literasi politik ini bisa dikategorikan dalam gerakan evolutif. Semakin banyak masyarakat yang tercerahkan melalui gerakan literasi politik, maka semakin memperbesar rasio publik berperhatian (attentive public). Meski publik berperhatian ini di sebuah negara jarang melampaui angka 15 persen, namun kelompok ini biasanya turut andil menentukan nasib bangsanya" papar Gun.

Narasumber yang hadir dalam bedah buku tersebut antara lain Prof. Andi Faisal Bakti, MA, Ph.D (Guru Besar Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Prof. Ibnu Hamad (Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia), Gun Gun Heryanto M. Si (Direktur Eksekitif The Political Literacy Institute), Ambang Priyonggo, MA (Dosen Universitas Multi Media Nusantara), Iding R. Hasan, M.Si (Deputi Direktur Bidang Politik di The Political Literacy Institute), bertindak sebagai moderator, Adi Prayitno (Aktivis The Political Literacy Institute). Hadir dalam bedah buku tersebut mahasiswa, pers, para akademisi, pegiat kajian, aktivis forum mahasiswa, utusan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dll.

Semoga buku Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi ini menjadi salah satu buku bacaan kita terkait politik, juga memberikan manfaat bagi kita dalam pembelajaran politik, sehingga kita bisa menggunakan hak politik kita lebih baik lagi. Kemudian, The Political Literacy Institute juga membuka ruang diskusi bagi teman-teman yang tertarik membincangkan politik, biasanya pada hari jumat jam 14.00 WIB tepatnya pada pekan kedua setiap bulan di sekretariat The Political Literacy Institute di Komplek Mega Mall Ciputat.

/p>

Salam Kompasiana,

strong>The Political Literacy Institute

/p>

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun